BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Kedudukan Pembelajaran Meringkas Teks Biografi untuk Kelas VIII

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menangkap Makna Teks Eksposisi Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Sadiman

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Membandingkan Teks Laporan Hasil Observasi. dengan Teks Eksposisi pada Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pembelajaran Memproduksi Teks Eksplanasi Kompleks dengan Metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMBELAJARAN, MEMPRODUKSI TEKS EKSPOSISI, MEDIA KOMIK STRIP, DAN METODE DISCOVERY LEARNING

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Teks Eksposisi dalam Kurikulum 2013

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Negosiasi Jual Beli

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Membandingkan Teks Laporan Hasil Observasi dengan

Jurnal Pendidikan, Pengajaran Bahasa dan Sastra ONOMA PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman e-issn :

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan landasan pendidikan di Indonesia. Dari sekian. berkembangnya kualitas potensi peserta didik.

A. Latar Belakang Masalah

BAB II. jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pembelajaran Membandingkan Teks Cerita Pendek dengan Teks Eksplanasi

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nuraini S., 2015

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran, Hamalik (2008: 3) Pembelajaran adalah proses interaksi antara

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB II KAJIAN TEORITIS Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. secara tepat (Tarigan dalam Fatmawati, 2009: 2). Dibandingkan ketiga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa: Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 menempatkan bahasa memegang peranan penting

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

dan kegiatan pembelajaran pun sudah disediakan di dalam buku guru. Guru hanya perlu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyampaikan

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan, merencanakan, dan menilai pembelajaran. Oleh karena itu,

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Kelompok Materi: MATERI POKOK

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 Pengembangan kurikulum 2013 melingkupi keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan adanya UU No. 20 Tahun 2003 pasal 35: Kompentensi kelulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Jadi, dapat disimpulkan setiap pembaharuan kurikulum itu memiliki dasar hukum yang kuat. Pada Kurikulum 2013 guru diwajibkan untuk mengintregrasikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran sebelum masuk pada kegiatan inti. Kurikulum 2013 mengajarkan silabus yang akan dipedomani oleh guru. Format penilaian dan kegiatan pembelajaran pun telah disediakan di dalam buku guru. Guru hanya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan menyampaikan materi. Adapun tujuan dari pemerintah dalam membuat Kurikulum 2013 yang tertera dalam Permendikbud (2013, hlm. 32), yaitu sebagai berikut. 1) memfasilitasi guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/ atau mata pelajaran yang diampunya; 2) memfasilitasi satuan pendidikan dalam merintis atau melanjutkan pengelolaan kurikulum dengan menerapkan sistem kredit semester sebagai perwujudan konsep belajar tuntas sesuai dengan kesiapan masing-masing; 3) memfasilitasi guru secara individual atau kelompok dalam mengembangkan teknik dan instrument penelitian hasil belajar dan pendekatan otentik untuk muatan dan mata pelajarannya; 4) memfasilitasi satuan pendidikan dalam mewujudkan proses pendidikan sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat sesuai karakteristik peserta didik dan dalam memfasilitasi peserta didik umtuk memilih dan menetapkan 8

9 program peminatan, serta memfasilitasi guru BK atau konselor sekolah untuk menangani dan membantu peserta didik secara individual mengalami masalah psikologis atau psikososial; Berdasarkan pemaparan di atas, guru memiliki peranan yang besar dalam mengembangkan Kurikulum 2013, guru memiliki hak yang kuat dalam perencanaan dan aplikasi kegiatan pembelajaran di kelas, terutama dalam menjelaskan kompetensi inti dan kompetensi dasar. a. Kompetensi Inti Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut. 1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; 4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan; Menurut Majid (2014, hlm. 50), kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari perserta didik. Sesuai dengan uraian di atas, KI (Kompetensi Inti) 3, yaitu memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

10 tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. b. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dirumuskan untuk kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dalam memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokan kompetensi inti sebagai berikut. 1) Kelompok 1: kelompok Kompetensi Dasar Sikap Spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1. 2) Kelompok 2: kelompok Kompetensi Dasar Sikap Sosial dalam rangka menjabarkan KI-2. 3) Kelompok 3: kelompok Kompetensi Dasar Pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3. 4) Kelompok 4: kelompok Kompetensi Dasar Keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Menurut Mulyasa (2013, hlm. 175) menyatakan kompetensi dasar adalah untuk memastikan capaian pembelajaran tidak terhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut keterampilan dan bermuara pada sikap. Menurut Majid (2014, hlm. 52) menyatakan kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Berdasarkan definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi dasar merupakan perincian lebih lanjut dari kompetensi inti yang mencakup materi lebih sempit dibanding kompetensi inti. c. Alokasi Waktu Alokasi waktu adalah pengaturan dan tata cara penyusunan durasi waktu yang digunakan pada waktu proses pembelajaran. Alokasi waktu sangat diperhatikan dalam proses pembelajaran.

11 Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah ditentukan, bukan lamanya siswa mengajarkan tugas di lapangan atau dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar mengajar ditentukan setiap pertemuannya dengan demikian, pencapaian jumlah kompetensi yang telah dipahami akan lebih terlihat dan diketahui. Mulyasa (2006, hlm. 206) mengatakan, Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memperhatikan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya.alokasi waktu merupakan komponen yang penting dalam pembelajaran. Jadi, setiap kompetensi dasar, keluasan, dan kedalaman materi akan memerhatikan jumlah minggu efektif saat pembelajaran berlangsung. Majid (2013, hlm. 58) mengatakan, Alokasi waktu merupakan perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah ditentukan, bukan lamanya siswa mengerjakan tugas di lapangan atau dalam kehidupan sehari-hari kelak. Alokasi waktu perlu diperhatikan pada tahap pengembangan silabus dan perencanaan pembelajaran. Hal ini untuk memperkirakan jumlah jam tatap muka yang diperlukan. Dengan demikian, alokasi waktu akan memperkirakan rentan waktu yang dibutuhkan untuk setiap materi ajar. Kesulitan materi dapat menjadi salah satu faktor dalam penentuan alokasi waktu. Semakin sulit materi maka alokasi waktu yang dibutuhkan akan bertambah. Akbar (2013, hlm. 27) mengatakan, Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan kepentingan kompetensi dasar juga mempertimbangkan keberagaman. Pelacakan jumlah minggu dalam semester atau tahun pelajaran terkait dengan pemanfaatan waktu pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Pelacakan ini diarahkan pada jumlah keseluruhan atau jumlah minggu tidak efektif atau jumlah minggu efektif. Penulis menyimpulkan alokasi waktu merupakan perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi pembelajaran. Alokasi waktu perlu diperhatikan pada tahap pengembangan silabus dan perencanaan pembelajaran. Dengan demikian, alokasi

12 waktu akan memperkirakan rentan waktu yang dibutuhkan untuk setiap materi ajar. Pelacakan jumlah minggu dalam semester atau tahun pelajaran terkait dengan pemanfaatan waktu pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. 2. Analisis Kemampuan Siswa Mengenai pengertian analisis ada beberapa ahli memberikan batasan antara lain Hastuti ( 2003, hlm. 19), yang mengatakan bahwa analisis merupakan suatu penyelidikan yang bertujuan menemukan inti permasalahan, kemudian dikupas dari berbagai segi, dikritik, dikomentari, lalu disimpulkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 58), analisis adalah penyelidikan terhadap peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan sebenarnya ( sebab-musabab,duduk perkaranya, dsb). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu penyelidikan (pemeriksaan) terhadap suatu objek untuk mengetahui (menentukan) permasalahn atau unsur- unsur yang sesuai dengan tujuan, kemudian dikupas, diberi ulasan, dan disimpulkan agar dapat dimengerti bagaimana duduk permasalahannya. a. Pengertian Kemampuan Siswa sekolah merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat pada bertambahnya aspek fisik yang bersifat kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kuantitatif. Dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran, keduanya dilayani secara seimbang, selaras dan serasi agar dapat terbentuknya kepribadian yang integral. Adapun kegiatan ini dilakukan tidak lain untuk menghasilkan siswa dengan berbagai kemampuan yang dapat dihandalkan nanti ketika mereka turun pada konsep nyata yakni berkarya didalam kehidupan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut banyak ahli memberikan batasan definisis tentang kemampuan siswa. Zul (2008, hlm. 134), mengemukakan bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa. Kemampuan juga disebut kompetensi.

13 Donald (Sardiman, 2009, hlm. 73), mengemukakan kemampuan adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya pikiran dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Hamalik (2008, hlm. 162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut: 1) Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam dituasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan- tujuan murid. 2) Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan. Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mamou atau kecekatan adalah kepandaian melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan mamapu. Spencer and Spencer dalam Hamzah Uno (2010, hlm. 62) mengdefinisikan kemampuan sebagai Karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Poerwadarminta (2007, hlm. 742) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan yaitu mampu artinya kuasa(bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasnah (2007, hlm. 552) bahwa mampu artinya ( bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubung dengan hal tersebut Tuminto (2007, hlm. 423) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan mampu. Seseorang yang mampu dalam suatu bidang tidak ragu- ragu melakukan pekerjaan tersebut, seakan- akan tidak pernah dipikirkan lagi bagaimana melakukannya, tidak ada lai kesulitan- kesulitan yang menghambat. Ruang lingkup kemampuan cukup luas meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, dan sebagainya. Akan tetapi dalam pengertian sempit biasanya kemampuan lebih ditujukkan kepada kegiatan yang berupa perbuatan. Selain itu, menurut Uno (2007, hlm. 23) hakikat kemampuan adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan

14 perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Dengan adanya kemampuan siswa akan lebih mudah dalam memepelajari setiap materi yang akan diajarkan termasuk materi yang berkaitan denga mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut Uno ( 2007, hlm. 23) hakikat kemampuan belajar adalah Dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dari beberapa pengertian kemampuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kompetensi mendasar yang perlu dimiliki siswa yang mempelajari lingkup materi dalam suatu mata pelajaran pasa jenjang tertentu. b. Pengertian Mengidentifikasi Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari kebutuhan lapangan. Secara intensitas kebutuhan dapat dikategorikan (dua) macam yakni kebutuhan terasa yang sifatnya mendesak dan kebutuhan terduga yang sifatnya tidak mendesak. Menurut Koenjtaraningrat (1987, hlm. 17), identifikasi adalah suatu bentuk pengenalan terhadap suatu ciri-ciri fenomena sosial secara jelas dan terperinci. 3. Teks Eksposisi a. Pengertian Teks Ekposisi Teks ekposisi berwujud dalam berbagai bentuk di berbagai media, namun kta tidak pernah meyadari bentuk teks ekposisi. Ekposisi dapat berbentuk sebagai artikel, wacana, berita, dan laporan. Untuk itu perlu mengetahui ciri khusus yang menjadi penanda bahwa teks tersebut merupakan teks ekposisi. Murtono (2010, hlm. 37) berpendapat bahwa ekposisi adalah jenis tulisan atau penuturan yang mengemukakan pendapat atau gagasan mengenai suatu fakta, gejala, atau kejadian yang dengan jelas, yang seringkali juga berlebihan jelasnya. Untuk mempelajari apa yang dikemukakan tersebut biasanya sisertai dengan alat

15 penjelasan, misalnya: grafik, statistik, denah, peta dan sebagainya. Ciri utama teks eksposisi adalah terddapat pendapat penullis yang disertai oleh fakta yang valid sehingga paparannya bersifat informatif. Nasucha (2009, hlm. 50) dalam bukunya mengungkapkan paragraf ekposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima mengikutinya. Parangraf ekposisi biasanya digunakan untuk menyajikan pengetahuan ilmu, definisi, pengertian, langkah- langkah suatu kegiatan, metode, cara dan proses terjadinya sesuatu. Sedangkan menurut Alwasilah (2005, hlm. 111) menyatakan bahwa eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis berniat untuk memberikan informasi atau memberikan petunjuk kepada pembaca. b. Struktur Teks Ekposisi Sebuah eksposisi biasanya diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan teknik penyajian yang digunakan. Keterampilan penulis memadukan kedua unsur itu dengan jalianan bahasa yang bak dan lancar akan memadai kualitas sebuah eksposisi. Menurut Kemendikbud (2013, hlm. 84), struktur teks eksposisi terbagi mejadi tiga, yaitu 1) tesis (pernyataan pendapat), 2) argumentasi (alasan yang digunakan untuk mempertahankan pendapat), dan 3) penegasan ulang pendapat. Seiring bertambahnya pengebangan paragraf jenis teks semakin beragam pula. Untuk eksposisi saja terdapat beberapa jenis berdasarkan struktur teks eksposisi c. Isi Teks Eksposisi Ekposisi merupakan salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat. Contohnya adalah berita di koran dan petunjuk penggunaan. Syarat isi pada teks eksposisi bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca tujuan tersebut dapat dicapai apabila memenuhi syarat- syarat tertentu.

16 Isi teks eksposisi memiliki 4 argumen yakni, argumen pertama, argumen kedua, argumen ketiga 4. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Hasil penelitian terdahulu yang relevan merupakan hasil penelitian yang menjelaskan hal yang telah dilakukan peneliti lain. Hasil penelitian terdahulu menjadikan acuan dan bandingan dari penelitian yang akan dilakukan peneliti. Contoh hasil penelitian terdahulu didapat dengan mencari judul atau model yang sama dengan yang penulis buat. Di bawah ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan No. Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Ramadhan Budi Aji Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Melalui Model Pembelajaran Memberi dan Menerima pada Siswa Kelas VII E SMP 5 Bandung tahun 2010 Pada penelitian yang dilakukan oleh diketahui bahwa 53,125% siswa kelas VII E SMP Negeri 5 Bandung. Masih merasa kesulitan ketika mengikuti pembelajaran menulis teks eksposisi. Hal ini dikarenakan siswa jarang berlatih menulis teks eksposisi dirumah maupun di sekolah. Namun demikian, mereka sadar bahwa pembelajaran menulis teks eksposisi memerlukan banyak latihan dan siswa berkeingginan dapat menulis eksposisi dengan baik, dibuktikan dengan 84,75% siswa yang berminat. Pembelajaran yang dilakukan selama ini dirasa belum membuat siswa mahir dalam menulis khususnya menulis teks eksposisi.

17 2. Anadang Wijayandaru Analisis Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi pada Siswa Kelas X SMK Muhammadiah 2 Ajibarang Kabupaten Banyumas tahun 2009. Mengenai kemampuan peningkatan menulis karangan deskripsi pada siswa. Hubungan penelitian yang dilakukan Andang Wijayandaru dengan penelitian ini adalah adanya kesamaan dalam meneliti atau menganalisis kemampuan siswa dalam menulis teks masih dirasa kurang mampu. B. Kerangka Pemikiran Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir 1. Dampak perubahan kurikulum 2013 2. Siswa masih kesulitan menulis teks eksposisi 3. Dampak perubahan pembelajaran yang berupa teks 4. Guru masih kesulitan menggunakan kurikulum 2013 Analisis kemampuan siswa dalam mengidentifikasi informasi teks eksposisi berorientasi struktur dan isi. Peningkatan keterampilan menulis teks eksposisi berorientasi struktur dan isi. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran