MITIGASI BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) OKTAVIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

STUDI PENERAPAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN (PPIP) DI KECAMATAN KOTO BALINGKA KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

JURNAL KESIAPAN KELOMPOK SIAGA BENCANA SMA DI WILAYAH ZONA MERAH DI KOTA PADANG DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERENTANAN (VULNERABILITY)

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

MITIGASI BENCANA BENCANA :

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dalam Upaya Mitigasi Bencana Gempa Dan Tsunami Di Kota Pariaman Oleh: Engla Marfadila* Dedi Hermon**Elvi Zuriyeni**

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6º LU 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM MEMAHAMI WILAYAH BENCANA DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

MODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT

Perencanaan Evakuasi

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah geografis Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng benua

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

Transkripsi:

MITIGASI BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) OKTAVIA 11030054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

Tsunami Disaster Mitigation In Padang By: Oktavia 1 Slamet Rianto 2 Nefilinda 3 1 student of geography education department of STKIP PGRI Sumatera Barat. 2,3 lecturer at geography education department of STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This study aims to achieve information about the Tsunami Disaster Mitigation in Padang, incluiding: 1) Line Evacuation, 2) Shelter/Place of Evacuation While (TES). Type of this research is descriptive. The Tsunami hazard area based on the overlay zone maps and topographic maps then it can be sub-district in Koto Tangah, District of North Padang and Padang District of West. The sampling technique is purposive sampling method. Data collected by the identification, observation, and documentation. The result of this research in the location is showed that: 1). There are 10 needs which route of the major evacuation. There 17 route of 37 environmental pathways in the District of Koto Tangah, District of West Padang and North Padang sub-district which has been proposed/planned. 2). Shelter/Place of Evacuation While (TES) has been built, there were 7 schools as a Place of Evacuation While (TES) and 3 residential shelter (independent) that are high priorities in development. 3). There is a school development planning 60 shelters and 23 shelters housing (self-contained) in the hands Koto Tangah sub-district, Padang District of northern and Western Padang District. Key words : Disaster, Mitigation & Tsunami PENDAHULUAN Indonesia merupakan daerah kepulauan yang terletak pada batas pertemuan empat lempeng besar dunia yang sangat aktif yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Indo- Australia serta satu lempeng mikro yaitu lempeng mikro Philipina. Pertemuan antar lempeng ini merupakan daerah sumber gempa bumi. Dampak kondisi tektonik yang sedemikian inilah yang menjadikan Indonesia sangat rawan terhadap bencana gempa bumi (Puslitbang BMKG, 2009). Besarnya potensi kegempaan di wilayah Indonesia ini tidak disertai dengan tingkat kesiap-siagaan masyarakat dan pemerintah dalam mengantisipasi potensi bencana tersebut yang berakibat pada besarnya jumlah korban jiwa dan kerusakan yang terjadi di daerah bencana. Fenomena alam gempa bumi sampai saat ini belum bisa diprediksi tempat maupun waktu kejadiannya secara tepat. Bahaya gempa bumi tidak bisa dihindarkan namun dampaknya dapat dikurangi melalui kegiatan pengkajian karakteristik gempa bumi di suatu wilayah yang nantinya diaplikasikan dalam pemilihan metode dan kebijakan penanganan risiko bencana. Kawasan pemukiman yang berdekatan dengan sumber gempa bumi merupakan kawasan yang sangat rawan gempa bumi, oleh karena itu perlu diupayakan langkahlangkah strategis untuk melindungi masyarakat dengan tindakan dan mitigasi bencana yang merupakan upaya untuk mengurangi atau memperkecil dampak kerugian atau kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh bencana (Bakornas PBP, 2002). 1

Untuk meminimalisasi dampak bencana, upaya mitigasi perlu dilakukan secara dini dan optimal. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan penelitian ilmu kebumian yang makin intensif, pemasangan jaringan pemantau yang representatif dan mutakhir, pembuatan sistem informasi kerawanan kegempaan serta diseminasi informasi. Upaya mitigasi dan pencegahan bencana sebagai bagian dari pengelolaan bencana merupakan bagian yang penting untuk menekan kerugian akibat bencana. Pengurangan tingkat risiko dari suatu ancaman bencana dapat dilakukan secara fisik maupun nonfisik melalui penekanan tingkat ancaman atau pengurangan kerentanan. Ada tiga langkah upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak bencana, yaitu: Memahami kerawanan (ancaman) bencana suatu wilayah, memahami kerentanan wilayah dan melakukan upaya tindak lanjut misalnya dengan membangun sistem peringatan dini (early warning system), peta kerawanan bencana dan lain-lain. Pengelolaan bencana pada dasarnya merupakan suatu siklus terpadu yang terdiri atas enam fase. Fase tersebut dimulai dari upaya penyelamatan dan evakuasi korban bencana yang disebut juga sebagai fase tanggap darurat. Dilanjutkan dengan pemulihan kondisi fisik dan mental korban bencana yang kemudian dilanjutkan dengan fase pemulihan pemukiman, sarana, dan prasarana (rekontruksi). Fase berikutnya perlindungan, dirancang untuk meredam terjadinya bencana atau untuk melindungi masyarakat, instalansi penting dari bencana. Dalam fase ini biasanya dilakukan rekayasa-rekayasa teknik, seperti membangun bangunan tahan gempa. Selanjutnya, fase mitigasi dilakukan upaya-upaya untuk meminimalkan dampak dari bencana yang akan terjadi, yaitu suatu program untuk mengurangi pengaruh suatu bencana, perencanaan tata ruang, pengaturan tata guna lahan, penyusunan peta kerentanan bencana, dan lain-lain. Fase selanjutnya adalah persiapan menghadapi bencana agar pemerintah, organisasi, komunitas, dan individu mampu menghadapi bencana secara cepat dan efektif. Kegiatan ini mencakup penyusunan metode peringatan dini, menyiapkan jaringan komunikasi, sosialiasi, pendidikan, dan latihan kepada masyarakat untuk waspada terhadap bencana. Tiga fase pertama dilakukan setelah terjadi bencana untuk menyelamatkan korban, sedangkan tiga fase terakhir adalah persiapan dalam mengahadapi bencana, menurut Syafrezani (2010: 64). Mitigasi adalah istilah gabungan yang digunakan untuk mencakup semua tindakan yang dapat dilakukan sebelum munculnya satu bencana (tindakantindakan prabencana) yang meliputi kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang. Upaya mitigasi itu antara lain menyiapkan data dan informasi daerah rawan gempa dan tsunami, penyediaan sistem peringatan dini tsunami, mensosialisasikan pemahaman bencana gempa bumi dan tsunami dan lain-lain, menurut Syafrezani (2010: 27). Mitigasi sebagai upaya pengurangan risiko bencana memiliki sifat struktural dan non-struktural. Mitigasi struktural merupakan upaya yang berbentuk fisik untuk dapat mengurangi dampak dari ancaman bencana, misalnya pembangunan sarana dan prasarana yang mampu untuk mengurangi dampak dari ancaman bencana. Sedangkan mitigasi non-struktural merupakan upaya yang berkaitan dengan kebijakan, sosialisasi kepada masyarakat, dan penyediaan informasi kepada masyarakat sehingga mampu untuk mengurangi dampak dari ancaman bencana, menurut Aminudin (2013: 8). Kota Padang sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Barat, secara geografis wilayahnya terletak pada Bujur Timur 100 05 35 serta Lintang Selatan 00 44 00. Secara administratif mempunyai luas 694,94 Km2 dengan jumlah penduduknya tercatat sebanyak 856.815 jiwa yang bermukim pada lahan seluas 694.96 km2 dengan laju pertumbuhan penduduk 1,23% tahun. Sebanyak 355.312 jiwa atau sekitar 23,6% dari penduduk Kota Padang bermukim di daerah yang rawan bencana tsunami atau zona merah. (BPS Kota Padang 2008: 20). Berdasarkan hasil observasi sementara, topografi kota Padang merupakan perpaduan dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian bervariasi dari permukaan laut, serta dilalui oleh 3 sungai besar dan bermuara ke Samudera Hindia. Sebagai kota pesisir selain 2

menguntungkan secara geografis tetapi juga merupakan daerah yang rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Lokasi bukit yang cukup jauh dari pinggir pantai (+ 2 Km), punya problem serius jika tsunami melanda kota ini. Pemerintah melalui instansi yang terkait telah mempersiapkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan serta aksesbilitas bagi masyarakat dalam sistem manajemen bencana untuk menghadapi bencana jika suatu saat terjadi, baik itu pra bencana, pada saat terjadinya bencana, dan pasca bencana. Diantaranya mitigasi bencana, yang merupakan tahap awal dilakukannya tindakan antisipasi sebelum terjadinya bencana yang merupakan kategori dari tahap pra bencana, seperti: 1.) pembuatan jalur evakuasi, 2.) pembuatan Tempat Evakuasi Sementara (TES), 3.) pemasangan alat Sistem Peringatan Dini (Early Warning System), 4.) dll. Kegiatan mitigasi bencana merupakan kegiatan yang rutin dan berkelanjutan (sustainable), yang berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya dilakukan dalam periode jauh-jauh hari karena bencana gempa bumi dan tsunami yang tidak bisa diprediksi kapan terjadinya bahkan bisa melebihi intensitas yang lebih besar dari perkiraan yang semula atau dari bencana-bencana yang sudah terjadi sebelumnya. Untuk itu diperlukan monitoring terhadap sistem mitigasi bencana untuk mengembangkan sistemsistem yang telah ada sebelumnya, terkait dengan tingkat kebutuhan suatu wilayah dan gempa 30 September 2009 yang pernah terjadi sebelumnya yang memberikan pelajaran serta peringatan terhadap masyarakat maupun pemerintah bahwa pentingnya mitigasi bencana. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul Mitigasi Bencana Tsunami di Kota Padang METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan daearah bahaya bencana tsunami di kota Padang. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau 3 menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia, menurut Sukmadinata (2010). Arikunto (2002: 9) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran ataupun lukisan secara faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan fenomena yang diteliti. Pengambilan wilayah penelitian didasarkan dari overlay peta zona bahaya tsunami dan peta topografi. Maka didapatlah 3 wilayah penelitian yaitu Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Padang Barat. Pengambilan sampel di dalam penelitian ini berguna untuk melakukan pengamatan, pengukuran, dan menganalisanya. Menentukan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel bukan didasarkan atas strata atau random tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa data penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil penelitian terhadap sistem mitigasi bencana tsunami di Kota Padang, yaitu mengenai jalur evakuasi dan Shelter/Tempat Evakuasi Sementara (TES). Berdasarkan hasil analiasa data dari observasi, dokumetasi, dan pengisian form survey lapangan di dapatkan gambaran sebagai berikut : Pertama, berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan langsung ke lapangan diketahui bahwa jalur evakuasi di kawasan Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Padang Barat terdapat 10 kebutuhan jalan utama untuk jalur evakuasi. Jalur evakuasi tersebut masih menggunakan dan memanfaatkan jalan jalan yang telah ada dengan kondisi jalan seperti panjang dan luasnya belum diperbaharui sebagaimana jalur evakuasi yang selayaknya untuk digunakan. Jalan jalan tersebut diberi tanda tanda atau rambu -rambu ke arah shelter/tempat Evakuasi Sementara terdekat atau menjauhi kawasan rawan bencanan tsunami.

Untuk dapat meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana genpa bumi yang berpotensi tsunami salah satu usaha komperehensif adalah dengan membuat perencanaan jalur evakuasi. Tujuannya adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang rute atau jalur evakuasi yang akan memandu masyarakat menuju tempat-tempat aman tepat pada waktunya. Kajian Yudhoyono (2007) menyatakan pada saat evakuasi suasana kepanikan akan mempengaruhi keadaan lalu lintas setempat, sehingga diperlukan jalur-jalur alternatif untuk proses evakuasi. Dari hasil penelitian terhadap jalur evakuasi yang telah ada, terdapat usulan/perencanaan jalur evakuasi, baik itu jalan utama maupun jalur lingkungan, yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat menuju ke tempat yang lebih aman apabila terjadi bencana, baik itu berupa jalur evakuasi horizontal maupun jalur evakuasi vertikal. Terdapat 17 jalur evakuasi utama dan 37 jalur lingkungan yang diusulkan/direncanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang. Kedua, berdasarkan hasil analisis dan pengamatan langsung ke lapangan diketahui bahwa shelter/tempat Evakuasi Sementara di kawasan Kecamatan Koto Tangan, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Padang Barat sudah terdapat 7 sekolah shelter yang telah dibangun dan telah dapat difungsikan apabila terjadi bencana gempa bumi dan tsunami di Kota Padang dan 3 shelter pemukiman yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan. Tempat Evakuasi Sementara (TES) merupakan tempat pertama bagi penduduk untuk menyelamatkan diri dari terjangan tsunami selama bencana terjadi, yaitu hanya beberapa jam. Setelah itu, korban dipindahkan ke Tempat Evakuasi Akhir selama beberapa hari. Tempat Evakuasi Sementara (TES) selayaknya bisa dijangkau dari permukiman rawan tsunami dan karena itulah Tempat Evakuasi Sementara (TES) berada di zona rawan tsunami. Bangunan ini mutlak bersifat tahan gempa dan tsunami. Struktur tahan gempa adalah struktur yang tahan (tidak rusak dan tidak runtuh) apabila dilanda gempa, bukan struktur yang semata-mata sudah diperhitungkan dengan beban gempa (Tjokrodimulyo, 2007 dalam Hariyanto, 2011). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperlukan lebih banyak lagi shelter/tempat Evakuasi Sementara (TES) terkait dengan banyaknya kebutuhan masyarakat yang berada di kawasan rawan tsunami, untuk itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) beserta instansi yang terkait telah mengusulkan dan melakukan perencanaan pembangunan 60 sekolah shelter dan 23 shelter pemukiman (mandiri) yang tersebar di Kecamatan Koto tangah, Kecamatan Padang utara, dan Kecamatan Padang barat. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pembangunan sekolah shelter lebih diutamakan dikarenakan lokasi sekolah - sekolah di Kota Padang lebih terkonsentrasi di wilayah rawan tsunami dan shelter/tempat Evakuasi Sementara (TES) yang bersifat multifungsi sehingga memudahkan dalam pengawasan dan pengelolaannya. KESIMPULAN 1. Jalur evakuasi yang telah ada terdapat 10 kebutuhan jalur evakuasi utama, hasil penelitian terhadap jalur evakuasi yang telah ada, terdapat 17 jalur evakuasi utama dan 37 jalur lingkungan yang terdapat di daerah Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Padang Barat yang telah diusulkan/direncanakan, bertujuan untuk memudahkan masyarakat menuju tempat yang aman baik berupa jalur evakuasi vertikal maupun horizontal. 2. Shelter/Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang telah dibangun terdapat 7 sekolah shelter dan 3 shelter pemukiman (mandiri) yang menjadi prioritas utama dalam pembangunannya. Hasil penelitian terhadap shelter/tempat Evakuasi Sementara (TES), terdapat perencanaan pembangunan 60 sekolah shelter dan 23 shelter pemukiman (mandiri) yang berada di daerah Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Padang Barat. 4

SARAN 1. Diharapkan kepada pemerintah yang terkait agar bisa lebih meningkatkan kinerja dalam pembangunan jalur evakuasi yang telah direncanakan agar bisa dimamanfaatkan segera apabila bencana sewaktu-waktu datang. 2. Diharapkan kepada pemerintah yang terkait agar bisa lebih meningkatkan kinerja dalam pembangunan shelter/tempat Evakuasi Sementara (TES) yang telah direncanakan agar bisa dimanfaatkan apabila bencana sewaktuwaktu datang dan shelter/tempat Evakuasi Sementara (TES) yang telah ada dan telah difungsikan agar dikelola dengan baik. 3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya bisa meneliti lebih mendalam tentang evaluasi mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami di Kota Padang. Tuti Darmayanti. Nefilnda. (2014). Kepedulian Remaja Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Piai Tangah Kecamatan Pauh Kota Padang. http://ejournal-s1.stkip-pgrisumbar.ac.id/index.php/geografi/a rticle/view/2931 Wilia Meri Faradona, Ridwan Ahmad, Nefilinda. (2013). Studi Penerapan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat. http://ejournal-s1.stkip-pgrisumbar.ac.id/index.php/geografi/arti cle/view/666 DAFTAR PUSTAKA Aminudin. (2013). Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung: Angkasa. Dewi, Lestari Cendikia. Dkk. (2014). Respos Spektrum Desain Pola Lokasi Tempat Evakuasi SementaraTsunami di Kota Pariaman. Jurnal. Intoro, Sugeng. Dkk. (2013). Kajian Jalur Evakuasi dan Titik Evakuasi Bencana Gempa Bumi Berpotensi Tsunami Berbasis Masyarakat. Jurnal. Pera Masnah, Yeni Erita, Nefilinda. (2013). Tingkat Kepedulian Masyarakat Dalam Menjaga Budaya Hidup Bersih di Kenagarian Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.http://ejournals1.stkippgri.sumbar.ac.id/index.php/geogr afi/article/view/60 Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syafrizal. (2011). Tingkat Pengetahuan, Kesiapsiagaan, dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Jalur Evakuasi Tsunami di Kota Padang. Jurnal. 5