BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu proses yang kita ketahui, merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pesan bisa menjadi sebuah informasi yang sangat penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan sedikit biaya, radio berpotensi menjangkau tingkatan sosial seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada

ANALISIS PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA PENYIAR RADIO POP FM SRAGEN DALAM ACARA SCHOOL HOPPERS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, dengan otoritas dan memiliki organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. penulis memilih RRI Pro 2 sebagai bahan Tugas Akhir. Dalam dunia penyiaran

BAB 1 PENDAHULUAN. dan canggih membuat lahirnya berbagai cara komunikasi baru antar sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media massa elektronik yang fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat


BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hal yang terpenting dan vital bagi manusia, baik komunikasi verbal maupun non verbal.

SL. Harjanta, S.IP, M.SI

Ainul Sunusi. Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Tadulako. Jln. Soekarno Hatta Km 9 Kota Palu, Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. hidup tanpa adanya informasi dan komunikasi yang ia jalani di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya dan membawa dampak yang tidak kecil bagi masyarakat dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. elektronik seperti televisi, internet, maupun radio. Radio adalah. memperoleh informasi dengan cepat sehingga meniadakan jarak,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

BAB IV Penutup. sebuah kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Melalui media massa seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbincangan, sehingga acara tersebut tidak terkesan monoton. Menurut

Pertemuan 1 PENGERTIAN PENYIARAN

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak. Media televisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. massa di indonesia. Dalam kehidupan manusia, informasi menjadi hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sifat Media Penyiaran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran media televisi di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, banyak membawa berkah bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

Dasar- dasar Jurnalistik TV

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Teknologi dan media komunikasi saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Proses komunikasi tersebut

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaru setiap hari dan tanpa disadari oleh kita telah memasuki era baru yakni era

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi atau yang sering disebut TV merupakan salah satu media massa yang

ANALISIS PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA PENYIAR RADIO MENTARI FM SURAKARTA DALAM ACARA MP3 MUSIK PAGI PILIHAN PENDENGAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I. Pendahuluan. baik itu lingkungan rumah, sekolah, kampus maupun lingkungan kerja 1.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Media televisi adalah media audio visual yang selain dapat didengar tetapi

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, dilihat dari perbandingan salah satu system penyebarannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai jutaan pendengar, namun cara penyampaiannya. ditujukannya pada pendengar secara perorangan, dan komunikasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi

BAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang berbeda, meskipun keduanya mempunyai kemiripan untuk. komunikasi dan dakwah, maka komunikator selaku dai bisa dengan tepat

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan komunikasi dari waktu ke waktu selalu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. media atau saluran tertentu. (A. Muis, 2001 : 37) Masyarakat dapat mendengarkan informasi tentang kesehatan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, keinginan, atau motif tertentu yang dirasakan oleh khalayak

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segi penampilannya. Televisi dapat menampilkan gambar bergerak serta audio

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini teknologi dan informasi berkembang

BAB IV ANALISIS PROSES SIARAN DAKWAH DI RRI (RADIO REPUBLIK INDONESIA) PRO 2 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meresap banyak informasi secara langsung dari media. berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. 2 Komunikasi mengacu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Radio Rahanatha menerangkan mengenai pengertian radio, bahwa Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). (Rahanatha, 2008: 42). Dengan demikian yang dimaksud dengan istilah radio bukan hanya bentuk fisiknya saja, tetapi antara bentuk fisik dengan kegiatan radio adalah saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu apabila pengertian radio tersebut dipisahkan satu persatu ataupun diperinci secara fisik, maka yang dimaksud dengan radio adalah keseluruhan daripada pemancar, studio, dan pesawat penerima sekaligus. Dengan demikian karena sifatnya yang auditif ini mendorong masyarakat lebih menyukainya sebagai salah satu media massa yang cepat digemari dengan kemudahan penerimaan tanpa memerlukan keahlian khusus. Ardianto dan Erdinaya (2004) menjelaskan bahwa perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Radio siaran mendapat julukan The Fifth Estate (kekuatan kelima). Hal ini disebabkan karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, di samping empat fungsi lainnya, yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai negara. Salah satu contoh pada peristiwa pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945, Bung Tomo dengan gayanya yang khas melalui mikrofon radio pemberontak berhasil membangkitkan semangat bertempur, bukan saja di kalangan pemuda-pemuda Jawa Timur, tetapi juga di daerah lainnya untuk melawan Belanda. Radio memiliki kelebihan dibandingkan media komunikasi siaran lainnya seperti televisi, yaitu daya jangkau yang luas (tanpa satelit komunikasi) dan penyampaian pesan yang mudah. Keuntungan lain dari radio siaran ialah (1) sifatnya yang santai, (2) lebih mudah menyampaikan pesan dalam bentuk acara menarik dan (3) daya pikat untuk dapat melancarkan pesan. Beberapa kelemahan radio adalah pesan yang disampaikan hanya sekilas dan arus balik (feedback) tertunda (Effendy, 1991: 14).

Radio merupakan media yang memiliki ciri khas tersendiri. Media siaran radio termasuk pada media elektronik yang sifatnya khas sebagai media audio (didengar). Karena itu, ketika khalayak menerima pesan-pesan dari pesawat radio siaran, khalayak berada dalam tatanan mental yang pasif dan bergantung pada jelas tidaknya kata-kata yang diucapkan oleh penyiar. Kelebihan media radio siaran yaitu pesan yang dibawakan oleh komunikator dapat ditata menjadi suatu kisah yang dihiasi dengan musik sebagai ilustrasi dan efek suatu sebagai unsur dramatisasi. Radio siaran juga dapat dinikmati khalayak dalam segala situasi, misalnya sambil makan, bekerja, menyetir kendaraan dan sebagainya (Ardianto dan Erdinaya, 2004). Beberapa tingkatan peran sosial radio sebagai media masyarakat adalah (1) radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain, (2) radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan, (3) radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi untuk mencari solusi bersama yang paling menguntungkan dan (4) radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran (Effendy, 1991: 24). Menurut Effendy (1991:31) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kekuatan siaran radio yaitu daya langsung, daya tembus, dan daya tarik. Daya langsung radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat. Daya tembus memungkinkan khalayak dapat mengakses informasi, sekalipun terbentang jarak yang jauh. Daya tarik radio siaran disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni musik, kata-kata dan efek suara (sound effect). Effendy (1991: 15) menjelaskan bahwa radio siaran memiliki gaya tersendiri (radio siaran style). Gaya radio siaran ini disebabkan oleh beberapa sifat radio siaran. Pertama, imajinatif, karena hanya indera pendengaran yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk berimajinasi. Kedua, auditori yang merupakan konsekuensi dari radio siaran untuk didengar secara selintas. Ketiga, sifat radio siaran adalah akrab dan intim karena pada umumnya seseorang mendengarkan radio siaran sambil melakukan pekerjaan sesuatu. Keempat, materi siaran kata radio siaran bergaya percakapan (conversational style). Radio sebagai media massa tentu mempunyai kekuatan dan kelemahannya dalam fungsinya sebagai sarana/media penyampaian pesan atau informasi. Kekuatan yang dimiliki media radio mampu menarik khalayak untuk tetap mempercayakan media radio sebagai sarana

informasi, hiburan, pendidikan dsb. Menurut Riswandi (2009: 56) adapun kekuatan-kekuatan yang dimiliki media radio, antara lain : a. Cepat dan langsung Radio dapat menyampaikan informasi kepada publik tanpa melalui proses yang rumit dan butuh banyak seperti siaran televisi atau sajian media cetak. Cepat dalam arti, informasi yang disampaikan penyiar adalah kejadian yang terjadi saat itu juga atau beritanya adalah yang bersifat up to date. Langsung dalam arti, informasi yang diterima langsung sampai ke telinga pendengar saat itu juga tanpa melalui perantara. b. Akrab/dekat/hangat Radio adalah media komunikasi yang paling akrab dengan khalayaknya. Paduan katakata, musik dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Seolah-olah penyiar sedang berbicara dengan audiens layaknya seorang teman yang akrab di mana pun audiens berada. c. Sederhana Radio merupakan media yang tidak rumit, tidak banyak pernik, baik bagi pengelola maupun pendengar. Radio hanya membutuhkan penyiar, mikrofon, operator, dan reporter (jika perlu). Tidak seperti televisi yang membutuhkan penata lampu, penata rias, studio, dsb. d. Tanpa batas Siaran radio menembus batas-batas geografis (jarak jangkauan siaran siaran radio), demografis (menembus gunung, lembah, bukit, dsb, karena menggunakan gelombang elektromagnetik), SARA (suku, agama, ras, antar golongan), dan kelas sosial (kaya, miskin, pelajar, petani, pedagang,dsb.) e. Murah Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga pesawat televisi, pesawat radio relatif jauh lebih murah. Pendengar tidak dipungut biaya apapun untuk mendengarkan radio. f. Fleksibel

Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktivitas yang lain. Misalnya, sambil menyetir mobil, memasak, membaca buku, dsb. g. Realitas Radio menggiring pendengar ke dalam kenyataan dengan suara-suara aktual dan bunyi dari fakta yang terekam dan disiarkan. h. Tempat mendengarkan musik Radio sebagai media yang paling identik dengan musik. Tujuan utama orang mendengarkan radio umumnya adalah untuk mendengarkan musik. i. Memberi kejutan Radio memberi kejutan kepada pendengarnya melalui program-program yang disajikan. Misalnya, program musik, audiens tidak akan tahu lagu-lagu apa saja yang akan diputarkan. Atau program feature membahas profil seorang artis, audiens tidak tahu siapa artis yang profilnya akan dibahas sampai pada saatnya acara tersebut disiarkan. Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan dari media lainnya, tetapi tentu saja radio juga mempunyai kekurangan. Adapun kekurangan-kekurangan yang dimilikinya antara lain (Riswandi, 2009: 57): a. Bersifat auditif Radio hanya bersifat auditif yaitu hanya dapat didengar, karena itu isi siaran yang sampai di telinga pendengar hanya sepintas saja, sehingga mudah dilupakan. b. Mengandung gangguan Gangguan yang dimaksud berupa gangguan teknis karena media radio melalui gelombang elektromagnetik yang bisa terpengaruh oleh kondisi geografis atau alam. c. Tidak dapat diulang Siaran radio tidak dapat diulang, tidak seperti media cetak yang dapat dibaca berulangulang. Meskipun format radio bersifat rekaman, namun tetap saja tidak dapat diulang kembali. d. Global Sajian informasi radio bersifat global, tidak detail. Oleh karena itu angka-angka pun dibulatkan. Misalkan ada berita tentang 253 orang karyawan pabrik sepatu di PHK

secara sepihak maka sang penyiar akan mengatakan dua ratus orang lebih karyawan pabrik sepatu di PHK secara sepihak. e. Batasan waktu Waktu siaran radio terbatas, umumnya siaran dibuka mulai pukul 05.00 24.00, maksimal 20 jam bila memungkinkan. f. Beralur linier Program acara disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada (rundown). Tidak seperti koran atau majalah, pembaca bisa langsung ke halaman tengah atau terakhir sesuai yang diinginkan. Merujuk kepada kelebihan dan kekurangan radio, seperti sudah dijelaskan diatas maka radio harus dikelola dengan baik agar pendengarnya bisa mendapatkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Kebutuhan tersebut bisa berupa informasi atau hiburan. 2.2. Acara Talkshow Wawancara dalam bahasa Inggris disebut interview, yaitu dari kata inter (antara) dan view (pandangan). Makna ini menunjukkan terjadi saling pandangan atau kontak antara pewawancara dan yang diwawancarai. Meskipun demikian, saling pandang ini tidak selalu bemakna tatap muka, sebab wawancara telepon tidak memenuhi syarat itu. Wawancara adalah proses komunikasi selaku makhluk sosial. Siapapun pasti pernah melakukan kegiatan wawancara. Hanya saja dalam komunikasi radio, wawancara tidak sekedar percakapan spontan, tetapi merupakan bentuk komunikasi efektif, yang pertama dipersiapkan, kedua dilaksanakan dan yang ketiga hasilnya untuk kegiatan berkomunikasi juga. Definisi yang paling sering digunakan untuk menjelaskan arti wawancara adalah salah suatu bentuk komunikasi tutur yang melibatkan dua pihak, satu pihak diantaranya dirancang sebagai penyampai sesuatu untuk tujuan yang serius. Kedua belah pihak melakukan kegiatan bertutur, saling mendengarkan dari waktu ke waktu. Tujuan wawancara adalah untuk menggali fakta, alasan, dan opini atas sebuah peristiwa, baik yang sudah, sedang, maupun yang akan

berlangsung, dalam jurnalistik radio, setiap kegiatan wawancara memiliki tujuan khusus, sesuai dengan format program yang akan disiarkan (Masduki, 2001:37-38). Talkshow dewasa ini merupakan program primadona. Sebab, bisa disiarkan secara langsung atau interaktif dan atraktif. Ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur (entertainment), karena salah satu keharusan sifat berita radio, yang sampai saat ini masih mengandung kontroversi. Entertainment sebenarnya bukan sekedar berarti menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemuda atau moderator sangat menentukan sukses tidaknya acara ini. Metode talkshow menurut Klaus Kastan dikenal dengan istilah talkshow skill, berupa kemampuan pemandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi : a. Mengambil keputusan b. Menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat c. Memotong pembicaraan narasumber yang melenceng d. Kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber e. Memadukan kemasan program secara interaktif. Perbedaan paling penting antara talkshow dan wawancara berita adalah talkshow bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktualitas topik perbincangan, dan jam tayangnya fleksibel. Talkshow dapat dimasukkan kedalam kategori program special atau program wawancara sebagai acara. Bahkan ada yang menyebut setiap siaran kata adalah talkshow, karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan Show (gelaran). Dua komponen yang selalu ada dalam program talkshow adalah obrolan dan musik yang berfungsi sebagai selingan (Masduki, 2001: 44-45). Talkshow merupakan perpaduan antara seni panggung, dan teknik wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah atau disela-sela pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jadi sifatnya santai. Pemandu acara dalam talkshow memiliki peran ganda, yaitu selain sebagai pembawa acara, sekaligus pewawancara (Wahyudi, 1996: 90). Pertanyaan diajukan secara santai, tetapi harus tetap berbobot, misalnya tentang keberhasilan usaha pelayanan kepada masyarakat. Acara talkshow diudarakan untuk pertama kali pada 27 September 1954 oleh jaringan telivisi NB, dengan judul mata acara Tonight Show (Wahyudi, 1996:91). Mata acara ini dengan cepat menjadi kegemaran khalayak pemirsa karena narasumber yang ditampilkan sangat variatif dan dinamis. Jika suatu wawancara diselenggarakan ditengah-tengah show, maka acara ini disebut talkshow. Disini, pembawa acara juga berfungsi

sebagai pewawancara. Pembawa acara bisa juga dibantu oleh pewawancara untuk melakukan wawancara dengan narasumber (Wahyudi, 1996:92). 2.3. Evaluasi Siaran Talkshow Radio Menurut Kamus Bahasa Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif atau juga gabungan dari keduanya (Pusat Bahasa, 2008: 403). Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program. Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan (Yusuf, 2000: 3). Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi dari segi manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen lainnya, yaitu perencanaan. Selain itu menurut Jones, evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat program dalam spesifikasi kriteria, teknik pengukuran, metode analisis dan bentuk rekomendasi (Jones, 1994 : 357). Selanjutnya, Weiss (dalam Jones, 1994: 355) mengemukakan bahwa evaluasi adalah kata kriteria yang meliputi segala macam pertimbangan, penggunaan kata tersebut dalam arti umum adalah suatu istilah untuk menimbang manfaat. Seseorang meneliti atau mengamati suatu fenomena berdasarkan ukuran yang eksplisit dan kriteria. Evaluasi dilakukan untuk dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana strategi yang dapat dinilai dan dipelajari untuk menjadi acuan perbaikan di masa mendatang. Suatu proses dalam program harus dimulai dari suatu perencanaan. Oleh karena itu proses pelaksanaan suatu evaluasi harus didasarkan atas rencana evaluasi program tersebut. Namun demikian, dalam sebuah praktek tidak jarang

ditemukan suatu evaluasi terhadap suatu program justru memunculkan ketidakjelasan fungsi evaluasi, institusi, personal yang sebaiknya melakukan evaluasi dan biaya untuk evaluasi. Dalam industri media penyiaran, pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program siaran yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program siaran. Evaluasi dalam proses produksi sebuah program acara radio adalah tahap pasca produksi. Dalam tahap pasca produksi untuk proses produksi siaran langsung biasanya hanya terdiri dari evaluasi, lain halnya untuk proses produksi rekaman yang biasanya terdiri dari evaluasi dan editing. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan mengetahui hasil dari kegiatan produksi yang telah dilakukan terkait dengan penyiaran. Evaluasi juga dijadikan bahan penilaian agar produksi untuk selanjutnya bisa dilakukan lebih baik lagi. Evaluasi terhadap kegiatan produksi dan penyelenggaraan acara siaran dilakukan dengan 3 cara, yakni (Sri Sartono, 2008: 110): a. Evaluasi kualitas produksi, evaluasi terhadap kualitas teknis yang dimaksudkan untuk mengukur kejernihan suara dan hal lain yang menyangkut teknis produksi atau penyajian oleh seorang penyiar. Evaluasi ini bisa juga untuk mengukur kinerja petugas atau penyelenggara acara siaran, apakah sudah sesuai dengan prinsip profesionalitas. b. Evaluasi biaya produksi, untuk mengukur soal biaya apakah cukup efisien untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan produksi siaran. c. Evaluasi khalayak, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana jumlah khalayak yang mendengarkan serta bagaimana reaksinya terhadap suatu acara siaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu : - Menghimpun atensi, berupa surat tanggapan maupun telepon dari pendengar. - Diskusi dengan kelompok khusus dengan cara mengundang atau mendatangi kelompok-kelompok masyarakat untuk mengetahui reaksi dan keinginannya terhadap suatu siaran. - Dapat pula dilihat pada partisipasi pendengar dalam sebuah acara, melalui surat berisi jawaban kuis, telepon interaktif, sms pada acara request lagu dan dari hubungan via telepon dengan pendengar.

Evaluasi di sini mempunyai dua maksud, pertama ialah evaluasi program yang bertujuan untuk menilai sejauh mana program-program acara radio bisa dianggap baik menurut sasaran. Kedua, evaluasi instruksional, disini dibahas mengenai kemampuan dan kelemahan program. Evaluasi ini dilakukan dengan menilai dari sisi kemasan acara (pembuka-penutup, efek, kontrol suara, durasi dll.) serta sisi materi acara. Tujuan dari evaluasi tersebut adalah mengukur kekurangan materi dan kemasan acara, mengukur kedisiplinan dan kreativitas pelaksana acara serta mengukur reaksi pendengar. Dalam konsep acara talkshow radio, evaluasi materi dan kemasan acara dapat dinilai dari indikator: 1) topik yang dipilih aktual dan sedang menjadi sorotan; 2) bersifat analitis, tidak sekedar mendeskripsikan kasus; 3) terjadi interaksi seimbang antara narasumber, penyiar maupun pendengar, tidak dimonopoli satu orang atau satu sudut pandang; 4) terjadi kontroversi, perdepatan pro-kontra; 5) ada solusi terbuka pada akhir perbincangan (Masduki, 2005: 80).