BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JIL TERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Analisis Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB III JANGKA WAKTU PERKAWINAN DALAM PASAL 28 CLD KHI. rezim Orde Baru, pergulatan hubungan agama Islam dengan Pancasila

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan kesimpulan yang

BAB V PENUTUP. atas, penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut: Nomor:415/Pdt.P/2010/PA.Kab.Mlg, keduanya memberikan hubungan anakbapak

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB VII PENUTUP. Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapat ulama Banjar terhadap akad nikah tidak tercatat secara resmi di

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB III AKTA NIKAH DALAM LINTAS HUKUM. A. Akta Nikah dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Sebelum diturunkannya al-quran perempuan kedudukannya

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

BAB IV ANALISIS TERHADAP KEDUDUKAN DAN TUGAS MEDIATOR DAN HAKAM DALAM TINJAUAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

PENETAPAN Nomor 0004/Pdt.P/2014/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

REVISI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam poligami diatur dalam Al-Qur an surah An-Nissa ayat 3

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

BAB V PENUTUP. 1. Rincian pasal-pasal tentang murtad sebagai sebab putusnya perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut:

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK PERKARA No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. TENTANG PENGANGKATAN ANAK

Mam MAKALAH ISLAM. Hukum Perceraian di Luar Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan

IMPLIKASI PERKAWINAN YANG TIDAK DI DAFTARKAN DI KANTOR URUSAN AGAMA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

BAB IV. Analisis Terhadap Dalil Hukum Hakim dalam Penetapan Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. menganjurkan manusia untuk hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

MEMAHAMI KETENTUAN POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM Oleh: Marzuki

Membahas Kitab Tafsir

ANAK SAH DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KHI Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

SKRIPSI STUDI ANALISIS HUKUM PERKAWINAN ISLAM MENGENAI HUKUM AKAD NIKAH MELALUI TELEPON

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB V PENUTUP. yang dapat kita ambil dari pembahasan skripsi ini. Yaitu sebagai berikut:

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. SAW. Wahyu tersebut berisi sebuah aturan yakni, peraturan yang mengatur

BAB IV ANALISIS METODOLOGIS FATWA HUKUM PIMPINAN WILAYAH (PW) MUHAMMADIYAH JAWA TENGAH DALAM KONTEKS PEREMPUAN HAMIL DI LUAR NIKAH AKIBAT ZINA

Transkripsi:

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama Ulil Abshar Abdalla, koordinator JIL mempunyai pandangan bahwa larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan laki-laki non-islam, sudah tidak relevan lagi. Menurutnya, Alquran sendiri tidak pernah dengan tegas melarang itu, karena Alquran menganut pandangan universal tentang martabat manusia yang sederajat, tanpa melihat perbedaan agama. Ulil mengatakan segala produk hukum Islam klasik yang membedakan antara kedudukan orang Islam dan non-islam harus diamandemen berdasarkan prinsip kesederajatan universal dalam tataran kemanusiaan ini. Menurutnya juga, tidak ada yang disebut hukum Tuhan dalam pengertian seperti dipahami kebanyakan orang Islam. Termasuk tentang perkawinan beda agama, yang ada adalah prinsip-prinsip umum yang universal yang dalam tradisi pengkajian hukum Islam klasik disebut sebagai maqa<shidus shari< ah, atau tujuan umum syariat Islam. 1 Kemudian, perkawinan beda agama menurut pandangan orang-orang liberal, yang tergabung dalam tim penulis paramadina dalam bukunya, Fikih Lintas Agama: Membangun masyarakat inklusif-pluralis menjelaskan bahwa 1 Ulil Abshar Abdalla, Menyegerakan Kembali Pemahaman-pemahaman Islam, dalam http://islamlib.com/?site=1&aid=297&cat=content&cid=11&title=menyegarkan-kembali pemahaman-islam, diakses pada tanggal 24 Januari 2015. 51

52 karena kedudukan hukum pernikahan beda agama lahir karena proses ijtihad, maka amat dimungkinkan bila dicetuskan pendapat baru, bahwa wanita Muslim boleh menikah dengan laki-laki non-muslim, atau perkawinan beda agama secara lebih luas amat diperbolehkan, apapun agama dan aliran kepercayaannya. 2 Sementara itu, tokoh JIL yang lainnya, Siti Musdah Mulia membolehkan perkawinan beda agama seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan dengan pasangan yang bukan muslim yang tercantum dalam draf tandingan KHI, yakni CLD-KHI yang diketuainya. Ada beberapa gagasan konsep hukum perkawinan yang sangat kontroversial disana, dalam draf tandingan KHI itu disebutkan, Pertama, (1). Perkawinan orang Islam dengan orang bukan Islam dibolehkan. (2). Perkawinan orang Islam dengan bukan Islam dilakukan berdasarkan prinsip saling menghargai dan saling menjunjung tinggi hak kebebasan menjalankan ajaran agama dan keyakinan masing-masing ( pasal 54 ayat 1 dan 2). Kedua, asas perkawinan adalah monogami, dan perkawinan diluar ayat 1 (poligami) adalah tidak sah dan harus dinyatakan batal secara hukum (pasal 3 ayat 2). Ketiga, batas umur calon suami istri minimal 19 tahun (pasal 7 ayat 1). Keempat, calon suami Istri dapat mengawinkan dirinya sendiri tanpa wali, asal calon suami istri tersebut berumur 21 tahun dan berakal sehat (pasal 7 ayat 2). Kelima, Ijab qabul boleh dilakukan istri-suami atau sebaliknya suami-istri (pasal 9). 2 Nurcholis madjid, Fiqih Lintas Agama,..., 164.

53 Keenam, masa iddah tidak hanya dimiliki oleh seorang perempuan tetapi juga laki-laki. Masa iddah bagi laki-laki adalah seratus tiga puluh hari (pasal 88 ayat 7). Ketujuh, talak tidak dijatuhkan oleh pihak laki-laki tetapi boleh dilakukan oleh suami atau istri didepan sidang Pengadilan Agama (pasal 59). Kedelapan, bagi waris antara anak laki-laki dan perempuan adalah sama 3 B. Metode Ijtihad JIL terhadap Perkawinan Beda Agama Kalangan JIL bermaksud membuat sebuah metode ijtihad baru yang dapat mencipatakan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia sesuai dengan perkembangan zaman. Konsep mas{lah{a<t yang mereka kembangkan diharapakan mampu mengakomodasi daripada kepentingan dan menjamin hak-hak semua kelompok dengan melintasi agama, budaya, suku maupun Negara. Pada buku hasil pemikiran para kalangan Islam liberal, yakni buku tentang liberalisme beberapa konsep teologis dan fikih, berjudul Fikih Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis diterbitkan oleh yayasan paramadina. Pada buku tersebut, mereka ingin merekonstruksi fikih Islam, dan jika ingin merekonstruksi fikih Islam mereka akan memulai dari melakukan pembaharuan kerangka metodologi ijtihad hukum untuk menghasilkan fikih ini, yaitu us{u<l fikih yang ada, yang menjadi metode ijtihad hukum yang telah disepakati mayoritas ulama berabad-abad lamanya. Dalam buku tersebut disebutkan, kaum Muslim lebih suka terbuai 3 Tim Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI Jakarta, Pembaharuan Hukum Islam..., 53.

54 dengan kerangkeng dan belenggu pemikiran fikih yang dibuat imam Shafi i. Kita lupa, imam Shafi i memang arsitek us{u<l fikih yang paling brilian, tapi karena Shafi ilah pemikiran-pemikiran fikih tidak berkembang selama kurang lebih dua belas abad. Sejak Shafi i meletakkan kerangka us{u<l fikihnya, para pemikir muslim tidak mampu keluar dari jeratan metodologinya. Hingga kini, rumusan Shafi i itu diposisikan begitu agung, sehingga bukan saja tak tersentuh kritik, tapi juga lebih tinggi dari pada nas{-nas{ syar i (Alquran dan Hadis). Buktinya, setiap bentuk penafsiran teks-teks selalu tunduk dibawah kerangka Shafi i. 4 Menurutnya, seharusnya metodologi ijtihad hukum Islam klasik, diletakkan pada konfigurasi dan konteks umum pemikiran pada saat formatifnya. Sebab sering kali fakta akademis kontemporer menampilkan ketidakberdayaan metodologi klasik tersebut. Metodologi ijtihad hukum yang lama yang memandang sebelah mata kemampuan akal publik di dalam menganulir ketentuan-ketentuan legal-formatik dalam Islam yang tidak lagi relevan. 5 Metode ijtihad yang dikembangkan kelompok JIL tidak berpijak pada nas{ (Alquran dan Sunah), akan tetapi menempatkan akal kemudian nas{ itu sendiri. koordinator JIL, Ulil Abshar Abdalla mengembangkan ide mengenai sumber hukum ijtihad dalam Islam dalam tatapan yang baru. Ulil lebih cenderung menjadikan akal sebagai sumber hukum Islam yang paling utama 4 Nurcholis Madjid, Fiqih Lintas Agama..., 5. 5 Ibid.

55 kemudian Alquran, Sunah dan Ijma. Menurut Ulil ketika terjadi sebuah pertentangan antara akal dan nas{, maka yang harus didahulukan adalah akal. Kedudukan Alquran dan Sunah adalah dibawah akal manusia, dalam pandangan JIL, yang menjadi tujuan utama ijtihad adalah mas{lah{at manusia dengan menggunakan pertimbangan akal. Untuk berijtihad, salah satu anggota JIL yakni Muqsith Ghazali mencetuskan kaidah us{u<l fikih baru, yaitu, Jawa<z naskh nus{u<s{ bi al maslah{ah{ (boleh menghapus teks-teks dengan maslah{ah{). 6 Menurut tokoh JIL ini, mas{lah{at merupakan sumber hukum yang independen. Misalnya dengan kaidah ini, kalangan JIL mempunyai pandangan sendiri bahwasanya mas{lah{at mempunyai otoritas untuk menganulir kententuan-ketentuan teks suci. Inilah yang dimaksud dengan ungkapan naskh nus{u<s{ bi al maslah{ah karena menurut JIL kemaslahatan merupakan patokan untuk pijakan balik dari keberadaan nas{ dalam Alquran dan Sunah. Pengaplikasian dari kaidah ini dapat diketahui dari penghapusan pada beberapa syariat Islam, yang telah dikenal dengan sebuah istilah nasikhmansu<kh. 7 Menurut khazanah ilmu usu<l fikih bahwa maqa<s{id al-syari< ah diartikan sebagai sebuah rasa keadilan, kesetaraan, kemaslahatan dan cinta kasih antar sesama manusia. Dengan maqa<s{id inilah yang menjadi sumber inspirasi pada saat Alquran hendak melabuhkan ketentuan yang ada di 6 Abd Moqsith Ghazali, Metodologi Studi Alquran, (Jakarta: Gramedia, 2009), 150. 7 Abd. Moqsith Ghazali, Ijithad Islam Liberal: Upaya Merumuskan Keragaman yang Dinamis,, (Jakarta: Penerbit Jaringan Islam Liberal, 2005), 9.

56 lapangan. Artinya, maqa<s{id al-syari< ah merupakan sumber dari semua sumber hukum dalam Islam, termasuk dari Alquran itu sendiri. Oleh sebab itu apabila ditemukan teks agama baik di dalam Alquran maupun Hadis apalagi di dalam tafsir dan fikih yang tidak lagi menyuarakan maqa<s{id al-syari< ah, maka ia batal atau dapat dibatalkan demi logika maqa<s{id al-syari< ah. 8 Oleh karena itu menurut JIL, ijtihad hukum diharuskan bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi manusia, meskipun bertentangan dengan nas{ sekalipun. Sedangkan menurut ulama ahli usu<l fikih klasik, ketika saling bertentangan antara teks dalam Alquran dan sunah dengan mas{lah{a<t, maka para ulama usu<l fikih lebih mengutamakan dan mendahulukan nas{ dari pada mas{lah{a<t, bahkan para ulama usu<l fikih menyatakan antara nas{ dan mas{lah{a< tidak akan mungkin saling pertentangan, sebab yang tertera pada nas{ bertujuan untuk memberikan kemaslahatan bagi manusia. Misalnya pada sebuah konsep maslaha<t yang dipaparkan oleh kalangan liberal dalam buku Fiqih Lintas Agama. Menurut mereka dengan merujuk pada maqa<s{id shari< ah atau dengan dalih untuk kemaslahatan umum tentang perkawinan beda agama baik laki-laki maupun perempuan diperbolehkan, meskipun dalam Alquran perkawinan beda agama perempuan muslimah dengan laki-laki non-muslim diharamkan maka menurut JIL 8 Abd. Moqsith Ghazali, Membangun Ushul Fikih Alternatif dalam www.islamlib.com, diakses pada 24 Desember 2004.

57 berbeda, mereka sangat memperbolehkan perkawinan beda agama apapun aliran kepercayaannya. 9 Kaidah selanjutnya menurut Muqsith yakni, in khalafa al-àql wa alnaql, quddima al-àqlu bithari<qi al-takhshi<sh wa al- baya<n yang mempunyai arti apabila ada pertentangan antara pendapat akal dan bunyi harfiah teks ajaran, maka yang dimenangkan adalah pertimbangan akal dengan jalan takhshi<sh (spesifikasi ajaran) dan baya<n (penjelasan akal). Pada kaidah ini maka, dipahami bahwa JIL mempunyai pandangan kalau syariat akan sempurna jika tidak terletak pada tubuhnya sendiri, akan tetapi juga dengan sanggaan manusia sebagai subyek dan juga obyek dari pada syariat. Manusia yang mempunyai akal maka peranan manusia didalam proses memahami makna dalam syariat juga perlu digunakan secara maksimal karena manusia makhluk yang berakal, sementara teks itu sendiri tidak mempunyai akal. Manusia yang diciptakan Allah swt mempunyai akal, maka manusia juga mempunyai kewenangan untuk merumuskan dan memahami ajaran di dalam Islam dan manusia pula yang berkemampuann untuk menggunakan akalnya secara maksimal untuk memahami syariat secara sempurna. 10 Pendapat muqsith ini diikuti oleh tokoh liberal lainnya, Ulil Abshar Abdalla. Dalam tulisannya, koordinator JIL ini, berpendapat bahwa sumber hukum tertinggi dalam Islam adalah akal, yang kemudian disusul oleh Alquran, Sunah, dan 9 Nurcholis madjid, Fiqih Lintas Agama..., 153. 10 Abd. Moqsith Ghazali, Ijithad Islam Liberal..., 10.

58 Ijma. 11 Pendapat Ulil ini memperkuat kaidah metode ijtihad tokoh JIL Muqsith Ghazali yang menjadikan akal sebagai landasan utama dalam berijtihad. Jadi, kedudukan Alquran dan Sunah dalam berijtihad terletak dibawah akal manusia. Menurut Ulil, akal mempunyai kemampuan pada keterarahan suatu kebenaran. Sedangkan Alquran hanya mengkonfirmasi ketegori-kategori moral dan potensi-potensi kebaikan yang ada dalam akal manusia. Alquran adalah Wahyu yang kedudukannya adalah sekunder terhadap akal. Sementara itu menurutnya Sunah Nabi adalah salah satu model penerapan Islam saja, yang kemudian dijadikan sebuah pertimbangan untuk melihat bagaimana bentuk aplikasi penerapan ide-ide Alquran dalam lingkungan masyarakat Arab kuno pada saat N a b i s a w m a s i h hidup. Menurut Ulil, cara yang dipilih Nabi tidak serta merta mengikat generasi silam yang hidup setelahnya Nabi. Sunah Nabi hanya sebagai bahan pertimbangan suatu ide gagasan yang universal dalam Alquran. Oleh karena itu, kita yang hidup di abad 21 ini ditantang untuk melakukan Sunah baru sesuai dengan konteks kita pada saat ini. 12 Ulil Abshar Abdalla, koordinator JIL juga menyebut bahwa suatu larangan perkawinan beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan laki-laki non-islam, saat ini sudah tidak relevan lagi. Berdasarkan 11 Ulil Abshar-Abdalla, 2002, Metode Pemahaman Islam Liberal: Sebuah Percobaan Pemikiran dalam www.islamlib.com, diakses pada 24 Desember 2013. 12 Ibid.

59 pemahaman menggunakan kemampuan akalnya (ijtihad Ulil) hukum kawin beda agama diperbolehkan meskipun bertentangan dengan ayat Alquran dan Sunah. 13 13 Ulil Abshar Abdalla, Menyegerakan Kembali Pemahaman-pemahaman Islam, dalam http://islamlib.com/?site=1&aid=297&cat=content&cid=11&title=menyegarkan-kembali pemahaman-islam, diakses pada tanggal 24 Januari 2015.