BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan, sedikit perusahaan yang mengalami hambatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public, nilai perusahaan dapat direfleksikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah kegiatan bisnis, tidak akan mungkin terlepas dari apa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini, pasar modal memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Hal ini mungkin disebabkan karena tingginya kesadaran penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya. bertujuan dalam jangka pendek tetapi bertujuan untuk memperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan investasi di negara ASEAN lainnya. Bagi produsen, permintaan. keuntungan dari penjualan produk antar negara ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian dan Pemahaman Dividen

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. modal. Modal merupakan salah satu faktor terpenting untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi (Wardani & Hermuningsih: 2009: 174). Harga pasar dari saham perusahaan terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional, para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Mardiyati, dkk (2012: 6) menge mukakan nilai perusahaan dapat diukur dengan market value ratio, yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara harga 13

14 saham perusahaan dengan laba dan nilai buku perusahaan. Market value memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan. Nilai perusahaan yang dicerminkan oleh rasio nilai pasar memberikan informasi bagi manajemen suatu indikasi tentang pelaporan yang dipikirkan investor mengenai kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli (investor) apabila perusahaan tersebut dijual. Tujuan normatif perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan (Sudana: 2009). Aries (2011: 158) juga menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan hasil kerja manajemen dari beberapa dimensi yaitu arus kas bersih, pertumbuhan dan biaya modal. Arus kas bersih menunjukkan kinerja manajemen atas keputusan investasi yang telah dibuatnya. Semakin tepat keputusan investasi manajer, maka proses investasi akan menciptakan peningkatan nilai aset perusahaan, dengan demikian nilai perusahaan akan turut meningkat. Pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh efektivitas keputusan investasi semata tapi juga dipengaruhi oleh keputusan fungsi manajerial lainnya seperti penjualan, produksi dan kinerja laba rugi secara umum. Biaya modal menggambarkan efektivitas kinerja pendanaan yang telah dilakukan manajer. Dalam konteks ini pembiayaan lebih dipandang sebagai sumber dana yang layak dipilih agar dapat meminimalkan biaya

15 modal perusahaan. Pengertian nilai perusahaan dicerminkan pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan mempunyai prospek pada masa yang akan datang, maka nilai sahamnya menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang memiliki prospek maka harga saham menjadi rendah, Usunariyah (2003: 54) dalam Mardiyati, dkk (2012). Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proksi yaitu price to book value. Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula. Menurut Sugiono & Untung (2008:74), rasio price to book value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Menurut Fakhruddin (2008:148), price to book value (PBV) digunakan untuk membandingkan nilai pasar suatu saham dengan book value saham tersebut. Price to book value (PBV) yang rendah dapat berarti bahwa saham tersebut sudah undervalue, namun dapat

16 juga berarti secara fundamental ada yang salah pada perusahaan tersebut. Pendapat lainnya menurut Tryfino (2009:10), rasio price to book value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara market value dengan book value saham. Price to book value (PBV) adalah hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham (Simatupang, 2010:68). Kesimpulannya dari beberapa definisi di atas maka price to book value (PBV) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih ( net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio PBV-nya mencapai di atas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Price to book value adalah indikator lain yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal (investor) relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan diperusahaan.

17 Setelah mendapatkan rasio PBV, investor dapat membandingkan langsung rasio ini dengan saham-saham di industrinya atau bergerak di sektor ekonomi yang sama. Dengan demikian, investor akan mendapat gambaran mengenai harga saham, apakah market value saham tersebut sudah relatif mahal atau ternyata masih murah. Memang tidak ada ukuran pasti mahal tidaknya suatu harga saham jika diukur dari rasio PBV-nya, karena hal ini sangat tergantung pada ekspektasi dan kinerja dari perusahaan atau saham tersebut. Namun, paling tidak rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham. Maksudnya adalah jika suatu saham yang berkinerja baik ternyata PBV-nya masih rendah dibandingkan rata-rata PBV saham di sektornya, harga saham tersebut masih memiliki potensi untuk naik, demikian pula sebaliknya (Tryfino,2009:10). Menurut Salim (2010:87), semakin bagus sebuah perusahaan, saham dari perusahaan tersebut akan dijual berkali-kali lipat dari nilai bukunya. Jarang sekali ada perusahaan yang dijual dengan harga satu kali nilai buku. Sebuah perusahaan bisa dijual 4 kali nilai buku, 8 kali nilai buku, 12 kali nilai buku, atau puluhan kali nilai buku. Orang berani membeli saham sebuah perusahaan hingga berkali-kali nilai bukunya karena mereka memiliki keyakinan bahwa pada masa mendatang, perusahaan tersebut akan tetap konsisten dalam menghasilkan laba. Itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa melakukan transaksi pembelian saham di bursa saham bukanlah membeli masa sekarang perusahaan, melainkan membeli masa

18 depan perusahaan tersebut. Beberapa orang menggunakan angka PBV untuk menilai murah tidaknya sebuah perusahaan. Mereka membandingkan beberapa saham perusahaan yang termasuk dalam sektor yang sama, misalnya perusahaan pertambangan, telekomunikasi, infrastruktur, manufaktur sektor industri farmasi dan lain-lain. Menurut buku yang ditulis Tryfino (2009:10), rumus yang dipakai adalah sebagai berikut: Harga Saham Price to Book Value (PBV) = Book Value Sumber : Tryfino (2009:10) Dalam penelitian ini, nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar, book value (BV) rumus yang digunakan menurut Salim (2010:86) adalah: Total Ekuitas Book Value (BV) = Jumlah Saham yang Beredar Sumber : Salim (2010:86)

19 2. Rasio Keuangan 2.1. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan perusahaan. Hal ini termasuk beban bunga dan kemampuan perusahaan membayar kembali hutangnya yang dapat dievaluasi dengan membandingkan setiap hutang perusahaan terhadap aktiva dan membandingkan bunga yang harus dibayar terhadap laba yang tersedia untuk membayar bunga. Perbandingan seperti ini dilakukan dengan menggunakan analisis rasio. Untuk menganalisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang tercantum di neraca saja, dilaporan laba rugi saja, atau keduanya. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Agar rasio keuangan bisa mencerminkan manfaat maka diperlukan standar-standar untuk perbandingan. Salah satu pendekatannya adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola untuk industri atau lini usaha perusahaan yang secara dominan beroperasi. Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa beberapa kekuatan ekonomi dan bisnis yang mendasar memaksa seluruh perusahaan dalam suatu industri untuk berprilaku serupa. Namun demikian, tetap saja mungkin rasio keuangan perusahaan kecil akan berbeda dari rasio keuangan

20 perusahaan besar. Pada pokoknya menurut Syamsuddin (2011:39), ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan rasio finansial perusahaan, yaitu : cross-sectional approach dan time series analysis. 1. Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. 2. Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasiorasio finansial perusahaan dari suatu periode ke periode lainnya. Perbandingan antara rasio yang dicapai saat ini ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. 2.2. Klasifikasi Rasio Keuangan Beberapa rasio yang umumnya dikenal antara lain rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan rentabilitas, akan tetapi masih banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian dapat memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan. Menurut Harahap (2013:301), jenis-jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis adalah : a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

21 b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. c. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas Rasio rentabilitas atau disebut profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio. d. Rasio Leverage Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). e. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan dan kegiatan lainnya. f. Rasio Pertumbuhan Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.

22 g. Rasio Penilaian Pasar (Market Based Ratio) Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situsi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai. h. Rasio Produktivitas Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai. 3. Return on Equity (ROE) Rasio profitabilitas menurut Kasmir (2014 :196), merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Rasio yang lazim dan paling banyak dipakai para investor untuk mengetahui profitabilitas atau keuntungan perusahaan adalah return on equity (ROE). Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Menurut Rahardjo (2009:141), return on equity (ROE) mengukur presentase laba yang diperoleh atas modal atau ekuitas yang dilakukan pemegang saham, angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan modal atau ekuitas para pemilik

23 saham. Return on equity (ROE) menurut Harahap (2013:305), rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Kasmir (2014:204), return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Return on equity (ROE), yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari modal sendiri yang dimiliki. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini semakin tinggi harga sahamnya, Simatupang (2010:55). R asio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan, dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE). Semakin besar return on equity (ROE) menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi ( return) semakin besar. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor dapat berupa pendapatan dividen (dividend yield), dan capital gain. Menurut Rahardjo (2009:141), rumus return on equity (ROE) adalah sebagai berikut:

24 Laba Bersih Return On Equity (ROE) = Jumlah Modal Sendiri Sumber : Budi Rahardjo (2009 : 141) 4. Debt to Equity Ratio (DER) Leverage merupakan istilah yang digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban finansial suatu perusahaan. Faktor hutang mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam pembayaran dividen pada shareholder. Dalam penelitian ini leverage menggunakan debt to equity ratio (DER). Menurut Rahardjo (2009:140), debt to equity ratio (DER), adalah perbandingan antara jumlah seluruh hutang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri. Rasio hutang perusahaan berupa debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini, menunjukkan semakin besar kewajibannya dan begitu juga sebaliknya. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya tingginya kewajiban perusahaan akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen menunjukkan

25 bahwa perusahaan dengan tingkat solvabilitas permodalan yang tinggi cenderung memiliki rasio pembayaran rendah untuk mengurangi biaya yang berkaitan dengan transaksi pembiayaan eksternal. Menurut Rahardjo (2009:140), rumus debt to equity ratio (DER) adalah sebagai berikut: Jumlah Seluruh Hutang Debt to Equity Ratio (DER) = Jumlah Modal Sendiri Sumber : Budi Rahardjo (2009:140) 5. Dividend Payout Ratio (DPR) Dividend Payout Ratio (DPR), rasio ini mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham (Sudana,2011:24). DPR merupakan persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai cash dividend (Riyanto,2012:267). Rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR) dapat dihitung dengan membagi dividen per lembar saham dengan penghasilan per lembar saham. Menurut Rahardjo (2009:151), rasio pembayaran dividen ( dividend payout ratio) mengukur porsi penghasilan yang dibayarkan dalam dividen. Rasio pembayaran dividen ( dividend payot ratio) menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang

26 ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham yang berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan untuk keperluan operasional perusahaan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi porsi laba ditahan dan mengurangi sumber pendanaan intern. Namun, dengan lebih memilih membagikan laba sebagai dividen tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan terus menanamkan sahamnya untuk perusahaan tersebut. Menurut Rahardjo (2009:151), rumus rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio (DPR) adalah sebagai berikut: Dividend Payout Ratio (DPR) = Dividen Per Lembar Saham (DPS) Penghasilan Per Lembar Saham (EPS) Sumber: Budi Rahardjo (2009:151) Untuk mencari rumus dividend payout ratio (DPR) maka kita harus mencari dahulu penghasilan per lembar saham atau earnings per share (EPS) dan dividen per lembar saham atau dividend per share (DPS). Menurut Sugiono dan Untung (2008:74) rumus penghasilan per lembar saham atau earnings per share (EPS) adalah sebagai berikut:

27 Earnings Per Share (EPS) = Laba Bersih Sumber: Sugiono & Untung (2008:74) Jumlah Lembar Saham Menurut dividend Rahardjo (2009:102), dividen p er lembar saham atau per share (DPS) adalah sebagai berikut: Dividend Per Share (DPS) = Sumber: Budi Rahardjo (2009:102) Dividen Untuk Saham Biasa Jumlah Lembar Saham 6. Earnings Per Share (EPS) Menurut Sugiono & Untung (2008:74) penghasilan per lembar saham biasa atau earnings per share (EPS) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memberikan imbalan pada setiap lembar saham biasa. Pembeli saham biasa ( common stock) umumnya lebih memperhatikan penghasilan per lembar saham dari pada dividen yang diperoleh. Biasanya penghasilan per lembar saham biasa mempengaruhi harga saham di Bursa Efek. Menuruy Tryfino (2009: 11), earnings per share (EPS) adalah rasio yang yang digunakan untuk menghitung laba atau keuntungan bersih yang diperoleh dari selembar saham. Pendapat lainnya earnings per share (EPS), menurut Salim (2010:83), adalah laba yang diperoleh oleh setiap satu lembar saham. Earnings per share (EPS) adalah pendapatan bersih perusahaan selama setahun dibagi dengan total

28 jumlah sahamnya (Sinaga, 2011:105). Rasio laba per lembar saham merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat, dengan pengertian lain, tingkat pengembalian yang tinggi. Kadang kala, earnings per share (EPS) ini dijadikan acuan bagi manajemen untuk menentukan besaran dividen yang akan dibagikan. EPS menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan kemampuan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan tingkat kesejahteraan seperti yang diharapkan pemegang saham. Oleh karena itu tentunya earnings per share (EPS) akan mempengaruhi pergerakan harga saham suatu perusahaan. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang saham prioritas. Rumus earnings per share (EPS) yang digunakan diambil dari buku Sugiono & Untung (2008:74) adalah:

29 Laba Bersih Earnings Per Share (EPS) = Jumlah Lembar Saham Sumber : Sugiono & Untung (2008:74) 7. Tinjauan Penelitian Sebelumnya Putu dan Mustanda (2014), berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial struktur modal (DER) dan keputusan investasi (PER) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) dan secara parsial kebijakan dividen (DPR) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). S ecara simultan menunjukkan adanya pengaruh struktur modal (DER), kebijakan dividen (DPR) dan keputusan investasi (PER) terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2008-2012. Durrotun dan Endang (2012) dengan hasil penelitiannya menunjukkan Return on Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Divident Payout Ratio (DPR), Growth dan Firm Size berpengaruh terhadap Price to Book Value (PBV) dengan nilai adjusted R 2 sebesar 52% dan secara parsial ROE dan DPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV sedangkan DER, Firm Size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PBV. Putra, dkk (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Earnings per Share (EPS) dan Debt Equity Ratio (DER) secara parsial signifikan terhadap Price to Book Value (PBV) pada level of significance kurang dari 5%, namun Return on Asset (ROA), Beta Saham dan Divident Payout Ratio

30 (DPR) tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV dengan signifikan lebih besar dari 5%. Pakpahan (2010) dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh size, growth, leverage (DER), return on Equity (ROE), dividend payout ratio (DPR) terhadap nilai perusahaan (price to book value) pada perusahaan Manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial variabel size dan return on Equity ( ROE) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) dan secara parsial variabel growth, leverage (DER), dividend payout ratio (DPR) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), secara simultan menunjukkan adanya pengaruh size, growth, leverage (DER), ROE, DPR terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI Periode 2003-2007. Wardjono (2010) dengan hasil penelitian yang membuktikan bahwa ROE dan Growth berpengaruh signifikan terhadap PBV, sementara pengujian pada DPR dan Degree of Financial Leverage tidap berpengaruh signifikan terhadap PBV. Penelitian ini juga membuktikan bahwa PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. B. Rerangka Pemikiran Optimalisasi nilai perusahaan merupakan tujuan utama dari perusahaan. Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan seberapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi investor. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini

31 namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Price to book value merupakan rasio untuk mengukur nilai perusahaan. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus tumbuh. Price to book value juga menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin tinggi rasio price to book value dapat diartikan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Price to book value merupakan indikator lain yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin besar rasio price to book value maka semakin tinggi suatu perusahaan dinilai oleh para investor dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan oleh perusahaan. Price to book value digunakan untuk mengukur kinerja harga saham terhadap nilai bukunya. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio price to book value mencapai di atas satu yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari pada nilai bukunya. Price to book value memiliki peran penting sebagai suatu pertimbangan bagi investor untuk memilih saham yang akan dibeli dan price to book value juga dapat dijadikan indikator harga atau nilai saham. Rasio price to book value dapat digunakan untuk semua jenis perusahaan sebab nilai buku dapat menjadi ukuran yang rasional untuk menilai perusahaan. Hubungan antara harga pasar dan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk

32 menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya. Penelitian bertujuan untuk memperoleh bukti mengenai return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), dividend payout ratio (DPR) dan earnings per share (EPS) terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI. Dengan variabel dependennya ialah price to book value (Y), sedangkan variabel independen ialah return on equity (X1), debt to equity ratio (X2), dividend payout ratio (X3) dan earnings per share (X4). C. Hipotesis H 1 : Return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan (PBV). H 2 : Debt to equity ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan (PBV). H 3 : Dividend payout ratio (DPR) berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan (PBV). H 4 : Earnings per share (EPS) berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan (PBV).

33 Return on Equity (ROE) Debt to Equity Ratio (DER) Divident Payout Ratio (DPR) H 1 H 2 H 3 H 4 Nilai Perusahaan (PBV) Earnings per Share (EPS) Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis H 1 : Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan dari total modal atau ekuitas untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Return on equity (ROE) mengukur persentase laba yang diperoleh atas total modal atau ekuitas yang dilakukan pemegang saham, angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan total modal atau ekuitas para pemilik saham. Nilai return on equity (ROE) yang semakin tinggi menunjukkan suatu perusahaan mempunyai laba yang tinggi artinya semakin efisien dalam memanfaatkan total modal atau ekuitas untuk memperoleh laba, sehingga nilai perusahaan meningkat pula. Jadi semakin tinggi nilai ROE menunjukkan kinerja keuangan perusahaan (nilai perusahaan) semakin baik.

34 Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : H 1 : Return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (PBV). H 2 : Pengaruh Debt to Equity Ratiot (DER) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh modal sendiri yang digunakan sebagai pembayaran hutang. DER mempengaruhi kinerja perusahaan yaitu semakin tinggi beban maka resiko yang ditangung juga besar. Dengan demikian debt to equity ratio dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat risiko tidak tertagihnya suatu hutang. DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan, semakin tinggi beban atau hutang (DER) maka resiko yang ditanggung juga besar. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : H 2 : Debt to equity ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan (PBV). H 3 : Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) Perusahaan yang berkualitas baik akan memberikan sinyal pada pasar dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Dividen memberikan informasi atau isyarat mengenai keuntungan perusahaan karena pembayaran dividen akan meningkatkan keyakinan akan keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memiliki sasaran rasio

35 pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang stabil selama ini dan perusahaan dapat meningkatkannya, para investor akan percaya bahwa manajemen mengumumkan perubahan positif pada keuntungan yang diharapkan perusahaan. Isyarat yang diberikan kepada investor adalah bahwa manajemen dan dewan direksi sepenuhnya merasa yakin bahwa kondisi keuangan lebih baik daripada yang direfleksikan pada harga saham. Kebijakan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Peningkatan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) ini akan dapat memberikan pengaruh positif pada harga saham yang nantinya juga berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : H 3 : Dividend payout ratio (DPR), berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (PBV). H 4 : Pengaruh Earnings Per Share (EPS) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) Earnings per share (EPS) diperoleh dari laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen (laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar). Jika earnings per share (EPS) tinggi maka investor akan menilai bahwa emiten memiliki kinerja yang baik. Investor saham mempunyai kepentingan terhadap informasi earnings per share (EPS) dalam melakukan penentuan harga saham, mengingat pasar modal di Indonesia semakin menuju ke arah yang efisien sehingga semua informasi yang relevan bisa di pakai sebagai masukan untuk menilai harga saham. Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan earnings per share (EPS) yang tinggi berarti

36 akan meningkatkan kepercayaan investor pada kenaikan nilai perusahaan atau akan akan menaikkan price to book value suatu perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis alternatif yang diajukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : H 4 : Earnings per share (EPS) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (PBV).