TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN TESIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend penyakit DM tipe 2 di

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kekurangan hormon insulin akibat ketidakmampuan kelenjar

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PASIEN DM TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

Transkripsi:

TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN 9-5 Trend Prevalence of Diabetes Mellitus (DM) Type 2 Regional General Hospital (Hospital) Cilacap 9-5 Engkartini* 1 STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap 53223 Email : engkar_6@yahoo.com ABSTRAK Latar belakang : Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan nasional yang mengalami peningkatan setiap tahun. Data epidemologi diperkirakan pada tahun 3 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Peningkatan penderita DM disebabkan berbagai faktor antara lain jenis kelamin, umur, riwayat keluarga, hipertensi, kolesterol dan tempat tinggal.tujuan penelitian ini mengetahui trend prevalensi penyakit Diabetes Melitus (DM) tipe 2 di RSUD Cilacap tahun 9-5. Metode: Desain penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif. Metode penelitian menggunakan survey cross sectional. Populasi sebanyak 214 dan sampel 336 rekam medis penderita DM tipe 2 yang dirawat di RSUD Cilacap. Analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif dan teknik pengambilan sampel dengan convenience sampling. Hasil: Hasil penelitian trend penyakit DM rata-rata mengalami peningkatan 3,8%. Penderita DM tipe 2 sebagian besar berjenis kelamin perempuan dan usia diatas 45 tahun. Hasil uji beda terdapat perbedaan jenis kelamin, usia, dan tempat tinggal dengan nilai(p<,5). Faktor hipertensi dan kolesterol mempunyai proporsi yang sama (p>,5). Kesimpulan : Trend penderita DM di RSUD Cilacap baik dari jenis kelamin, hipertensi, kolesterol dan tempat tinggal bervariasi setiap tahunya. Kata kunci: Prevalensi,usia, jenis kelamin, hipertensi, kolesterol, tempat tinggal. ABSTRACT Background: Diabetes Meilitus (DM) is a national health problem that increase every year. Epidemiology data are show approximately in 3 the DM prevalence in Indonesia is 21.3 million patient. This increased of DM patient ls causes by many factors such as DM gender, age, family history, hypertension, cholesterol and residence. The aim the research Objective is to know the prevalence trends of DM (DM) type 2 in Cilacap General Hospital from 9 to 5. Methods: The research design used quantitative descriptive, with cross-sectional survey method. Population are 214 people and 336 of medical record patient DM type 2. Data analysis using descriptive statistics and sampling techniques with sampling convenience.results: Almost the patient of DM type 2 is the women and their age more than 45 years old. The difference are occured on gender, age, and urban (p <.5). Factors of hypertension and cholesterol have value equal proportion is (p>.5). Conclusion:Trend of age, gender, hipertension, cholesteroland, residence factors among diabetik patient in RSUD Cilacap vary every year. Keywords:Prevalence, age, gender, hypertension, cholesterol and residence

PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronik pada sistem endokrin yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah melebihi kadar normal Hal tersebut dikarenakan kekurangan hormon insulin akibat ketidakmampuan kelenjar pankreas memproduksi insulin secara maksimal (Hastuti, 8; Wicaksono, 1). World Health Organization (WHO) menyebutkan jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun sebanyak 8,4 juta orang dan menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 3 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes UK, 4). Di Propinsi Jawa Tengah, jumlah kasus daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% (Rohmah, Bakar, Wahyuni, 2). insulin (Setyorogo & Trisnawati, 2), selain itu aktivitas fisik juga mempengaruhi terjadinya DM. Aktivitas fisik dipengaruhi oleh pola hidup dan lingkungan tempat tinggal. Thelin & Holmberg, (4) menyatakan faktor penyebab DM adalah tempat tinggal. Seorang yang tinggal di daerah kota lebih berresiko terkena DM dibandingkan di daerah pedesaan. Masyarakat di pedesaan lebih banyak aktifitas dan konsumsi makanan yang baik dibandingkan di daerah perkotaan. Kondisi stress meningkatkan resiko untuk terkena DM karena dalam kondisi DM tertinggi di Kabupaten Cilacap (3,9%), stress tubuh akan memproduksi hormon diikuti Kabupaten Tegal Kota (3,1%), Surakarta (2,8%), dan Pemalang (2,1%) (Riskesda, 7). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 7, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat kortisol secara berlebihan sehingga akan sulit tidur, depresi, tekanan darah merosot dan nafsu makan berlebih. Klien dengan stres berkepanjangan beresiko terkena DM (Siagian, 2 dalam Setyorogo, 3 ). DM pada kelompok usia 45-54 tahun di Riwayat keluarga dengan diabetes

melitus memiliki resiko menderita DM METODOLOGI PENELITIAN sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka resiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, ). Resiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 1-3% dari pada ayah dengan DM (Diabetes UK, ). Tekanan darah yang tinggi beresiko Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey. Populasi yaitu 214. Sampel yaitu data pasien DM dengan rawat inap di RSUD Cilacap yaitu 336. Analisa data dengan menggunakan statistik deskriptif untuk semua terhadap penyakit DM Tipe 2. Kadar variabel faktor resiko DM tipe 2 dengan kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisity (toksin dari triglserida dan asam lemak bebas yang berlebihan terhadap sel sehat). Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang akhirnya mengakibatkan DM Tipe 2 (Kemenkes, ). Pada kasus tekanan darah tinggi terjadi penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (Zieve, 2). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk penyajian menggunakan grafik. HASIL PENELITIAN 25,, 15, 1, 5,, Gambar 1. Trend Prevalensi Kasus DM Yang Dirawat Di RSUD Cilacap Tahun 9-5 912345 Prevalensi Berdasarkan gambar diatas trend prevalence DM mengalami peningkatan dari tahun 9 ke 5 yaitu dari 7, 6% menjadi 21, 6%. mengetahui trend prevalensi penyakit DM tipe di RSUD Cilacap tahun 9-5.

Gambar 2. Jumlah Pasien DM Pada Tahun 9-5 Berdasarkan Jenis Kelamin 25 15 1 5 9 1 11 12 13 14 15 Jumlah kasus DM yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan hanya terjadi pada tahun 9. Pada tahun -5 jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Secara keseluruhan jumlah pasien DM yang dirawat di RSUD Cilacap pada tahun 9-5 lebih banyak berjenis kelamin perempuan dibandingkan pasien yang berjenis kelamin laki-laki. Tot al Laki-laki 13 19 15 12 14 27 23 123 Perempuan 11 31 29 23 28 35 56 213 Laki-laki Perempuan Gambar 3. Jumlah Pasien DM Pada Tahun 9-5 Berdasarkan Usia 3 25 15 1 5 9 1 2 3 4 5 Tot al < 45 tahun 7 12 4 7 4 9 8 51 > 45 tahun 17 38 4 28 38 53 71 285 < 45 tahun > 45 tahun Sebagian besar usia pasien DM telah berusia > 45 tahun. lebih banyak dibanding perempuan hanya terjadi pada tahun 9. Pada tahun -5 jumlah pasien yang berusia > 45 tahun lebih banyak dibandingkan pasien yang berusia berusia < 45 tahun. Secara keseluruhan jumlah pasien DM yang dirawat di RSUD Cilacap pada tahun 9-5 lebih banyak pasien yang berusia > 45 tahun dibandingkan pasien yang berusia <45 Gambar 4. Jumlah Pasien DM Pada Tahun 9-5 Berdasarkan Hipertensi 18 16 14 1 1 8 6 4 9 1 11 12 13 14 15 To tal Tidak hipertensi 1 24 24 17 12 4 46 173 Hipertensi 14 26 18 3 22 33 163 Tidak hipertensi Hipertensi Pada kasus hipertensi pasien DM yang dirawat di RSUD Cilacap tidak konsisten. Pada tahun 9- dan pada tahun 2-3 pasien DM dengan hipertensi lebih banyak dibanding pasien DM tanpa hipertensi. Pada tahun 1 dan 4-5 jumlah pasien DM tanpa hipertensi lebih

banyak dibandingkan pasien DM dengan hipertensi. Secara keseluruhan jumlah pasien DM yang dirawat di RSUD Cilacap pada tahun 9-5 lebih banyak pasien tanpa hipertensi dibandingkan pasien dengan hipertensi. Gambar 5. Jumlah Pasien DM Pada Tahun 9-5 Berdasarkan Kadar Kolesterol 18 16 14 1 1 8 6 4 9 1 2 3 4 5 Tot al Normal 1 24 22 13 37 33 159 Tinggi 14 26 22 22 22 25 46 177 kolesterol tinggi. Secara keseluruhan jumlah pasien DM yang dirawat di RSUD Cilacap pada tahun 9-5 lebih banyak pasien dengan kolesterol tinggi dibandingkan pasien dengan kolesterol normal. Gambar 6. Jumlah Pasien DM Pada Tahun 9-5 Berdasarkan tempat tinggal 18 16 14 1 1 8 6 4 9 1 2 3 4 5 Tot al Normal 1 24 22 13 37 33 159 Tinggi 14 26 22 22 22 25 46 177 Normal Tinggi Normal Tinggi Pada tahun 9-5, jumlah pasien Pada tahun 9- dan pada tahun 2-3 serta pada tahun 5, jumlah pasien DM dengan kolesterol tinggi lebih banyak dibanding pasien DM dengan kolesterol normal. Pada tahun 1, pasien DM dengan kolesterol tinggi dan kolesterol normal berjumlah sama. Pada 3 jumlah pasien DM dengan kolesterol normal lebih banyak dibandingkan pasien DM dengan DM kebanyakan tinggal di daerah perkotaan dibanding pasien DM yang bertempat tinggal di pedesaan. Secara keseluruhan jumlah pasien DM yang dirawat di RSUD Cilacap pada tahun 9-5 lebih banyak pasien yang tinggal di perkotaan dibandingkan pasien yang tinggal di pedesaan. PEMBAHASAN Hasil uji statisitik non parametrik binomial didapatkan bahwa dari 5 faktor

risiko yang diteliti, terdapat 4 faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DM tipe II yang dirawat di RSUD Cilacap. Keempat faktor tersebut adalah jenis kelamin, usia, hipertensi dan tempat tinggal pasien. Kadar kolesterol dalam darah tidak berhubungan dengan kejadian DM tipe II yang dirawat di RSUD Cilacap. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi pasien DM tipe II yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan lakilaki dan perbedaan proporsi tersebut signifikan secara statistik pada tahun 1, 3, 4 dan 5. Pada tahun 9, dan 2, jumlah pasien yang menderita DM tipe II yang dirawat di RSUD sebagian besar perempuan walaupun berdasarkan uji binomial tidak bermakna. Temuan ini sesuai dengan pendapat Brunner dan Suddart (2) menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak menderita sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati. Estrogen adalah hormon yang dimiliki perempuan. Fluktuasi kadar hormon estrogen yang dapat memengaruhikadar glukosa darah. Pada waktu kadar hormon estrogen meningkat, tubuh dapatmenjadi resisten terhadap insulin (Pelt, 8). Irawan () menyebutkan bahwa pascamenopouse menyebabkan distribusi lemak tubuh menjadimudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga perempuan berisiko menderita DM tipe II. Sebagian besar pasien DM tipe II yang dirawat di RSUD Cilacap berusia lebih dari 45 tahun pada tahun -5. Hal tersebut menunjukkan bahwa usia menjadi tren faktor risiko penderita DM tipe II yang dirawat di RSUD Cilacap selama 6 tahun terakhir. Bahkan, proporsi pasien DM tipe II yang berusia lebih dari atau sama dengan 45 diabetes melitus dibandingkan laki-laki. Hal tahun mencapai 85 persen dari seluruh ini dipicu oleh adanya persentase timbunan lemak badan pada wanita yanglebih besar dibandingkan dengan laki-laki yang menjadi salah satu faktor yang dapatmenurunkan sampel yang dipilih. Hasil penelitian di RS Riau juga menemukan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan kejadian DM (p<,5). Pasien yang

berusia > 45 tahun kemungkinan terserang DM sebesar 6,45 kali dibanding pasien yang berusia < 45 tahun. DM disebut sering digolongkan sebagai penyakit degeratif karena penyakit ini biasa diderita lanjut usia (Park, Griffin, Sargeant, & Wareham, 2). Pada lanjut usia terjadi penurunan fungsi organ tubuh (degeneratif) dan menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme glukosa. Pada Lanjut usia organ pankreas yang mengalami penurunan fungsi dalam menghasilkan hormon insulin, sehingga kasus DM akan meningkat kasusnya sejalan dengan pertambahan usia (Zahtamal, Chandra, Suyanto, Restuastuti, 7). Menurut (Thelin & Holmberg, 4) faktor penyab diabetes melitus adalah berdasarkan tempat tinggal. Hasil penelitian ini menemukan ada perbedaan proporsi penderita DM tipe II berdasarkan tempat tinggal pada tahun 1, 3 dan tahun 5. Pada tahun-tahun tersebut jumlah pasien dengan DM tipe II kebanyakan bertempat tinggal di daerah perkotaan. Hasil penelitian Lian Gu, dkk (2 ) juga menemukan terdapat perbedaan prevalensi diabetes mellitus didaerah kota dan pedesaan. Jumlah penderita DM tipe II di daerah perkotaan lebih banyak dibandingkan Jumlah penderita DM tipe II di daerah pedesaan. Masyarakat di pedesaaan lebih banyak beraktifitas dan mempunyai pola konsumsi makanan yang baik dibandingkan masyarakat di daerah perkotaan. Tempat tinggal tidak secara langsung menjadi faktor risiko kejadian DM tipe II, namun perilaku orang yang tinggal di kota cenderung lebih berisiko terkena DM tipe II dibandingkan orang yang didareah pedesaan. Irawan () mengatakan bahwa faktor perilaku dan gaya hidup berpengaruh terhadap kejadian DM Tipe 2. Nurhayati (9) mengatakan bahwa perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko penyakit degeneratif seperti DM ( Nurhayati S, 9). Hasil penelitian ini menunjukkan pada tahun 9-2, hipertensi belum menjadi faktor risiko kejadian DM tipe II.

Pasien DM tipe II yang hipertensi dengan pasien yang tidak hipertensi mempunyai proporsi yang sama. Pada tahun 3-4, pasien DM tipe II yang mempunyai penyakit penyerta hipertensi lebih banyak dibandingkan pasien yang tidak hipertensi. Pada tahun 5, pasien DM tipe II dengan hipertensi justru lebih kecil dibandingkan pasien DM tipe II yang tidak hipertensi. Guyton (7) mengatakan hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama (kronik) dapat menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan penyebab utama peningkatan kadar glukosa darah dan yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Penderita DM 2 mampu memproduksi insulin dalam jumlah cukup, tetapi glukosa gagal masuk ke dalam sel karena resistensi ( Lingga, 2). Penelitian ini tidak melakukan pengamatan terhadap riwayat hipertensi pasien DM tipe II yang dirawat di RSUD Cilacap sehingga tidak dapat memastikan tingkat hipertensi pasien tersebut, pola pengobatan hipertensi dan sebagainya. Hasil penelitian Trisnawati et al (2) di Denpasar menyebutkan bahwa hipertensi tidak berhubunganm dengan kejadian DM karena kemungkinan pasien telah mendapat pengobatan hipertensi (Trisnawati, Widarsa, & Suastika, 3) Hasil uji binomial ditemukan bahwa proporsi pasien DM tipe II yang mempunyai kolesterol tinggi tidak berbeda dengan proporsi pasien DM tipe II yang mempunya kolesterol normal. Temuan ini tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa kadar kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisity (toksin dari triglserid dan asam lemak bebas yang berlebihan terhadap sel sehat). Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang akhirnya mengakibatkan DM Tipe 2 (Kemenkes, ). Hasil pemaparan tiap faktor risiko kejadian DM tipe II di RSUD Cilacap pada tahun 9-5 didapatkan bahwa pasien perempuan, berusia lebih dari 45 tahun dan bertempat tinggal di perkotaan berisiko lebih besar serta mempunyai penyakit penyerta hipertensi. Jenis kelamin dan usia adalah

faktor risiko DM tipe II yang tidak dapat dicegah, namun perilaku penderita DM tipe II dapat dikendalikan agar penyakit yang dideritanya tidak menjadi semakin parah, terutama pada penderita DM tipe II yang mempunyai riwayat hipertensi. Pengendalian perilaku terutama berkaitan dengan asupan makanan. Ketidakberhasilan pengendalian kadar gula darah berhubungan dengan asupan dan beban glikemik makanan serta aktivitas fisik yang rendah( Fitri dan Yekti, 2) KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan kadar kolesterol tinggi dengan penderita yang memiliki kadar kolesterol nomal, penderita DM tipe II dari tahun 9 sampai dengan 5 berdasarkan faktor tekanan darah bervariasi antara penderita yang memiliki tekanan darah tinggi dengan penderita yang memiliki tekanan darah normal pada tahun 3-4, penderita DM tipe II dari tahun 9 sampai dengan 5 berdasarkan tempat tinggal sebagian besar bertempat tinggal di daerah perkotaan, terutama pada tahun 1, 3 dan tahun 5. SARAN pembahasan dapat disimpulkan sebagai Bagi perawat disarankan untuk berikut : Jumlah penderita DM tipe 2 di RSUD Cilacap tahun 9-5 bervariasi, penderita DM tipe II dari tahun 9 sampai dengan 5 berdasarkan jenis kelamin sebagian besar perempuan, penderita DM tipe II dari tahun 9 sampai dengan 5 berdasarkan usia sebagian besar berusia lebih dari 45 tahun, penderita DM tipe II dari tahun 9 sampai dengan 5 meningkatkan promosi kesehatan mengenai gaya hidup dan pola makan yang sehat, serta menggalakkan olah raga khususnya bagi perempuan yang tinggal di daerah perkotaan dan telah berusia 45 tahun. Rumah sakit atau dinas pemerintah membuat kebijakan untuk lebih meningkatkan pendidikan edukasi baik melalui Puskesmas dan jejaringnya serta lintas sektoralnya. berdasarkan berdasarkan faktor kolesterol bervariasi antara penderita yang memiliki

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. (2). Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta : EGC. Diabetes UK.. Diabetes in the UK: Key Statistics on Diabetes Fitri dan Yekti (2), Asupan Energi, Karbohidrat, Serat, Beban Glikemik, Latihan Jasmani dan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2, Media Medika Indonesiana, Volume 46, Nomor 2. Hal 121-131 Guyton, A.C., dan Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC; 7 Hastuti, Rini Tri. 8. Faktor-faktor Resiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Melitus (Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Tesis Universitas Diponegoro. Irawan, Dedi.. Prevalensi dan Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesda 7). Thesis Universitas Indonesia. Kementerian Kesehatan.. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Resiko Diabetes Melitus Lian Gu, dkk (2) Trends in Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Diabetes Mellitus in Mainland China from 1979 to 2. International Journal of Endocrinology. Volume 3, Article ID 75315 Lingga. L (2). Melawan Diabetes Tipe-2 dengan Diet Sehat, Jakarta : Agromedia Pustaka. Nurhayati S (9) Hubungannya dengan Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hipertensi dan Diabetes Militus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI Jakarta, Tesis, Institut Pertanian Bogor. Park, P.J., Griffin, S.J., Sargeant, L., Wareham, N.J. The performance of a risk score in Predicting Undiagnosed Hyperglycemia. Diabetes Care. 2; 25:984-8. Pelt, D.F. & Beck, C.T. (2). Nursing research : Generating and assessing evidence for nursing practice. (9th ed). United States of America, McGraw-Hill Riskesda, 7. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 7. Setyorogo & Trisnawati, 3 Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 3 Siagian, 2 dalam Setyorogo, (3 ) Faktor Resiko Kejadian DM tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 3 Smeltzer & Bare, (1). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ( Brunner & Suddarth ) Edisi 8 Vol.2. Penerbit : EGC, Jakarta. Sunjaya, I Nyoman. (9). Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada Vol. 6 No.1 hal: 75-81 Thelin & Holmberg, 4 Type 2 diabetes among farmers and rural and urban eferents: cumulative incidence over years and risk factors in a prospective cohort study Asia Pac, J Clin Nutr 4;23(2):31-38. Trisnawati, Widarsa, dan Suastika (3) Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, Public Health and Preventive Medicine Archive, Volume 1, Nomor 1 Wicaksono R.P. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dibetes mellitus tipe 2. Tesis, Universitas Diponegoro; 1. Zahtamal, Chandra F., Suryanto., Restuastuti T. (7). Faktor-Faktor Resiko Pasien Diabetes Mellitus. Berita Kedokteran Masyarakat. Volume 23, No 3. Zieve, David. (2). Hypertension Overview. 2. [http://nlm.nih.gov/ medlineplus/ency/anatomyvideos/7 2.htm].