BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

II. DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

Prarancangan Pabrik Asam Lemak dari Minyak Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION L/O/G/O

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

A. Sifat Fisik Kimia Produk

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Lisa Monica Rakhma Yuniar Aulia Ningtyas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN

Biodiesel Dari Minyak Nabati

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II PERENCANAAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asan Lemak dari Minyak Kelapa Sawit 1 Kapasitas ton/tahun. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Asan Lemak dari Minyak Kelapa Sawit 1 Kapasitas ton/tahun. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dibimbing Oleh: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA Ir. Rr. Pantjawarni Prihatini

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

SKRIPSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI BIJI DURIAN MENGGUNAKAN H 2 SO 4 DAN H 2 C 2 O 4 DISUSUN OLEH : ANDI TRIAS PERMANA

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

DESTILASI ASAM LEMAK IR. M. YUSUF RITONGA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4 Pembahasan Degumming

PABRIK BIODIESEL dari RBD (REFINED BLEACHED DEODORIZED) STEARIN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar balakang

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Minyak Kelapa Sawit 2.1.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin sepanjang garis equator.kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24 o C 32 o C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30% 40%. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu: 1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit 2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit. Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut. Minyak sawit dapat dipergunakan dalam industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined Bleached and Deodrized Bleached Palm Oil). Di samping itu, CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). RBD olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD Stearin terutama digunakan untuk pembuatan margarin atau shortening, disamping itu juga untuk bahan baku industri sabun dan deterjen (Hantoro, 2009).

2.1.2 Komponen-komponen pada Minyak Kelapa Sawit Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non trigliserida. Asam asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. a. Komponen Trigliserida Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak pada PKO dan CPO Asam lemak Rumus Molekul Minyak Kelapa Sawit ( % ) Minyak Inti Sawit ( % ) PKO Asam Kaprilat C 8 H 16 O 2-3-4 Asam Kaproat C 10 H 20 O 2-3-7 Asam Laurat C 12 H 24 O 2-46-52 Asam Miristat C 14 H 28 O 2 1,1-2,5 14-17 Asam Palmitat C 16 H 32 O 2 40-46 6,5-9 Asam Stearat C 18 H 36 O 2 3,6-4,7 1-2,5 Asam Oleat C 18 H 34 O 2 39-45 13-19 Asam Linoleat C 18 H 32 O 2 7-11 0,5-2 (Sumber : Bailey,1989) b. Komponen non-trigliserida Komponen non-trigliserida ini merupakan komponen yang menyebabkan rasa, aroma dan warna kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat dalam jumlah sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu minyak. 2.1.3 Minyak dan Lemak Minyak adalah substansi dari tumbuhan dan hewan yang terdiri dari ester gliseril dari asam lemak atau trigliserida yang tidak dapat larut dalam air. Trigliserida dapat berwujud padat maupun cair, hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Dalam pemakaian secara umum, trigliserida yang berbentuk padat atau semipadat pada suhu ruangan disebut dengan lemak sedangkan yang berbentuk cair pada kondisi yang sama dikenal dengan minyak. Menurut Bailey (1950), proses pembuatan asam lemak dari minyak dapat dilakukan dengan cara hidrolisa. Pada proses hidrolisa minyak (fat splitting), air memecah gugus alkil dalam trigliserida minyak dan gliserol berdasarkan persamaan reaksi:

O CH 2 - O - C - R 1 O CH - O - C - R 2 O CH 2 - O - C - R 3 + 3H 2 O R 1 COOH R 2 COOH R 3 COOH + CH 2 OH CHOH CH 2 OH Trigliserida Air Asam Lemak Gliserol Reaksi hidrolisis minyak dapat dilakukan pada tekanan rendah dan suhu rendah (Agra dan Warnijati, 1972), akan tetapi reaksinya berlangsung lambat, sehingga diperlukan katalisator. Katalisator tidak diperlukan jika hidrolisis dilakukan pada tekanan dan suhu tinggi, hal ini disebabkan kelarutan air dalam minyak makin meningkat pada suhu yang tinggi sehingga mampu memecah trigliserida dalam minyak (Groggins, 1958). Proses pengolahan minyak menjadi asam lemak secara garis besar tahapannya adalah sebagai berikut: a. Pemurnian minyak Caranya dengan membebaskan fosfatida dengan asam fosfat lalu pencucian untuk menghilangkan kelebihan asam fosfat. Perlu dipergunakan tanah aktif untuk menyerap logam berat dan menghilangkan kotoran seperti getah (gum), sabun dan padatan. Untuk bahan olah minyak sawit, minyak inti sawit, dan minyak stearin sawit tahapan ini sudah tidak diperlukan karena biasanya sudah diolah di daerah penghasil. b. Minyak yang sudah dibersihkan kemudian diuraikan menjadi asam lemak dan gliserol dengan menambahkan air yang sudah di demineralisasi (proses hidrolisa). 2.1.4. Asam Lemak (Fatty Acid) Asam lemak merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang diperoleh dari proses hidrolisa lemak (ester trigliserida). Asam lemak bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat

sebagai gliserida. Asam lemak merupakan salah satu basic oleochemical. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon, maka asam lemak dapat dibedakan atas : 1. Asam lemak jenuh Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen terikat pada satu atom karbon. Dikatakan jenuh karena atom karbon telah mengikat hydrogen secara maksimal. 2. Asam lemak tak jenuh Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal karena adanya ikatan rangkap. Lemak yang mengandung satu saja asam lemak tak jenuh disebut lemah jenuh. Asam lemak jenuh maupun asam lemak tak jenuh berbeda dalam energi yang dikandungnya dan titik leburnya. Karena asam lemak tak jenuh mengandung ikatan carbonhidrogen yang lebih sedikit dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada jumlah atom karbon yang sama, asam lemak tak jenuh memiliki energi yang lebih sedikit selama proses metabolisme daripada asam lemak jenuh pada keadaan dimana jumlah atom karbon sama. Asam lemak jenuh dapat tersusun dalam susunan yang rapat, sehingga asam lemak jenuh dapat dibekukan dengan mudah dan berwujud padatan pada temperatur ruangan. Tetapi ikatan rangkap yang kaku dalam lemak tak jenuh mengubah kimia dari lemak. Asam lemak dengan C lebih dari 12 tidak dapat larut pada air panas maupun air dingin. Asam lemak dari C 4, C 6, C 8 dan C 10 dapat menguap sedangkan asam lemak C 12 dan C 14 sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul rendah dan tak jenuh lebih larut dalam alkohol daripada asam-asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh (Winarno, 1997). 2.1.5. Macam macam Hidrolisa dan Fraksinasi A. Proses Hidrolisa minyak (fat splitting) Proses Hidrolisa minyak (fat splitting), yang saat ini dikenal ada tiga macam cara yaitu: a. Twitchell

Cara ini yang paling tua dalam fat splitting. Splitting dilakukan pada tangki terbuat dari logam monel yang dioperasikan secara batch dengan kondisi operasi pada suhu 100-105ºC dan tekanan atmosferik. Minyak dicuci terlebih dulu dengan asam kemudian bersama-sama air (20-25% dari berat minyak) dan katalis (0,1-1,25% dari berat minyak) diumpankan ke dalam tangki. Katalis (reagent twitchell) yang digunakan adalah asam-asam alkilaril sulfonat atau asam-asam sikloalifatik sulfonat. Hidrolisis dilakukan dengan menggunakan steam selama 12-48 jam. Pada cara ini dapat diperoleh konversi sebesar 85-98%. b. Autoclave fat splitting Splitting menggunakan autoklave merupakan proses komersial dalam pengolahan minyak menjadi asam lemak. Cara ini dilakukan tanpa menggunakan katalis didalam reaktor autoclave yang dioperasikan secara kontinyu dengan terbuat dari stainless steel. Kondisi operasi pada suhu 240-250ºC dan tekanan 28-30 atm selama 1-3 jam. Minyak dan air (30-60% berat minyak) bersama-sama dialirkan ke dalam reaktor kemudian dibiarkan bereaksi dan dapat diperoleh konversi sebesar 95-98%. c. Colgate-emery Cara ini merupakan metode yang baru tetapi beresiko tinggi dan perlu investasi peralatan yang besar serta skill dan pengalaman yang tinggi untuk mengoperasikannya. Cara ini dilakukan dengan menggunakan reaktor yang terbuat dari stainless-steel dan dioperasikan secara kontinyu pada suhu 250-260ºC dan tekanan 45-50 atm selama 1-2 jam. Cara ini dilakukan tanpa menggunakan katalis dengan konversi yang diperoleh 97-99%. B. Proses Fraksinasi Asam Lemak Metode fraksinasi merupakan suatu proses yang menghasilkan Asam Miristat dan Asam Laurat (Blanded C 12 -C 14 ) dan Asam Oleat (C 18 ) dengan cara pemisahan asam lemak menjadi komponen-komponen asam lemak ringan yang kemudian akan dipisahkan lagi untuk mendapatkan hasil akhir yaitu asam Oleat. Proses fraksinasi ini terbagi dalam 4 cara. yaitu:

a. Proses Fraksinasi Kering (Winterization) Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah. b. Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination) Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering. c. Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut)/ Solvent Fractionation Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut. d. Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation) Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi 2.1.6 Asam Oleat Asam oleat dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak yang diperoleh dari proses pengubahan minyak menjadi asam lemak. Asam oleat dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak yang diperoleh dari hidrolisis lemak. Dalam industri asam oleat banyak digunakan sebagai surface active, emulsifier, dan dalam produk-produk kosmetika. Kegunaan produk ini (asam oleat) adalah sebagai berikut : a. industri minuman, seperti pembuatan susu; b. industri sabun dan detergen;

c. industri kosmetik; d. industri minyak goring, dan e. industri bahan makanan. 2.1.7 Gliserol Gliserol atau propana-1,2,3-triol merupakan suatu senyawa dengan rumus HOCH 2 CH(OH)CH 2 OH dengan berat molekul 92,02. Gliserol tidak berwarna, tidak berbau, bersifat kental, dan merupakan cairan higroskopis dengan rasa yang manis. Gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil alkohol hidropilik yang menyebabkan gliserol larut dalam air dan mempunyai sifat yang higroskopis. Gliserol mempunyai tegangan permukaan 64.000 mn/m pada 20 C dan memiliki koefisien temperatur -0.0598 mn/(m K). Gliserol mempunyai titik leleh 18 o C dan titik didih 290 o C pada tekanan atmosfer. Karena terjadi sebagian dekomposisi pada temperatur ini, gliserol didistilasi pada tekanan yang direduksi. Gliserol anhidrat sangat bersifat higroskopis dan mampu menyerap air sekitar 50 % dari berat gliserol itu sendiri. Gliserol larut dalam air, alkohol, dan fenol, tetapi tidak larut pada hidrokarbon (Fessenden, 1986). Gliserol membentuk beberapa sistem biner, azeotrop dan nonazeotrop, dan campuran tersier dengan air dan etil alkohol, yang sangat berguna untuk distilasi etanol anhidrat. Gliserol juga memiliki kemampuan melarutkan yang baik. Secara kimia, gliserol dikarakterisasikan dengan adanya dua gugus hidroksil primer dan satu gugus hidroksil sekunder, yang berbentuk simetris seperti pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Struktur gliserol

Gliserol terdapat pada semua minyak dan lemak dari hewan dan tumbuhan. Biasanya gliserol jarang ditemukan dalam bentuk bebas pada lemak tersebut, namun biasanya terdapat dalam bentuk trigliserid yang bergabung dengan asam lemak seperti stearat, oleat, palmitat, dan laurat. Lemak ini merupakan gabungan dari gliserid dari asam lemak yang berbedabeda. Minyak kelapa, palem, dan zaitun menghasilkan jumlah gliserol yang lebih tinggi dibandingkan lemak dari gemuk ataupun babi. Gliserol juga terdapat dalam bentuk trigleserid pada semua sel hewan dan tumbuhan pada lipid seperti lecitin dan sepalin. Sebagian besar jumlah gliserol yang diproduksi belakangan ini merupakan produk samping dari pembuatan sabun dan asam lemak, baik dengan saponifikasi ataupun hidrolisis. Selain itu gliserol ini juga merupakan produk samping dari pembuatan biodiesel. Gliserol juga dapat diperoleh melalui proses fermentasi dari beberapa jenis gula. Namun gliserol yang diperoleh dari proses fermentasi ini mempunyai kualitas yang rendah. Proses fermentasi untuk menghasilkan gliserol ini tidak pernah digunakan, kecuali untuk skala laboratorium. Pada proses saponifikasi, lemak direaksikan dengan kaustik soda dan garam. Asam lemak yang terdapat pada lemak akan bergabung dangan kaustik soda dan membentuk sabun, sedangkan gliserol yang terdapat pada lemak akan berada pada larutan garam. Gliserol yang mengandung cairan ini dikenal sebagai spent lye atau air sisa pencucian, yang merupakan sumber gliserol yang sangat penting. Cara lain untuk mendapatkan gliserol adalah dengan hidrolisis lemak, yaitu suatu proses yang biasa disebut fat splitting. Pada proses ini lemak dipisahkan menjadi gliserol dan asam lemak melalui proses hidrolisis pada temperatur dan tekanan yang ditingkatkan. Gliserol terlarut ini dikenal sebagai glycerin sweet water. Cara selanjutnya adalah dengan proses fat splitting pada tekanan rendah dengan bantuan katalis Twitchell, seperti asam naftalenstearosulfonik. Gliserol mempunyai banyak kegunaan, diantaranya untuk mengawetkan makanan, pemberi rasa manis pada makanan (pengganti gula),

sebagai pelunak pada plastik, sebagai minyak rem, dan sebagai antifreeze. Gliserol juga digunakan dalam pembuatan nitrogliserin yang dapat digunakan sebagai bahan peledak. Sekitar sepertiga dari jumlah gliserol digunakan untuk pelapis resin alkid. Gliserol juga dapat dimanfaatkan sebagai penstabil pada industri makanan dan kosmetik dalam bentuk mono- dan digliserida, serta digunakan dalam pembuatan pasta gigi, obat perawatan kulit, obat kumur, dan lain-lain. 2.2 Spesifikasi Bahan Baku Bahan baku utama dari proses pembuatan asam lemak blanded C 12 - C 14 dan asam oleat ini adalah Palm Kernel Oil (PKO) yang diperoleh dari proses pengolahan minyak inti sawit. Bahan baku pendukung yang digunakan yaitu bahan baku pendukung untuk proses hidrolisa Palm Kernel Oil menghasilkan asam lemak dan gliserol. Bahan baku pendukung untuk proses hidrolisa Palm Kernel Oil adalah air dan steam. 2.2.1 Minyak Inti Sawit/ PKO (Palm Kernel Oil) Merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50 % dan kadar FFA-nya sekitar 5 %. Proses pemecahan/ekstraksi inti sawit akan menghasilkan palm kernel meal (bungkil) dan palm kernel oil (minyak inti sawit). Melalui cara yang hampir sama dengan pemecahan kedelai, menghasilkan meal dan minyak.palm kernel oil pengolahannya sedikit rumit, tergantung penggunaannya. Berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Adapun sifat-sifat fisika PKO (Palm Kernel Oil), adalah : 1. Titik didih : 251 o C 2. Titik nyala : 242 o C 3. Titik leleh : 25 o C 4. Titik api : 251 o C 5. Titik asap : 450 o F 6. Density : 0,952 gr/cm 3

2.2.2 Air Air mempunyai sifat-sifat, antara lain: 1. Sifat fisis air Rumus molekul : H 2 O Berat molekul : 18 kg/kmol Kenampakan : Cairan tak berwarna Titik didih (1 atm) : 100 o C Titik beku : 0 o C Densitas (50 o C) : 1.000 kg/m3 Temperatur kritis : 647,2 K Tekanan kritis : 220,60 Bar 2. Sifat kimia Air Air bersifat normal pada ph 7, merupakan reagent penghidrolisa pada proses hidrolisa. 2.3 Spesifikasi Produk 2.3.1 Sifat sifat Asam Oleat Sifat-sifat fisika dan kimia asam oleat adalah sebagai berikut : Sifat Fisika 1. Berat molekul (kg/mol) : 280,45 2. Spesifik gravity : 0,895 3. Melting point (0 o C) :16,3 o C 4. Boiling point (0 o C) : 360 o C 5. Tidak larut dalam air 6. Mudah terhidrogenasi 7. Merupakan asam lemak tak jenuh 8. Tidak berwarna Sifat Kimia 1. Rumus molekul : C 18 H 34 O 2 2. Bilangan asam : 280,1 3. Larut dalam pelarut organik seperti alkohol

2.3.2 Sifat sifat Asam Laurat Sifat-sifat fisika dan kimia asam laurat adalah Sifat fisika: 1. Berwarna putih 2. Berbentuk padatan pada suhu ruangan dengan bau yang khas 3. Rumus molekul : C 12 H 24 O 2 4. Titik beku : 44-46 o C 5. Titik didih : 225 o C pada tekanan 100mmHg 6. Densitas : 0,883 pada suhu 50 o C 7. Tekanan uap : 1mmHg pada suhu 1210C 8. Tekanan kritis : 6,91 9. Titik flash : > 1130C (>235 o F) 10. berat molekul : 200,23 kg/mol 11. Bilangan asam : 279-282 12. Bilangan iodine : 0,2 maks 13. Stabil, dapat terbakar Sifat kimia: 1. Tidak larut dalam air 2. Larut dalam pelarut organik seperti alkohol 2.3.3. Sifat-sifat Gliserol Gliserol mempunyai sifat-sifat, antara lain: 1. Sifat fisis gliserol Rumus molekul : C 3 H 5 (OH) 3 Berat molekul : 92 kg/kmol Titik didih : 290 o C Titik lebur : 17,9 o C Densitas, (pada 50 o C, 1 atm) : 1.014 kg/m3 2. Sifat kimia gliserol Mutu gliserol yang dihasilkan dari hidrolisa minyak sawit berkadar 12% dan memiliki ph berkisar 4-5. Rendahnya ph gliserin ini disebabkan asam lemak terlarut dalam jumlah yang sedikit pada gliserol. Asam lemak dapat terlarut pada gliserol pada suhu dan tekanan proses hidrolisa.

2.3.3 Pemilihan Proses Pada pra rancangan pabrik pembuatan Blanded C 12 -C 14 dan asam Oleat dari Palm Kernel Oil ini, proses yang dipilih adalah proses fraksinasi pengembunan dengan pertimbangan kecepatan produksi, kemurnian yang tinggi dan konsumsi energi yang rendah (Feld and Hanh GMBH,1998). 2.4 Deskripsi Proses Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah Palm Kernel Oil (PKO) yang merupakan produk hasil pengolahan kelapa sawit. PKO dipompa dengan menggunakan pompa P-102 menuju heater E-102 untuk dipanaskan dari suhu 27 o C menjadi suhu 90 o C. Dan pure water dengan mengunakan pompa P-101 dilewatkan ke dalam heater agar dipanaskan dari suhu air 29 o C menjadi suhu 90 o C. PKO dari heater akan menggunakan pompa P-104 dialirkan ke bagian bawah kolom splitting (C-110) sementara air akan dipompa oleh P-103 menuju ke bagian atas kolom splitting (C-110). Di kolom splitting (C-110) terjadi proses pemecahan gugus alkil dalam trigliserida (PKO) dengan air menjadi PKO-FA (asam lemak) dan gliserol (11,7 %). Proses ini berlangsung pada suhu 255 o C dan tekanan 54 Bar. Pada bagian bawah kolom splitting gliserol dialirkan menuju Flash Tank I (FT-110). Pada tangki ini terjadi penguapan air yang terkandung dalam gliserol sehingga gliserol yang keluar akan memiliki kadar 12 %. Proses ini berlangsung pada suhu 120 o C dan tekanan 0,5 atm. Pada bagian atas kolom splitting dialirkan PKO-FA menuju Flash Tank II (FT-120). Pada tangki ini terjadi penguapan air yang terkandung dalam PKO-FA sehingga kadar air pada PKO-FA akan berkurang. Proses ini berlangsung pada suhu 120 o C dan tekanan 0,5 atm. Gliserol 12 % yang dihasilkan akan dialirkan menuju tangki penyimpanan dan sebelumnya kan dilewatkan pada Cooler I (E-104) sehingga gliserol didinginkan dari suhu 120 o C menjadi suhu 30 o C. Selanjutnya gliserol dialirkan ke tangki penyimpanan (T-103) PKO- FA dari FT-120 akan dialirkan menuju Tangki Intermediate (T-110) untuk ditampung sementara.

Selanjutnya dari tangki intermediet akan dipompa dengan P-106 menuju dryer (D-210). Pada dryer terjadi proses penghilangan air. Proses ini berlangsung pada 20 Kpa dan 150 o C. Selanjutnya PKO-FA akan keluar dan dialirkan ke heater (E-201) untuk menaikkan suhu sampai 202 o C dan selanjutnya dipompa dengan P-202 ke kolom Fraksinasi I. Pemisahan atau fraksinasi adalah suatu proses yang mengubah fatty acid menjadi kombinasi tunggal dalam proes ini berdasarkan persen berat. Proses ini bertujuan untuk memisahkan suatu campuran bahan guna mendapatkan zat asalnya, dimana fraksi-fraksinya didasarkan perbedaan titik didihnya (berat atom).unit fraksinasi terdiri dari 4 kolom fraksinasi. Pada proses fraksinasi, kondisi temperatur dan kolom divakumkan sesuai dengan jenis produk yang diinginkan. Di dalam kolom fraksinasi I (C-210) terdapat struktur packing, pada kolom ini dihasilkan blanded C 8 -C 10 (99,95 %) akan dilewatkan di bagian atas kolom dan didinginkan dengan kondensor E-211 dan Cooler E-212 sebelum disimpan pada T-201. Proses ini berlangsung pada 42,055 torr dan 202 o C. Dari bagian bawah kolom fraksinasi I PKO-FA destilat (C 10 -C 20 ) kemudian dialirkan ke reboiler E-213. Pada reboiler PKO-FA akan direcycle dan dialirkan ke kolom fraksinasi II. Di dalam kolom fraksinasi II (C-220) dihasilkan blanded C 12 -C 14 (99,9329 %) akan dilewatkan di bagian atas kolom dan didinginkan dengan kondensor E-221 dan Cooler E-222 sebelum disimpan pada T-202. Proses ini berlangsung pada 35,8 torr dan 210 o C. Dari bagian bawah kolom fraksinasi II PKO-FA destilat (C 14 -C 20 ) kemudian dialirkan ke reboiler E-223. Pada reboiler PKO-FA akan direcycle dan dialirkan ke kolom fraksinasi III. Di dalam kolom fraksinasi III (C-230) dihasilkan blanded C 16 -C 18 (99,9238%) akan dilewatkan di bagian atas kolom dan didinginkan dengan kondensor E-231 dan Cooler E-232 sebelum disimpan pada T-203. Proses ini berlangsung pada 29,766 torr dan 245 o C. Dari bagian bawah kolom fraksinasi III PKO-FA destilat (C 18 -C 20 ) kemudian dialirkan ke reboiler E-233. Pada reboiler PKO-FA akan direcycle dan dialirkan ke kolom fraksinasi IV.

Di dalam kolom fraksinasi IV (C-230) ini dihasilkan asam oleat (80,5336 %) sebagai produk utama yang akan dilewatkan di bagian atas kolom dan didinginkan dengan kondensor E-241 dan Cooler E-242 sebelum disimpan pada T-204. Proses ini berlangsung pada 24,65 torr dan 245 o C. Dari bagian bawah kolom fraksinasi IV PKO-FA destilat (C 18 -C 20 ) dimana pada destilat ini terkandung kadar C 20 (15,7335 %), akan dilewatkan pada cooler E-244 dan selanjunya akan disimpan dalam tangki penyimpanan T-105.