BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang manajer dalam sebuah perusahaan diberi kewenangan untuk mengelola perusahaan dan harus bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Hal tersebut membuat manajer memiliki informasi mengenai prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak lain diluar perusahaan, yang disebut dengan asimetri informasi (Dunk, 1993). Adanya asimetri informasi tersebut memungkinan seorang manajer untuk memanipulasi laporan keuangan sesuai dengan kepentingannya sendiri. Pemilik perusahaan tentu tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Mereka ingin agar manajer dapat bersikap transparan dalam melaporkan laporan keuangan perusahaan sehingga laporan keuangan tersebut dapat bersifat relevance (relavan) dan reliable (dapat diandalkan). Sesuai dengan pernyataan Financial Accounting Standars Board (FASB) dalam Statement of Finacial Accounting Concept No. 2 relavansi dan reliabilitas merupakan dua kunci utama yang membuat laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Demi menjamin laporan keuangan bersifat relavan dan reliabel maka laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh akuntan publik (auditor independen). Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dapat meyakinkan penggunanya bahwa laporan keuangan 1
tersebut telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum di Indonesia (Herawaty, 2008). Pada praktiknya jasa audit yang independen atau audit yang berkualitas tidak selalu diberikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Hal tersebut dapat ditunjukan dengan skandal laporan keuangan yang terjadi pada kasus Kimia Farma dan Lippo (Sekar, 2003). Pada kasus Kimia Farma tahun 2001 terjadi manipulasi laba sebesar 33 Milyar, dimana Kimia Farma mencantumkan laba pada laporan keuangannya sebesar 132 Milyar, padahal jumlah laba yang sesungguhnya sebesar 99 Milyar (Yura, 2002). Pada kasus Lippo BAPEPAM menemukan tiga buah versi laporan keuangan untuk tahun 2002. Laporan keuangan pertama diiklankan melalui media massa untuk ditunjukan kepada publik pada bulan November 2002. Laporan keuangan kedua diterbitkan pada bulan Desember 2002 yang diberikan kepada BEJ. Laporan keuangan ketiga pada tanggal 6 Januari 2003 diberikan kepada akuntan publik untuk diperiksa, dalam hal ini auditor yang menangani kasus tersebut adalah Ruchjat Kosasih yang berada di bawah naungan KAP Prasetio, Sarwoko dan Sadjaja. Kasus di atas menimbulkan berbagai pertanyaan di masyarakat. Apabila auditor tidak dapat mendeteksi kecurangan yang terkandung dalam laporan keuangan, maka kompetensinya perlu dipertanyakan. Apabila kecurangan dalam laporan keuangan telah terdeteksi oleh auditor, namun auditor enggan untuk mengungkapkannya, maka independensi auditor diragukan. SA Seksi 201 menyatakan bahwa dalam melaksanakan audit dan melaporkan temuan serta memberikan pendapat, auditor tidak dibenarkan menyatakan pendapatnya 2
mengenai kewajaran laporan keuangan apabila dia tidak independen terhadap klien. Pernyataan tersebut menuntut auditor untuk selalu bersikap independen dalam menjalankan tugasnya sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. Kane (2005) mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk penyimpangan lainnya. Auditor dapat menghasilkan kualitas audit yang baik apabila dapat menerapkan standar profesi akuntan yang telah ditetapkan, tidak memihak (independen), mematuhi hukum yang berlaku serta taat pada kode etik profesi (Indra,2014). Kualitas audit yang baik dapat meningkatkan kepercayaan dari publik, khususnya pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan. Prabowo (2010) mengungkapkan dalam praktiknya seorang auditor seringkali dihadapkan pada situasi yang dapat membuat kualitas audit menurun. Penurunan kualitas audit tersebut disebabkan karena adanya tekanan anggaran waktu dan intervensi manajemen klien. Anggaran waktu dapat dijadikan alat untuk mengukur efisiensi kinerja auditor. Ketepatan waktu merupakan komponen penilaian dalam performance appraisal, oleh karena itu auditor dipaksa untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah dianggarkan (Indra, 2014). Demi menghemat biaya audit dan bersaing dengan KAP lainnya, sebuah KAP tidak jarang membuat anggaran waktu yang unrealistic. Kondisi tersebut membuat auditor tertekan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga auditor cenderung melanggar prosedur audit yang telah ditetapkan. Herningsih (2001) menunjukan dalam keadaan tertekan 3
sering kali auditor meniadakan prosedur audit yang seharusnya dilakukan guna memersingkat waktu pelaksanaan audit. Tidak hanya itu auditor yang berada di bawah tekanan anggaran waktu juga akan cenderung mudah percaya terhadap presentasi klien sehingga secara tidak langsung auditor tersebut telah memihak kepada kliennya. Hal tersebut membuat independensi yang dimiliki oleh auditor menjadi berkurang, sehingga secara otomotasi akan membuat kualitas audit yang dihasilkan menjadi turun. Selain karena tekanan anggaran waktu, intervensi manajemen klien juga dapat menyebabkan kualitas audit menurun. Pihak manajemen klien merupakan pihak yang mengendalikan biaya audit dan berada pada posisi yang berkuasa dalam situasi konflik (Prabowo, 2010). Konflik yang terjadi antara pihak manajemen klien dengan auditor biasanya disebabkan karena perbedaan pendapat mengenai hasil audit. Konflik tersebut membuat pihak manajemen klien berusaha untuk memengaruhi prosedur audit dengan cara memaksa auditor melakukan tindakan yang dapat membuat auditor melanggar standar audit, termasuk dalam memberikan opini yang tidak sesuai dengan kondisi klien yang sesungguhnya (Triana, 2010). Apabila auditor mau mengikuti keinginan kliennya maka ia harus melanggar standar audit, tetapi apabila keinginan klien tidak terpenuhi maka klien akan mengancam mengganti posisinya dengan auditor lain. Studi empiris menunjukan, ketika auditor dan kliennya menghadapi konflik, auditor seringkali mendapatkan ancaman dari pihak manajemen klien melalui pemutusan hubungan kerja, baik secara halus maupun kasar. Hal tersebut dapat terjadi karena ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya 4
(Prabowo, 2010). Klien dapat dengan mudah mengganti posisi auditor jika auditor tersebut tidak bersedia memenuhi keinginannya, sementara auditor membutuhkan fee untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi ini telah membuat independensi auditor luntur karena auditor telah mengalami ketergantungan terhadap kliennya. Lunturnya independensi auditor akan membuat kualitas audit yang dihasilkan menurun. Hal tersebut memungkinkan auditor untuk memberikan opini yang tidak sesuai dengan kondisi klien yang sesungguhnya sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas audit yang dihasilkan. Penelitian ini ditunjukan untuk memberi gambaran mengenai kualitas audit, apabila dihadapkan pada tekanan anggaran waktu dan intervensi manajemen klien baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui independensi auditor. Variabel independensi auditor digunakan sebagai variabel intervening karena ketika seorang auditor dihadapkan pada tekanan anggaran waktu dan intervensi manajemen klien maka hal tersebut akan memengaruhi independensi auditor terlebih dahulu, apabila independensi auditor telah terpengaruh oleh tekanan anggaran waktu dan intervensi manajemen klien, maka hal tersebut akan berdampak pada kualitas audit yang dihasilkan. Baik atau buruknya kualitas audit yang dihasilkan tergantung pada independensi auditornya. Apabila auditor independen (tidak terpengaruh oleh apapun) dalam menjalankan tugasnya, maka kualitas audit yang dihasilkan akan berkualitas baik, begitu pula sebaliknya. Tekanan anggaran waktu dan intervensi manajemen klien digunakan dalam penelitian ini karena variabel ini masih jarang digunakan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul Pengaruh Tekanan 5
Anggaran Waktu dan Intervensi Manajemen Klien terhadap Independensi auditor serta Implikasinya pada Kualitas Audit. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka terdapat rumusan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Apakah tekanan anggaran waktu memengaruhi independensi auditor? 2. Apakah intervensi manajemen klien memengaruhi independensi auditor? 3. Apakah tekanan anggaran waktu memengaruhi kualitas audit? 4. Apakah intervensi manajemen klien memengaruhi kualitas audit? 5. Apakah independensi auditor memengaruhi kualitas audit? 6. Apakah tekanan anggaran waktu dan intervensi manajemen klien memengaruhi kualitas audit melalui independensi auditor? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap independensi auditor. 2. Untuk mengetahui pengaruh intervensi manajemen klien terhadap independensi auditor. 3. Untuk mengetahui pengaruh tekanan anggaran waktu pada kualitas audit. 4. Untuk mengetahui pengaruh intervensi manajemen klien pada kualitas audit. 5. Untuk mengetahui pengaruh independensi pada kualitas audit. 6
6. Untuk mengatahui pengaruh tekanan anggaran waktu dan intervensi manajemen klien pada kualitas audit melalui independensi auditor. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis untuk berbagai pihak. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi bagi para pembaca yang ingin menambah wawasan khususnya di bidang auditing. Selain itu penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran yang berarti bagi pengembangan kurikulum mahasiswa akuntansi. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dalam penelitian serta pengembangan dalam ilmu pengetahuan demi kemajuan di dunia pendidikan. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi auditor di KAP Bali agar bisa memanfaatkan waktu pelaksanaan audit sebaik mungkin dan tidak mudah terpengaruh oleh intervensi manajemen klien, sehingga bisa menjaga independensi auditornya dan dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini tersusun menjadi lima (5) bab yang mana antara bab satu dengan bab lainnya memiliki keterkaitan hubungan. Gambaran dari masing-masing bab adalah sebagai berikut. 7
Bab I Pendahuluan Bab ini menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menjabarkan teori-teori penunjang terhadap masalah yang diangkat dalam skripsi ini, konsep-konsep, antara lain uraian mengenai auditing, teori sikap dan perilaku etis, tekanan anggaran waktu, intervensi manajemen klien, independensi auditor, kualitas audit dan rumusan hipotesis. Bab III Metode Penelitian Bab ini menjabarkan desain penelitian, lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, subjek dan objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel dan pengukuran variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menjabarkan gambaran umum kantor akuntan publik, karakteristik responden, hasil penelitian serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian yang digunakan dalam penelitian ini. 8
BAB V Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam bab pembahasan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari penelitian. 9