TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae) Kumbang L. serricorne meletakkan telurnya secara tertutup pada bahan (tembakau) simpan. Telur diletakkan satu persatu secara terpisah pada bahan makanannya (Gambar 1-a). Setelah 4-6 hari telur akan menetas menjadi larva dan aktif membentuk liang-liang gerek (Kartosapoetra, 1991). Gambar 1. Telur L. serricorne Gambar 2. Larva L. serricorne Sumber. http://www.tabacordillera.com/tobacco-insect-pests-mold.htm Larva yang sudah tua berwarna putih, tipe scrarabeiform, dan berambut, terdiri dari 4-6 instar. Bentuk larva semakin membesar ke arah ujung (belakang) (Gambar 1-b). Terdapat juga arolium dan melebihi panjang kuku dari setiap tarsusnya (Cabrera, 2001). Menjelang masa kepompong, larva akan membuat kokon dari sisa-sisa gerekan serta kotorannya dengan diperkuat air / benang liurnya,bentuk kepompong lonjong (Gambar 1-c). Fase kepompong berlangsung antara 4-5 hari, tetapi kumbangnya sementara tidak mau keluar, biasanya sekitar 5 hari (Kartosapoetra, 1991).
Gambar 3. Pupa L. serricorne Gambar 4. Imago L. serricorne Sumber. http://www.tabacordillera.com/tobacco-insect-pests-mold.htm Kumbang bubuk tembakau berukuran kecil, panjang sekitar 2-3 mm dan berwarna coklat kemerahan (Gambar 1-d). Kumbang dewasa dapat hidup 23-28 hari. L.serricorne berbentuk bulat, oval dan kepala sering ditutupi pronotum apabila dilihat dari atas. Elytra (sayap depan) ditutupi oleh bulu-bulu halus. Ketika diganggu kumbang ini sering menarik tungkainya dan membengkokkan kepalanya. Imago menyukai tempat gelap atau kurang cahaya. L. serricorne aktif menjelang sore hari dan akan terus aktif sampai malam hari. Imago tidak makan akan tetapi menghisap cairan saja (Roll, 2009). Kumbang rokok L. serricorne terlihat hampir identik dengan kumbang toko obat Stegobium paniceum (L.) tapi dapat dibedakan dengan dua karakter setelah diidentifikasi: antena dari L. serricorne bergerigi (seperti pada gigi gergaji) sedangkan antena dari S. paniceum tidak bergerigi dan berakhir dalam 3-tersegmentasi. Perbedaan lainnya adalah bahwa S. paniceum elytranya memiliki deretan lubang sehingga tampak lurik sementara L. serricorne elytranya tampak halus (Cabrera, 2011).
Kerusakan dan Kerugian yang ditimbulkan Serangan kumbang ini pada daun tembakau sering mengakibatkan daun akan berlubang-lubang dan hal ini sangat tidak diinginkan untuk tembakau sebagai bahan cerutu (Gambar 1-e) (Erwin, 2000). Gambar 5. Gejala Serangan L. serricorne Sumber : http;//www.insectslimited.com/herbarium/pest/control htm, Kerugian yang banyak di gudang ditimbulkan oleh kumbang L. serricorne. Larva dari kumbang ini merusak daun- daun tembakau (membuat lubang) yang telah kering dan siap untuk dikirim (Zulnayati dkk, 2004). Pengendalian L. serricorne yang sering dilakukan L. serricorne adalah hama penting tembakau simpan daerah tropis dan subtropis. Daun tembakau yang disimpan selama bertahun-tahun dapat menjadi tempat berkembangnya serangga hama simpan. Aplikasi pestisida untuk tembakau simpan dengan Fosfin fumigasi biasa dilakukan di gudang. Namun, kumbang ini masih dapat bertahan sehingga metode fumigasi dianggap kurang efisien (Imai dan Harada, 2006).
Formulasi lain yang lebih ramah lingkungan yaitu menggunakan biopestida yang mengandung bakteri Bacillus thuringiensis untuk mengendalikan hama produk simpan seperti Lepidoptera, ngengat dan kumbang tembakau L. serricorne (Kaelin dkk, 1994). Penggunaan sari bawang putih (Sirinol) untuk menolak datangnya kumbang L. serricorne pada produk simpan. Alternatif tersebut digunakan untuk mengontrol serangga hama bahan simpan karena lebih aman, ekonomis, mudah digunakan dan ramah lingkungan. Sari bawang putih digunakan untuk menolak datangnya kumbang tembakau L. serricorne dan kumbang tepung merah Tribolium castaneum yang merupakan hama produk simpan penting di dunia (Jahromi dkk, 2012). Perangkap Warna Pengelolaan hama dengan sistim pemantauan selain untuk mengetahui jumlah dan jenis hama, juga dapat mengatahui jumlah populasi dari waktu ke waktu agar diketahui waktu dan cara yang sesuai untuk tindakan pengendalian selanjutnya. Penggunaan perangkap tertentu dapat dilakukan untuk memantau dinamika populasinya (Saeed dkk, 2007). Perangkap warna berperekat merupakan suatu metode sederhana untuk mengetahui ukuran relatif serangga dan untuk mendeteksi awal munculnya serangga. Metode ini lebih efisien dibanding dengan metode satuan unit contoh, karena perangkap langsung mengumpulkan serangga yang berada di sekitar tanaman (Hoddle dkk, 2001). Pemakaian perangkap warna cukup efektif bagi pengendalian serangga hama, alatnya mudah dibuat dan tidak mahal. Alat ini hanya berupa lampu petromak atau lentera (juga boleh ditambah plastik yang telah dilumuri dengan minyak makan atau lem) yang di letakkan dalam areal pertanian. Biasanya digunakan untuk memantau
populasi hama dan sekaligus untuk mengendalikan hama pemakan daun (Soemarno, 2007). Metode pengendalian hama serangga dengan mekanik atau fisik dapat dikembangkan sebagai pengganti insektisida. Metode ini memanfaatkan sifat-sifat serangga yang tertarik terhadap cahaya, warna, aroma makanan, atau bau tetentu. Caranya adalah dengan merangsang serangga untuk berkumpul dan hinggap pada perangkap. Pada akhirnya serangga yang terperangkap tersebut tidak dapat terbang dan akan mati. Pengendalian hama dengan metode ini cukup efektif bila digunakan secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama serangga (Kusnaedi, 1999). Sejumlah serangga yang terperangkap di lapangan tidak hanya tergantung pada potensi pada atraktan, tetapi juga bentuk dari alat perangkap dan penempatannya. Warna, ukuran, dan bentuk juga sangat penting dalam desain alat perangkap. Pergerakan angin atau udara sangat penting dalam penempatan perangkap. Perangkap yang diletakkan berlawanan dengan arah angin akan menangkap serangga lebih banyak dari pada yang diletakkan ke bawah atau sejajar dengan angin. Aroma atau bau dari zat kimia cenderung terbenam atau bergerak ke tanah, karena bau tersebut lebih berat dari udara itu sendiri (NAS, 1969 dalam Dalyanto, 2006). Pemasangan perangkap harus memikirkan ruangan dan posisi perangkap. Tempat yang yang biasa dipasang perangkap sebagai berikut : 1. Di dinding /lantai persimpangan dengan jarak 5m sampai 10 m tergantung pada ukuran ruangan. 2. Di sudut, dekat dengan pintu, ventilasi, di kusen jendela. 3. Di tempat-tempat penyimpanan seperti lemari kain yang rentan diserang (Bros, 1998).
Panjang gelombang spektrum setiap warna berbeda. Warna putih merupakan polikromatik yang tersusun dari komponen warna monokromatik. Warna monokromatik seperti merah 780-622 nm, jingga 622-597 nm, kuning 597-577 nm, hijau 577-492 nm, biru 492-455 nm, nila 455-424 nm, ungu 424-390 nm (Soraya dkk, 2011). Serangga lebih tertarik pada spektrum kuning-hijau (500-600 nm) yang merupakan kisaran panjang gelombang khusus dari buah yang matang (Bangun, 2009). Rempah sebagai Atraktan Ketumbar Ketumbar mempunyai aroma yang khas, aromanya disebabkan oleh komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri. Ketumbar mempunyai kandungan minyak atsiri berkisar antara 0,4-1,1%, komponen utama ketumbar adalah linalool sekitar 60-70%. Senyawa linalool merupakan komponen yang menentukan intensitas aroma harum. Linalool banyak digunakan sebagai pestisida hama gudang maupun insektisida untuk mengendalikan kecoa dan nyamuk (Wahab dkk, 1995). Lada Hitam Kandungan kimia dalam lada hitam adalah saponin, flavonoida, minyak atsiri, kavisin, resin, zat putih telur, amilum, piperine, piperiline, piperoleine, poperanine, piperonal, dihdrokarveol, kanyo-fillene oksida, kariptone, tran piocarrol. Sifat kimiawi lada adalah pedas dan beraroma sangat khas. Sampai saat ini senyawa atsiri yang paling banyak digunakan adalah metil eugenol sebagai perangkap hama lalat buah jantan (Nurnasari, 2009).