BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

IRRA MAYASARI F

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya. ada namun lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit.

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

I. PENDAHULUAN. kerja dengan penawaran angkatan kerja yang tersedia. upaya menumbuhkembangkan kewiraswastaan kepada masyarakat luas

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum SMK edisi 2004 juga menjelaskan tujuan SMK antara lain: melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

BAB I PENDAHULUAN. mental yang baik agar siap untuk terjun dan bersaing di dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan bekerja, akibatnya jumlah pengangguran semakin bertambah yang berdampak pada perekonomian Indonesia. Badan Pusat Statistika (BPS,2016) bulan Agustus mencatat jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 125,44 juta orang dan jumlah penduduk yang bekerja mencapai 118,21 juta orang, sehingga jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 7,03 juta orang, yang menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia masih tinggi. Khusus untuk Kota Bandung mencatat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2015 menurun dibandingkan tahun 2014, namun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2015 justru meningkat bila dibandingkan tahun 2014. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Bandung dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Bandung Tahun Keterangan 2014 2015 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 63,04 % 62,52 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 8,05 % 9,02 %. Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2016 1

2 Berdasarkan tabel 1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2015 adalah 62,52%, ini berarti bahwa 100 penduduk usia 10 tahun ke atas terdapat 62 orang yang termasuk angkatan kerja. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, TPAK Kota Bandung mengalami penurunan sebesar 0,52%. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Bandung tahun 2015 sebesar 9,02%. Ini berarti bahwa 100 dari penduduk yang termasuk angkatan kerja 9 orang diantaranya adalah pencari kerja (pengangguran). Jika dibandingkan dengan tahun 2014, TPT Kota Bandung mengalami peningkatan sebesar 1,03%. Masalah pengangguran yang masih tinggi dapat diperkecil dengan cara berwirausaha. Berwirausaha merupakan cara yang paling tepat untuk mengatasi pengangguran dengan menyerap tenaga kerja. Selain itu, dengan menciptakan lapangan pekerjaan berpeluang menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada berkarir menjadi karyawan. Berwirausaha juga membantu meningkatkan perekonomian suatu negara karena dapat membuka lapangan pekerjaan. Wirausaha seakan menjadi harga mati bagi negara manapun di dunia ini yang ingin naik ke level yang lebih tinggi sebagai negara maju. Sosiolog David McClelland (2016) menetapkan batas 2 persen dari total jumlah penduduk haruslah pengusaha agar suatu negara bisa disebut sebagai negara maju dan agar suatu negara mampu membangun perekonomian negaranya. Bukan hanya melipatgandakan jumlah pengusaha, Indonesia juga perlu menciptakan pengusaha baru yang berkualitas dan terdidik. Sebagai pembanding persentase wirausaha dari total jumlah penduduk Indonesia dengan negara lain dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini.

3 Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah Wirausaha dari Beberapa Negara Negara Persentase wirausaha dari total jumlah penduduk Amerika Serikat 12 % Jepang 10 % Tiongkok 10 % Singapura 7 % India 7 % Malaysia 3 % Indonesia 1,63 % Sumber : http://www.beritasatu.com/nasional/365893- indonesia-butuh-lebih-banyak-wirausaha-baru.html (2016) Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jika dibandingkan dengan negara-negara lain, perkembangan kewirausahaan di Indonesia masih sangat kurang dan masih berada di bawah 2 persen. pengembangan SDM dengan kompetisi semacam ini tepat dan relevan untuk membibitkan para pelajar agar menjadi wirausaha dan menciptakan lapangan kerja. Menghadapi kenyataan ini maka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan di jenjang menengah mempunyai peran untuk menciptakan generasi muda dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. SMK mempunyai tujuan pendidikan yang tertuang pada Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2003, secara mendasar Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif, mampu bekerja mandiri, dan terampil sehingga siap pakai dalam dunia kerja sesuai dengan kompetensi keahlian. Dilihat dari tujuan SMK di atas bahwa lulusan SMK yang sudah dibekali pengetahuan dan keterampilan diharapkan menjadi sumber daya manusia yang

4 siap kerja dan memiliki keterampilan mampu menciptakan peluang usahanya dengan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidangnya masing-masing, tidak hanya mampu mengisi peluang usaha yang sudah ada saja, namun upaya pendidikan juga harus mampu memberikan lulusan yang memiliki jiwa dan perilaku kewirausahaan. Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan banyak yang harus berhadapan langsung dengan dunia kerja, tidak seperti lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Prinsipnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga penghasil lulusan atau tenaga-tenaga yang terampil guna membentuk dan menyiapkan peserta didik menuju Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, dengan demikian sudah seharusnya sekolah menyelenggarakan program-program unggulan untuk memberikan pelayanan prima bagi peserta didik. Namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2016, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mencapai 11,11 persen. Angka ini menempati posisi tertinggi dibanding pekerja lain yang menamatkan pendidikan dari sekolah dasar maupun universitas. Posisi kedua TPT tertinggi adalah dari lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 8,73 persen, ini menunjukan bahwa lulusan kejuruan belum sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Tingkat pengangguran terbuka di kalangan SMK tersebut tidak sebanding dengan banyaknya SMK yang semakin bertambah. Berikut ini adalah gambar 1.1 grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk usia 15 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan data per Agustus 2016.

5 Universitas Diploma I/II/III/Akademi Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Pertama Sekolah Dasar Tidak/belum tamat SD Tidak/belum pernah sekolah Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2016 0 2 4 6 8 10 12 Gambar 1.1 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (Agustus 2016) Dunia pendidikan diharapkan memiliki peran besar untuk ikut berperan mengatasi persoalan-persoalan yang ada seperti masalah pengangguran. Pendidikan berperan menyumbang calon tenaga kerja yang terdidik, akan tetapi dalam kenyataan yang ada justru orang-orang terdidiklah yang banyak menambah angka pengangguran di Indonesia sekarang ini. Karena itu, semangat kewirausahaan perlu terus dibangun untuk meningkatkan ketersediaan lowongan pekerjaan. Salah satu penyebab masalah pengangguran terdidik dari SMK adalah pada kenyataannya yang terjadi lulusan SMK setelah mereka lulus lebih memilih mencari pekerjaan dan pekerjaan itupun belum tentu sesuai dengan bakat dan kemampuan. Lulusan jarang yang mau dan mampu menciptakan dan

6 mengembangkan pekerjaan. Bahkan mereka yang belum mendapatkan pekerjaan lebih baik menganggur dari pada membuka usaha sendiri. Oleh sebab itu, permasalahan mengenai rendahnya minat berwirausaha peserta didik sangat perlu diteliti karena jika semakin bertambah jumlah pengangguran akan memperparah keadaan ekonomi suatu daerah dan suatu negara pada umumnya. SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di jalan Sekolah Internasional No. 1-6, Antapani, Cicaheum, Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang mempunyai beberapa jurusan ini berupaya untuk tetap dapat melaksanakan tujuan SMK agar mampu mencapai tujuan dengan baik. Diharapkan peserta didik mampu membangun jiwa kewirausahaan, untuk membangun jiwa berwirausaha dibutuhkan minat dari dalam diri peserta didik. SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung merupakan SMK yang mempunyai komitmen terhadap masalah kewirausahaan, terlihat dari salah satu misi sekolah terdapat misi Mengembangkan entrepreneurship school dalam mencapai visinya, dimana visinya adalah Pada Tahun 2020 Menjadi Kebanggaan Sivitas Akademika SMK MVP ARS Internasional Bandung. Selain itu, semua jurusan yang dimiliki SMK MVP ARS Internasional Bandung sudah terakreditasi A (Amat Baik) dan sudah memiliki standar ISO. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dengan mewawancarai beberapa peserta didik SMK MVP ARS Internasional Bandung kelas XI bahwa mereka memiliki minat dalam hal berkewirausahaan, namun minat mereka untuk terjun dalam dunia wirausaha cenderung masih rendah.

7 Beberapa peserta didik mengaku bahwa mereka kini telah mulai berwirausaha kecil-kecilan seperti peserta didik jurusan Jasa Boga yang berjualan di lingkungan sekolah saat jam istirahat, namun hanya menjadikan itu sebagai sampingan dari hasil prakteknya di sekolah saja bukan menjadi prioritas utamanya. Saat ditanyakan bagaimana rencana mereka setelah lulus, apakah ada rencana untuk memiliki usaha sendiri namun sebagian banyak dari mereka belum berani berwirausaha dengan serius dan menjadikan wirausaha sebagai pekerjaan utama. Fenomena yang ada pada peserta didik SMK MVP ARS Internasional Bandung khususnya kelas IX berkaitan dengan minat berwirausaha dapat dilihat pada tabel 1.3. Tabel 1.3 Rencana Peserta Didik Kelas XI SMK MVP ARS Internasional Bandung Setelah Lulus Jurusan Melanjutkan Pendidikan Bekerja Wirausaha Jumlah RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) 5 12 3 20 TKJ (Teknik Komputer Jaringan) 6 13 2 21 Keuangan 8 13 3 24 Jasa Boga 4 10 4 18 Kepariwisataan 5 8 3 16 Otomotif 2 6 1 9 Jumlah 30 62 16 108 Sumber : Data primer SMK Multi Vocational Platform ARS Internasional Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa peserta didik SMK MVP ARS Internasional Bandung kelas XI berdasarkan jurusan diatas yang memilih profesi sebagai wirausaha hanya 16 orang atau 14,81%, sisanya 30 orang atau 27,78% memilih untuk melanjutkan pendidikan dan 62 orang atau 57,41% memilih untuk bekerja, dari keseluruhan peserta didik, hanya 14,81% peserta didik yang

8 memiliki rencana untuk menjadi wirausaha ini artinya masih sangat sedikit peserta didik yang memiliki minat berwirausaha. Peserta didik mengaku bahwa minat berwirausaha cenderung masih rendah karena mereka bermasalah dengan beberapa faktor dimana yang sering disebutkan adalah takut akan resiko ketidakberhasilan dan rendahnya keyakinan diri dari setiap peserta didik untuk menjadi wirausaha dan lebih menghendaki setelah mereka lulus nanti untuk bekerja sebagai pegawai negeri sipil atau pegawai swasta yang dianggap tidak beresiko. Hal ini dikarenakan mereka tidak percaya diri dengan pengetahuan mengenai kewirausahaan yang mereka miliki dan juga tingkat pengetahuan yang rendah serta belum berani mengaplikasikan apa yang mereka ketahui mengenai pengetahuan kewirausahaan ke dalam hal yang nyata, juga motivasi berprestasi peserta didik yang rendah. Minat dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu dari internal maupun ekternal. faktor-faktor yang negatif bisa sangat berpengaruh terhadap minat apabila peserta didik tidak memiliki keyakinan terhadap kemampuannya. Self efficacy atau efikasi diri inilah yang menyebabkan peserta didik dapat memutuskan apakah ia akan terjun kedalam dunia wirausaha atau tidak. Keyakinan akan kemampuannya dalam menghadapi berbagai resiko dalam membuka usaha sangatlah penting. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulan Oktabriyantina, dkk (2014:3) apabila minat berwirausaha tanpa disertai dengan self efficacy yang tinggi maka bisa dipastikan bahwa minatnya hanya akan menjadi cita-cita yang tak terwujud. Banyak kecemasan yang dirasakan oleh peserta didik ketika pertama kali akan membuka

9 usaha. Kecemasan-kecemasan yang dibiarkan akan cenderung melemahkan minat peserta didik. Apalagi dengan banyaknya pesaing, lingkungan yang tidak mendukung, kurangnya modal, belum cukup pengalaman, pengetahuan tentang kewirausahaan yang rendah, kurangnya motivasi dalam diri peserta didik, semua hal itu akan semakin membuat peserta didik tidak yakin dengan kemampuannya. Tingkat percaya diri atau tingkat keyakinan peserta didik yang rendah didukung oleh pernyataan Guru kewirausahaan yang merangkap sebagai wakil kepala sekolah kurikulum SMK MVP ARS Internasional bahwa tingkat keyakinan peserta didik terhadap minat berwirausaha yang rendah terlihat selama proses pembelajaran di sekolah. Sebagian besar peserta didik cenderung menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya pada saat praktek kewirausahaan, dimana praktek kewirausahaan disini adalah dalam bentuk peserta didik diberi tugas menjual produk atau jasa yang dihasilkannya sesuai dengan jurusan masing-masing. Peserta didik merasa tidak percaya diri dengan produk atau jasa yang dihasilkannya dan tidak percaya diri bahwa usahanya akan berhasil sehingga banyak peserta didik tidak berminat untuk berwirausaha, padahal produk dan jasa yang dihasilkannya dinilai layak untuk dipasarkan. Membuka sebuah usaha memerlukan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri bahwa usahanya akan berhasil, hal inilah yang akan menumbuhkan minat seseorang untuk berani memulai suatu usaha. Apabila seseorang tidak percaya akan kemampuan yang dimiliki, kecil kemungkinan orang tersebut akan berminat dalam berwirausaha. Keyakinan diri atau efikasi diri yang positif merupakan faktor penentu keberhasilan yang akan menciptakan kepuasan yang

10 muncul bersamaan dengan adanya pengetahuan yang sudah diserap dan motivasi dalam diri untuk menciptakan minat berwirausaha. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Pendidikan kewirausahaan bertujuan agar peserta didik dapat mengaktualisasi diri dalam perilaku wirausaha. Mata pelajaran kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan pada kurikulum SMK sekarang ini. Isi mata pelajaran kewirausahaan bertujuan agar peserta didik memahami tentang pengetahuan kewirausahaan dan dapat mempraktekan baik saat mereka masih belajar di sekolah maupun setelah mereka lulus dari sekolah kelak, dengan diajarkan mata pelajaran kewirausahaan akan semakin menambah pengetahuan kewirausahaan peserta didik SMK tentang wirausaha. Hal ini diharapkan akan semakin menumbuhkan tingkat percaya diri peserta didik dalam minat berwirausaha. Pengetahuan kewirausahaan yang sudah diberikan kepada peserta didik sejak proses pendidikan diharapkan dapat menjadikan peserta didik sebagai SDM yang berkualitas dan sosok terampil yang sudah mempunyai pangsa pasar saat masih bersekolah dan diharapkan peserta didik mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan keterampilan masing-masing. Pengetahuan kewirausahaan dapat diperoleh melalui mata pelajaran kewirausahaan. Mata pelajaran kewirausahaan di SMK merupakan mata pelajaran yang wajib sesuai dengan kurikulum. Mata pelajaran kewirausahaan bersifat untuk meningkatkan pengetahuan kewirausahaan, untuk mengukur tingkat pengetahuan kewirausahaan peserta didik dapat menggunakan nilai pengetahuan kewirausahaan. Berikut tabel 1.4 adalah nilai rata-rata pengetahuan kewirausahaan

11 peserta didik SMK MVP ARS Internasional kelas XI dimulai dari semester satu sampai semester tiga. Tabel 1.4 Nilai Rata-rata Pengetahuan Kewirausahaan Peserta Didik Nilai rata-rata pengetahuan Jurusan kewirausahaan peserta didik Semester 1 Semester 2 Semester 3 RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) 84,90 82.30 81,65 TKJ (Teknik Komputer Jaringan) 83,90 81,00 81,00 Keuangan 87,48 85,25 83,04 Tata boga 85,45 85,50 87,50 Pariwisata 76,62 78,87 78,18 Otomotif 79,18 79,00 59,00 Total nilai rata-rata semua jurusan 82,92 81,98 78,39 Sumber : Data Sekunder SMK Multi Vocational Platform ARS Internasional Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat bahwa total nilai rata-rata pengetahuan kewirausahaan peserta didik untuk semua jurusan semakin menurun setiap semesternya. Nilai rata-rata pengetahuan kewirausahaan peserta didik pada semester satu adalah 82,92 menurun pada semester dua menjadi 81,98 dan 78,39 pada semester tiga. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan peserta didik mengenai kewirausahaan semakin menurun. Motivasi berprestasi yang tinggi harus ada dalam diri seseorang yang ingin menjadi wirausaha yang sukses, karena dengan adanya motivasi berprestasi yang tinggi dapat membentuk mental yang ada pada diri mereka untuk selalu lebih unggul dan mengerjakan segala sesuatu melebihi standar yang ada. Motivasi berprestasi juga menjadi faktor penting dalam membangkitkan minat berwirausaha. Motivasi bisa berasal dari diri sendiri maupun dari orang lain. Suatu keberhasilan akan tercapai apabila ada motivasi yang kuat dari peserta didik

12 yang bersangkutan. Kendala yang dihadapi sehubungan dengan usaha mengembangkan minat berwirausaha peserta didik SMK adalah masih banyaknya peserta didik SMK yang mempunyai anggapan bahwa untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik hanya ditentukan oleh kesempatan mendapatkan pendidikan yang tinggi dan masih banyak yang menggantungkan masa depan mereka pada gelar-gelar kependidikan dan ijazah-ijazah sekolah tanpa membekali mereka dengan sikap mandiri yang sangat dibutuhkan untuk terjun ke dunia wirausaha. Motivasi berprestasi peserta didik dapat tercermin dari ketekunan peserta didik dalam belajar untuk mencapai nilai yang tertinggi. Peserta didik dengan motivasi yang tinggi akan menunjukan keterampilan yang baik. Namun dapat dilihat dari nilai rata-rata keterampilan peserta didik yang tiap semesternya justru menurun. Berikut tabel 1.5 menunjukan nilai rata-rata keterampilan peserta didik SMK MVP ARS Internasional Bandung kelas XI. Tabel 1.5 Nilai Rata-rata Keterampilan Peserta Didik Jurusan Nilai rata-rata keterampilan peserta didik Semester 1 Semester 2 Semester 3 RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) 83,95 82,60 70,50 TKJ (Teknik Komputer Jaringan) 83,40 81,25 84,00 Keuangan 86,88 85,42 87,08 Tata boga 84,60 86,20 87,94 Pariwisata 79,62 77,87 77,37 Otomotif 78,82 76,00 64,00 Total nilai rata-rata semua jurusan 82,87 81,56 77,87 Sumber : Data Sekunder SMK Multi Vocational Platform ARS Internasional Bandung Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat bahwa total nilai rata-rata keterampilan peserta didik semua jurusan semakin menurun setiap semesternya. Nilai rata-rata

13 keterampilan peserta didik pada semester satu adalah 82,87 menurun pada semester dua menjadi 81,65 dan 77,87 pada semester tiga. Hal ini menandakan bahwa motivasi berprestasi peserta didik rendah karena ketekunan peserta didik dalam belajar untuk mencapai nilai keterampilan yang semakin baik justru pada kenyataannya menurun atau semakin buruk. Peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tentunya ia akan yakin dengan kemampuan yang ada pada dirinya sehingga dapat menumbuhkan minat berwirausaha dengan mengoptimalkan keterampilannya menjadi lebih baik. Sebagaimana pada saat peneliti melakukan observasi dan melakukan wawancara sehubungan dengan minat berwirausaha terdapat banyak peserta didik yang sudah mempunyai bekal pengetahuan melalui mata pelajaran kewirausahaan belum memunculkan efikasi dirinya setelah mendapatkan pengetahuan tentang kewirausahaan begitupun dengan motivasi dalam diri peserta didik yang rendah sehingga belum memunculkan efikasi diri atau keyakinan dalam diri peserta didik dalam minat berwirausaha, padahal jika peserta didik yakin atau mempunyai efikasi diri yang tinggi dalam berwirausaha maka minat untuk berwirausaha akan tumbuh. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Self Efficacy yang Berimplikasi pada Minat Berwirausaha Peserta Didik SMK Multi Vocational Platform ARS Internasional Bandung (Studi pada Kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Komputer Jaringan, Keuangan, Jasa Boga, Pariwisata dan Otomotif Tahun Ajaran 2016/2017).

14 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Identifikasi dan rumusan masalah adalah proses terpenting dalam sebuah penelitian. Identifikasi masalah bertujuan agar peneliti maupun pembaca mendapatkan sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul penelitian, sedangkan rumusan penelitian adalah pertanyaan penelitian yang dimana pertanyaan tersebut mengarahkan kepada apa yang sebenarnya ingin dikaji atau dicari tahu. Merujuk pada cakupan masalah yang terkait dengan ruang lingkup dan latar belakang penelitian, maka dalam penelitian ini penulis mengidentifikasikan dan merumuskan masalah sebagai berikut : 1.2.1 Identifikasi Masalah Sejalan dengan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dan berpijak pada hasil observasi dan wawancara, maka teridentifikasi beberapa permasalahan diantaranya; Identifikasi masalah mengenai minat berwirausaha : 1. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan bekerja. 2. Jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 7,03 juta orang, jumlah tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia masih tinggi. 3. Khusus Kota Bandung Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, dimana TPT tahun 2015 sebesar 9,02% dan TPT tahun 2014 adalah 8,05%.

15 4. Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia menurut pendidikan didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 5. Jumlah wirausaha Indonesia yang relatif kurang yaitu yang seharusnya minimal 2% namun saat ini hanya 1,68% dari jumlah penduduk di Indonesia. 6. Masih rendahnya minat berwirausaha dikalangan peserta didik SMK khususnya SMK MVP ARS Internasional Bandung. Identifikasi masalah mengenai self efficacy : 7. Banyak peserta didik SMK MVP ARS Internasional Bandung yang tidak yakin dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. 8. Banyak peserta didik yang tidak yakin untuk menjadi wirausaha sehingga sebagian besar peserta didik setelah lulus berencana untuk bekerja di sektor formal daripada berwirausaha dan sebagian besar lainnya memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Identifikasi masalah mengenai pengetahuan kewirausahaan : 9. Peserta didik kurang mendalami ilmu pengetahuan kewirausahaan. 10. Banyak peserta didik yang tidak berminat mengaplikasikan pengetahuan kewirausahaannya dalam bentuk yang nyata baik saat ini ataupun di masa yang akan datang. 11. Nilai rata-rata pengetahuan kewirausahaan peserta didik yang tiap semesternya menurun. Identifikasi masalah mengenai motivasi berprestasi : 12. Motivasi berprestasi peserta didik masih rendah, terlihat dari semakin menurunnya nilai rata-rata keterampilan peserta didik.

16 13. Banyak peserta didik yang dimana selama proses pembelajaran terlihat menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya dikarenakan kurangnya dorongan atau motivasi dari dalam dirinya dan lingkungannya. 14. Kurangnya motivasi dalam diri peserta didik terlihat pada saat praktek kewirausahaan, mereka tidak terdorong untuk membuat sesuatu yang lebih atau untuk mencapai standar yang telah ditetapkan. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi peserta didik tentang pengetahuan kewirausahaan di SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung. 2. Bagaimana persepsi peserta didik tentang motivasi berprestasi di SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung. 3. Bagaimana persepsi peserta didik tentang self efficacy di SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung. 4. Bagaimana persepsi peserta didik tentang minat berwirausaha di SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung. 5. Seberapa besar pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi terhadap self efficacy serta implikasinya terhadap minat berwirausaha peserta didik SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung baik secara parsial maupun simultan.

17 1.3 Tujuan Penelitian Maksud penulis melakukan penelitian adalah guna mendapatkan atau mengumpulkan data untuk diolah menjadi informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat menempuh ujian sarjana pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan Bandung. Tujuan penelitian di adalah untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Pengetahuan kewirausahaan peserta didik SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung. 2. Motivasi berprestasi peserta didik SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung. 3. Self Efficacy peserta didik SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung. 4. Minat berwirausaha peserta didik SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung. 5. Besarnya pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi terhadap self efficacy serta implikasinya terhadap minat berwirausaha peserta didik SMK Multi Vocational Platform (MVP) ARS Internasional Bandung baik secara parsial maupun simultan. 1.4 Kegunaan Penelitian Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran dan pengetahuan yang lebih luas kepada peneliti-peneliti yang akan melakukan penelitian lebih jauh mengenai permasalahan yang sama dan

18 diharapkan untuk penelitian yang selanjutnya bisa lebih baik dari penelitian yang telah dilakukan.. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan yang dapat dipertimbangkan, yaitu mengenai pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi terhadap self efficacy yang berimplikasi pada minat berwirausaha. Adapun kegunaan bagi sekolah yang diteliti, penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang bermanfaat sebagai acuan pengukuran terhadap keyakinan diri yang dimiliki oleh peserta didik dan untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan minat berwirausaha peserta didik.