Visi Pendidikan Spesialis dan Subspesialis: Menjadi bagian integral dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Skenario pelaksanaan Kebijakan JKN: Bagaimana mencegah kemungkinan terjadinya kegagalan dan menghadapi era MEA?

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

Sistem IT dan Telematika dalam konteks Struktur AHS. Laksono Trisnantoro dan Tim IKM Fakultas Kedokteran UGM

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Mencari RS Rujukan Nasional dalam era JKN. Pemetaan Motivasi Direksi dan Spesialis 6 Juni 2014

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

Historical cakupan lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

ALOKASI TAHUN ANGGARAN 2016

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

INDONESIA Percentage below / above median

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

BAGAIMANA KONDISI IMPLEMENTASI PROGRAM DIT KESJAOR SAAT INI? DIT KESJAOR, MARET 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

Assalamu alaikum Wr. Wb.

KUALIFIKASI TAMBAHAN DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Kepemimpinan dan perubahan budaya organisasi menuju budaya keselamatan pasien

Pengantar (ITC-DRR) Laksono Trisnantoro PMPK FK UGM

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. 1. Penerapan Standar Pendidikan drg 2. Penerapan Standar Pendidikan drg Sp 3. Uji Kompetensi 4. RSGMP 5.

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

URGENSI PENGUATAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DENGAN STANDARISASI UPAH NASIONAL OLEH SUBIYANTO,SH ANGGOTA DJSN RI UNSUR PEKERJA

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Transkripsi:

Visi Pendidikan Spesialis dan Subspesialis: Menjadi bagian integral dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia Laksono Trisnantoro, Fakultas Kedokteran UGM

Pengantar Jaminan Kesehatan Nasional talah berada di tahun ke 2 Ada kemungkinan akan gagal mencapai tujuan karena masalah supply pelayanan kesehatan Indikator yang gagal dicapai adalah keadilan sosial sesuai dengan UU SJSN di tahun 2014 Spesialis dan Sub-spesialis penting dianalisis termasuk tempat pendidikannya

Keadaan spesialis dan sub-spesialis Jumlah dan distribusi Spesialis: Jumlah dinilai cukup, namun distribusi tidak merata Sub-spesialis: tidak ada data nasional yang jelas Tempat pendidikan Spesialis: FK-FK dengan akreditasi A. Tidak bertambah. Sub-spesialis: Sulit didata Keadaan memprihatinkan. Kebijakan JKN tidak berdampak pada pengembangan spesialis dan subspesialis

Jumlah dan Distribusi Bagaimana perubahan dari tahun 2013 sampai sekarang?

DKI JAKARTA DI YOGYAKARTA BALI KEP. RIAU JAWA TENGAH BANTEN NUSA TENGGARA BARAT KEP. BANGKA BELITUNG JAWA BARAT JAMBI ACEH SUMATERA SELATAN SULAWESI SELATAN LAMPUNG RIAU JAWA TIMUR KALIMANTAN TIMUR SUMATERA BARAT SUMATERA UTARA PAPUA KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH SULAWESI UTARA SULAWESI TENGGARA GORONTALO SULAWESI BARAT KALIMANTAN BARAT SULAWESI TENGAH NUSA TENGGARA TIMUR PAPUA BARAT BENGKULU MALUKU UTARA MALUKU INDONESIA KETERSEDIAAN SPESIALIS ANAK DI RSU PEMERINTAH (%) 2013 120 75 % RSU PEMERINTAH MEMILIKI SPESIALIS ANAK 100 120 100 80 100 99 81 80 60 75.5 60 48 40 20 40 0 120 100 80 60 A B C D 100 95 76 75 64 20 0 40 20 0 Kementerian Kesehatan 2013

DKI JAKARTA BALI BANTEN JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR JAMBI KALIMANTAN TIMUR KEP. RIAU SULAWESI TENGAH DI YOGYAKARTA GORONTALO ACEH SUMATERA BARAT NTB PAPUA SULAWESI SELATAN LAMPUNG SUMATERA UTARA KALIMANTAN BARAT SULAWESI TENGGARA SULAWESI BARAT SULAWESI UTARA RIAU KALIMANTAN SELATAN NTT KEP. BANGKA BELITUNG MALUKU SUMATERA SELATAN KALIMANTAN TENGAH MALUKU UTARA BENGKULU PAPUA BARAT INDONESIA KETERSEDIAAN SPESIALIS ANESTESI DI RSU PEMERINTAH (%) 48,8 % RSU PEMERINTAH MEMILIKI SPESIALIS ANESTESI 120.0 100.0 100 94 90 80.0 80 60 40 43 24 60.0 48.8 20 40.0 0 A B C D 20.0 100 86 89 80 60 40 40 62 49 0.0 20 0 Kementerian Kesehatan 2013

Bagaimana di tahun 2015 Data yang tidak timeseries

822 568 1,289 1,029 1,195 1,267 2,361 2,622 2,506 2,156 3,745 4,503 5,751 5,388 6,785 Jumlah Spesialis JUMLAH SPESIALIS (NASIONAL) Per Oct

Jumlah Spesialis 4 Dasar per Provinsi 1,200 1,000 800 600 400 200 - Spesialis 4 Dasar per Provinsi Per Oct 2015 SpA SpOG SpD SpB Ketersediaan spesialis di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten lebih banyak dibanding di provinsi lain, di NTT hanya 0.2% dari total jumlah spesialis 4 dasar tersebut.

DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DIY JAWA TIMUR BANTEN SUMATERA BARAT RIAU SUMATERA SELATAN LAMPUNG BALI NTB NAD SUMATERA UTARA JAMBI BENGKULU KEPRI KALIMANTAN BARAT SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI SULAWESI BARAT KALIMANTAN KALIMANTAN KEP. BABEL NTT KALIMANTAN TIMUR MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA 1,238 809 946 1,110 612 419 2,143 1,432 1,045 502 127 284 425 569 335 155 67 194 588 173 321 117 107 102 685 252 1,714 2,714 4,853 5,929 6,032 5,424 Jumlah Spesialis per Provinsi TOTAL SPESIALIS PER PROVINSI Per Oct 2015 Ketersediaan spesialis di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten lebih banyak dibanding di provinsi lain, di NTT hanya 1 % dari total jumlah spesialis tersebut.

Bagaimana Perkembangan FK-FK yang menyelenggarakan pendidikan spesialis?

Akreditasi FK-FK Di tahun 2015: Tidak ada perubahan signifikan fakultas kedokteran yang bisa menyelenggarakan pendidikan Spesialis dan Sub-Spesialis

Akreditasi FK-FK UU Pendidikan Kedokteran. Yang diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan spesialisasi adalah FK-FK dengan akreditasi A

Catatan penting: Jumlah, penyebaran dokter sub-spesialis belum ada data yang akurat Tempat pendidikan dokter sub-spesialis masih mengalami guncangan pasca UU Pendidikan Kedokteran Menunjukkan rendahnya perhatian bangsa kepada pendidikan sub-spesialis Rentan untuk dimasuki sub-spesialis dalam konteks Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dimulai tahun 2015 ini

Ada kemungkinan Situasi pendidikan dokter spesialis dan subspesialis menjadi salahsatu faktor tidak tercapainya tujuan kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Perlu mempelajari skenario masa depan

Pembangunan Fisik dan RS Baik Skenario tidak baik. Perkembangan jumlah RS meningkat namun jumlah, distribusi, dan mutu Spesialis/subspesialis gagal memenuhi kebutuhan masyarakat akibat kebijakan Jumlah, distribus dan Mutu Spesialis/subspesialis sesuai harapan Skenario tidak baik. Perkembangan jumlah RS gagal memenuhi kebutuhan masyarakat akibat kebijakan JKN, walaupun jumlah spesialis mencukupi. Skenario Ideal. Perkembangan jumlah, distribusi RS dan Spesialis/sub spesialis memenuhi kebutuhan masyarakat akibat kebijakan JKN. Jumlah,distribusi, dan Mutu Spesialis/subspesi alis tidak sesuai harapan Skenario Terburuk. Perkembangan jumlah RS dan Spesialis gagal memenuhi kebutuhan masyarakat akibat kebijakan JKN. Skenario pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional Pembangunan Fisik dan RS Buruk

Skenario terburuk Kesenjangan antar daerah semakin meningkat; Kebijakan RS Rujukan Nasional, Propinsi, dan regional akan gagal. Pasien-pasien gagal ditangani di daerah masingmasing karena kekurangan tenaga spesialis dan peralatan. Pasien akan antre di Jakarta dan pasien yang dirujuk merupakan masyarakat yang berpenghasilan tinggi; Meningkatnya jumlah pasien akan tidak dapat diatasi. Waktu tunggu semakin lama. Pasien-pasien yang membutuhkan pelayanan tertier dan mampu akan terus ke luar negeri. Mutu pelayanan akan memburuk, terutama yang membutuhkan teamwork yang baik.

Strategi mencegah terjadinya skenario terburuk Penambahan RS dan fasilitas kesehatan Perbaikan jumlah dan distribusi spesialis dan sub-spesialis

Paper ini bertujuan untuk: Membahas Strategi 2: Reformasi Pendidikan Spesialis dan Sub-Spesialis dengan mengacu pada prinsip integrasi system pendidikan dan system pelayanan kesehatan

Perlu Visi Sistem Pendidikan Spesialis dan Sub-spesialis menjadi bagian integral sistem pelayanan kesehatan.

Perlu Visi Sistem Pendidikan Spesialis dan Sub-spesialis menjadi bagian integral sistem pelayanan kesehatan. Mengapa?

Perlu Visi Sistem Pendidikan Spesialis dan Sub-spesialis menjadi bagian Mengapa? integral sistem pelayanan kesehatan. Setelah hampir 2 tahun berjalan: Tidak ada hubungan antara tempat pendidikan spesialis dan sub-spesialis dengan perkembangan pelayanan kesehatan

Dua sistem yang terpisah dalam pendidikan spesialis dan sub-spesialis Sistem Pendidikan Kedokteran Sistem Pelayanan Kesehatan

Dua sistem yang terpisah dalam pendidikan spesialis dan sub-spesialis Sistem Pendidikan Kedokteran Sistem Pelayanan Kesehatan Salah satu faktor yang menjadi penentu perkembangan jumlah dan distribusi spesialis di Indonesia

Dua sistem yang terpisah dalam pendidikan spesialis dan sub-spesialis Sistem Pendidikan Kedokteran Sistem Pelayanan Kesehatan Perlu Integrasi

Apa arti Integrasi? Sebuah proses untuk mencapai koordinasi yang mulus dan dekat antara berbagai kelompok organisasi atau system. Integrasi ke dua sistem ini mencakup, antara lain: Pemahaman akan nilai-nilai dan prinsip yang melandasi pendidikan spesialis dan subspesialis dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan; Perencanaan bersama termasuk perencanaan keuangan; Pelaksanaan

1. Nilai-nilai dan Prinsip yang akan diubah dalam integrasi ini. Sistem Pendidikan Kedokteran Sistem Pelayanan Kesehatan Residen dan Fellow bukan mahasiswa biasa

Saat ini: Perubahan yang diharapkan: Residen dan Fellow dianggap oleh pelaku di system pendidikan dokter dan pelayanan kesehatan sebagai mahasiswa bukan pekerja. Berdasarkan UU Pendidikan Kedokteran tahun 2013: Mahasiswa pendidikan spesialis dan sub-spesialis harus sebagai bukan mahasiswa biasa. Mereka berhak mempunyai hak termasuk insentif dan kewajiban-kewajiban sebagai seorang pekerja.

Landasan Hukum Sudah Jelas: Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2013 tentang sistem Pendikan Kedokteran Indonesia yang menyatakan dalam Pasal 31 Paragraf 3 : tentang Hak dan Kewajiban Mahasiswa 1) Setiap Mahasiswa berhak: memperoleh insentif di Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran bagi Mahasiswa program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis,dan dokter gigi spesialis-subspesialis;

2. Pelaksanaan Pendidikan yang perlu lebih diintegrasikan Sistem Pendidikan Kedokteran Sistem Pelayanan Kesehatan Residen dan Fellow harus menjadi bagian tidak terpisahkan dari SDM kesehatan yang bekerja di RS

Saat ini: Residen masuk ke RS Pendidikan Utama tidak berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan

Di masa mendatang Residen masuk ke RS Pendidikan Utama dan Jaringan berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan

Isu-isu lain Residen yang diterima di RS Pendidikan harus dicredential dan diberikan clinical priviledge sesuai dengan kompetensi mereka. Kompetensi ditetapkan oleh Pengelola Program Studi spesialis dan subspesialis sesuai dengan jenjang proses pendidikan. Residen diberi insentif dengan mekanisme gajian sesuai dengan kompetensinya. Ketika berada di RS Pendidikan, perlu ada kontrak perorangan sesuai dengan kompetensinya dan menyangkut profesionalisme. Kontrak ini diberikan bersamaan dengan proses credetialing dan diberikan clinical appointment. Status sebagai DPJP untuk mahasiswa pendidikan spesialis atau subspesialis

Landasan Etis dalam perubahan ini: Manusia yang sudah bekerja harus mendapatkan kewajiban dan hak (termasuk pembayaran). Tidak boleh ada ekploitasi oleh manusia ke manusia lainnya. Pendidikan harus beretika dan profesional untuk menghasilkan lulusan yang etis dan professional

3. Penggunaan Penggunaan Dana BPJS Sistem Pendidikan Kedokteran Sistem Pelayanan Kesehatan Belum ada aturan tentang hubungan BPJS dengan residen

Kondisi Saat ini: Perubahan yang dilakukan: Tidak ada koordinasi antara BPJS sebagai bagian dari system pelayanan kesehatan dengan pendidikan kedokteran. Klaim INA-CBG yang diterima oleh rumahsakit masih belum jelas hubungannya dengan residen. Sistem remunerasi RS masih banyak yang tidak memperhitungkan residen. Dana dari klaim INA-CBG BPJS harus diatur sehingga sebagian dapat dipergunakan untuk membayar para residen dan fellow di RS pendidikan dan RS jaringan pendidikan. Residen perlu masuk sebagai bagian dari pembayaran untuk tenaga kesehatan.

Apa yang diperlukan dalam reformasi ini? 1. Penguatan Lembaga Pendidikan Spesialis dan Sub-spesialis 2. Penambahan RS-RS sebagai tempat pendidikan 3. Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset 4. Dukungan Jaringan Telekomunikasi dan Telematika

+ Catatan akhir: Visi ini hanya bisa tercapai apabila dilakukan oleh para: - Pimpinan Fakultas Kedokteran dan - Direksi RS Pendidikan dan jaringan, - KaProdi-Kaprodi, Kolegium, serta - pejabat di Kementerian- Kementerian yang reformis dan visioner. Bukan oleh mereka: - yang terperangkap dalam sejarah yang gelap, - yang ketakutan pada hambatan dan regulasi yang tidak tepat, serta - yang tidak mampu menggunakan nalar.

TERIMAKASIH