LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 55 TAHUN 2003 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

Perda Kab. Belitung No. 8 Tahun

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 12

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWATENGAH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BURU,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 25 TAHUN 2002 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 1 TAHUN 2003 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

NOMOR 6 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA PEMERINTAH KABUPATEN BIMA. Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda Bima

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2005

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 01 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 8 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 1 TAHUN 2003 SERI E NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 09 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 13 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 29 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan akselerasi dan kualitas penyelenggaraan pemerintah daerah yang bersih, serta pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bekasi sebagai bagian integral pembangunan nasional, dipandang perlu menata kembali tata cara pengelolaan keuangan daerah yang lebih efisien, efektif, transparan, dan dapat dipertanggung jawabkan, sesuai dengan jiwa dan semangat otonomi daerah; b. bahwa berdasarkan pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka ketentuan pengelolaan keuangan daerah perlu diatur dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Dalam Lingkungan Propiasi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1099 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4028); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan DPRD (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negrra Nomor 4029); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 23 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dan Rancangan Peraturan Daerah Perubahan (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 2 seri D). Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BEKASI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Bekasi; b. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah; c. Bupati adalah Bupati Bekasi; d. Perangkat Daerah adalah orang / lembaga pada Pemerintah Daerah yang 2

bertanggungjawab kepada Bupati dan membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas sekretariat daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah kecamatan dan kelurahan sesuai dengan kebutuhan Daerah; e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi sebagai Badan Legislatif Daerah; f. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah pejabat dan atau pegawai Daerah yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku diberi kewenangan tertentu dalam kerangka pengelolaan Keuangan Daerah; g. Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan Keuangan Daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); h. Bendaharawan Umum Daerah adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah untuk mengelola penerimaan dan pengeluaran Kas Daerah serta segala bentuk kekayaan daerah lainnya; i. Pengguna Anggaran Daerah adalah pejabat pemegang kekuasaan penggunaan Anggaran Belanja Daerah; j. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah; k. Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melaksanakan kegiatan kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBD di setiap unit kerja Pengguna Anggaran Daerah; l. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; m. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD, adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah Kabupaten Bekasi yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; n. Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bekasi yang selanjutnya disebut perhitungan APBD adalah laporan atas pelaksanaan anggaran, yang meliputi penerimaan dan pengeluaran dalam tahun anggaran yang bersangkutan; o. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi tentang APBD dan perhitungan APBD adalah dokumen yang diterbitkan Pemerintah Daerah yang bersifat terbuka dan diundangkan dalam Lembaran Daerah, p. Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun anggaran tertentu; q. Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun anggaran tertentu; r. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak Daerah; s. Belanja Daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban Daerah; t. Pembiayaan adalah transaksi Keuangan Daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah; 3

u. Sisa lebih Perhitungan APBD Tahun Lalu adalah selisih lebih realisasi pendapatan terhadap realisasi belanja Daerah dan merupakan komponen pembiayaan; v. Barang Daerah adalah semua barang milik Daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal dari perolehan lainnya yang sah; w. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Daerah sebagai akibat penyerahan uang, barang dan atau jasa kepada Daerah atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; x. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang menjadi hak Daerah atau kewajiban pihak lain kepada Daerah sebagai akibat penyerahan uang, barang dan atau jasa oleh Daerah atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; y. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam perdagangan; z. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran; aa. bb. Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah meliputi semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan, pelaporan dan analisis atas transaksi keuangan Pemerintah Daerah; Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di Daerah Kabupaten; BAB II PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Bagian Pertama Kewenangan Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 2 (1) Bupati adalah Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah. (2) Selaku pejabat Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bupati mendelegasikan sebagian atau seluruh kewenangannya kepada Sekretaris Daerah dan atau Perangkat Pengelola Keuangan Daerah. (3) Bupati menetapkan terlebih dahulu para Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dengan Keputusan Bupati untuk melaksanakan anggaran. (4) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah tidak boleh merangkap sebagai Pemegang Kas Daerah. 4

Bagian Kedua Kewenangan DPRD Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 3 (1) DPRD selaku badan legislatif Daerah mempunyai kewenangan, hak dan kewajiban di bidang pengelolaan keuangan daerah. (2) Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud ayal (1) meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Bersama Bupati menetapkan arah dan kebijakan umum anggaran sebagai landasan penyusunan RAPBD; b. Bersama Bupati menetapkan Peraturan Daerah tentang APBD berikut lampirannya; c. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan APPD. (3) Hak DPRD sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Mendengar dan memperhatikan pengaduan dari masyarakat serta mengadakan penyelidikan atas hal-hal tertentu sebatas fungsi lembaga DPRD di bidang pengawasan; b. Melakukan perubahan atas rancangan Peraturan Daerah tentang APBD berikut lampirannya; c. Meminta dan menilai laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah atas pelaksanaan APBD. (4) Kewajiban DPRD sebagaimana dimaksud ayat (1) melakukan penjaringan aspirasi masyarakat sebagai landasan proses penyusunan arah dan kebijakan anggaran. Pasal 4 Pelaksanaan kewenangan, hak dan kewajiban sebagaimana Pasal 3 di atas dilaksanakan atas profesionalisme kerja yang dilandasi oleh prinsip-prinsip manajemen yang efisien, efektif, dan demokratis. Bagian Ketiga Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 5 (1) Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban yang berkaitan dengan APBD. (2) Pengelolaan keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat aspiratif terhadap kepentingan publik. 5

Pasal 6 Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara terencana, tertib, taat pada peraturan perundangan-undangan yang berlaku, efisien, efektif transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. Pasal 7 APBD merupakan dasar pelaksanaan pengelolaan Keuangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi tahun anggaran tertentu. Pasal 8 Tahun fiskal APBD sama dengan tahun fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Pasal 9 (1) Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah dalam rangka desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD. (2) APBD, perubahan APBD, dan perhitungan, APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan merupakan dokumen Daerah. APBD disusun dengan pendekatan kinerja. Pasal 10 Pasal 11 Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Pasal 12 (1) Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. (2) Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. (3) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut. (4) Perkiraan Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun lalu dicatat sebagai saldo awal pada APBD tahun berikutnya, sedangkan realisasi Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun Lalu dicatat sebagai saldo awal pada perubahan APBD. Pasal 13 (1) Dalam pengelolaan keuangan daerah fungsi pengawasan dibedakan dengan fungsi pemeriksaan. 6

(2) Fungsi pengawasan merupakan alat pengendaiian yang lebih bersifat preventif dan represif yang ditujukan untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna anggaran. (3) Fungsi pemeriksaan merupakan fungsi penilaian independen yang dilakukan oleh orang atau badan yang berkompeten atas setiap aktivitas penyelenggaraan pemerintah daerah. Pasal 14 Semua transaksi Keuangan Daerah baik penerimaan Daerah maupun Pengeluaran Daerah dilaksanakan melalui Kas Daerah. Pasal 15 (1) Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya tidak tersangka disediakan dalam bagian anggaran tersendiri. (2) Pengeluaran yang dibebankan pada pengeluaran tidak tersangka adalah untuk penanganan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak tersangka lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintahan Daerah. Pasal 16 (1) Daerah dapat membentuk Dana Cadangan guna membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. (2) Dana Cadangan dibentuk dengan kontribusi tahunan dari penerimaan APBD, kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah dan Dana Darurat. Bagian Keempat Kedudukan Keuangan DPRD, Bupati dan Wakil Bupati Pasal 17 (1) DPRD dalam melaksanakan kewenanganya disediakan pembiayaan dalam APBD berdasarkan beban kerja yang disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah. (2) DPRD merencanakan pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (1) disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang selanjutnya dicantumkan dalam APBD. (3) Kedudukan keuangan DPRD diatur diatur dalam peraturan daerah tersendiri. Pasal 18 (1) Bupati dan Wakil Bupati, karena jabatannya dalam melaksakan tugasnya disediakan anggaran untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan Pemerintah Daerah. (2) Kedudukan keuangan Bupati dan Wakil Bupati ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 7

BAB III PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD Bagian pertama Struktur APBD Pasal 19 (1) Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari : a. Pendapatan Daerah; b. Belanja Daerah; c. Pembiayaan. (2) Selisih lebih Pendapatan Daerah terhadap Belanja Daerah disebut surplus anggaran. (3) Selisih kurang Pendapatan Daerah terhadap Belanja Daerah disebut defisit anggaran. (4) Jumlah pembiayaan sama dengan jumlah surplus/defisit anggaraan. Pasal 20 (1) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) huruf a terdiri dari : a. Pendapatan Asli Daerah; b. Dana Perimbangan; c. Lain-lain Pendapatan Yang Sah. (2) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf b diklasifikasikan menurut bagian, unit kerja, kelompok belanja, jenis belanja, kegiatan, dan rincian kegiatan. (3) Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf c dirinci menurut sumber pembiayaannya yaitu : a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lain; b. Pinjaman Daerah; c. Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan; d. Dana Cadangan; e. Penyertaan modal/investasi. Pasal 21 (1) Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah dibebankan dalam APBD; (2) Pegawai Negeri Sipil Daerah dapat diberikan tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; (3) Pegawai Negeri Sipil Derah yang diperbantukan dalam BUMD atau unit usaha 8

lainnya, gajinya menjadi beban BUMD atau unit usaha yang bersangkutan; (4) Pembiayaan pensiun Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diangkat oleh Pemerintah Daerah menjadi tanggung jawab Daerah. (5) Tenaga Kontrak Kerja dapat diberikan penghasilan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati. Pasal 22 Pemerintah Daerah menyediakan bantuan kepada Pemerintah Desa yang pengaturannya tetapkan melalui Keputusan Bupati. Pasal 23 (1) Pemerintah Daerah dapat menyediakan anggaran untuk membiayai pengeluaran tidak tersangka. (2) Anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disediakan dalam bagian anggaran tidak tersangka. (3) Penggunaan anggaran pengeluaran tidak tersangka sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) diberitahukan kepada DPRD. Pasal 24 (1) Apabila diperkirakan Pendapatan Daerah lebih kecil dari rencana belanja, Daerah dapat melakukan pinjaman. (2) Pemerintah Daerah dapat mencari sumber-sumber pembiayaan lain melalui kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling menguntungkan. (3) Pemerintah Daerah dapat melakukan invesfasi dalam bentuk penyertaan modal, deposito atau bentuk investasi lainnya sepanjang hal tersebut memberi manfaat bagi peningkatan pelayanan masyarakat dan tidak mengganggu likuiditas Pemerintah Daerah. (4) Sumber-sumber pembiayaan lain dan investasi Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3), diatur dengan Peraturan Daerah. 5) Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas pengelolaan sumber-sumber pembiayaan lain dan investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dan setiap akhir tahun anggaran melaporkan hasil pelaksanaan kepada DPRD. Pasal 25 (1) Penganggaran Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dialokasikan dari sumber penerimaan APBD. (2) Semua sumber penerimaan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan semua pengeluaran atas beban Dana Cadangan dicatat dan dikelola dalam APBD. (3) Pengeluaran untuk menutup kebutuhan Dana Cadangan dibebankan pada rekening Dana Cadangan. 9

(4) Posisi Dana Cadangan dilaporkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban APBD. Bagian Kedua Dokumen Anggaran Pasal 26 Dokumen Anggaran berpedoman pada sistem penyusunan anggaran yang berlaku. Bagian Ketiga Proses Penyusunan APBD Pasal 27 (1) APBD yang disusun dengan pendekatan kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 memuat : a. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja; b. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan; c. Bagian pendapatan APBD yang membiayai belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/pembangunan. (2) Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah, dikembangkan standar analisa belanja, tolok ukur kinerja dan standar biaya yang diatur melalui Keputusan Bupati; Pasal 28 (1) Dalam rangka menyiapkan penyusunan APBD, DPRD melaksanakan proses penjaringan aspirasi masyarakat melalui mekanisme yang sesuai dengan kondisi dan dinamika masyarakat daerah. (2) DPRD bersama-sama dengan pemerintah Daerah menetapkan secara jelas arah dan kebijakan umum anggaran daerah. Pasal 29 (1) Dalam penyusunan anggaran Daerah, Sekretaris Daerah menyusun strategi dan prioritas anggaran sesuai dengan arah dan kebijakan umum anggaran daerah yang telah ditetapkan. (2) Masing-masing satuan kerja menyiapkan usulan anggaran sesuai dengan strategi dan prioritas alokasi anggaran yang ditetapkan sebagai bahan penyusunan APBD, didukung oleh dokumen anggaran. (3) Dengan memperhatikan ayat (1) dan (2) Pemerintah Daerah menyiapkan RAPBD untuk mendapat persetujuan DPRD. 10

Pasal 30 (1) Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD membahas RAPBD yang telah dilengkapi dengan dokumen anggaran. (2) Persetujuan DPRD atas Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD selambat-lambatnya satu bulan setelah APBN ditetapkan. Pasal 31 Penjabaran APBD sebagai landasan operasional pengendalian manajemen angggaran ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 32 Jadwal penyusunan APBD ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah memperhatikan masukan dari DPRD yang mengacu pada tertib DPRD. Bagian Keempat Proses Penetapan APBD Pasal 33 (1) Bupati menyampaikan RAPBD Kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan. (2) Apabila RAPBD tidak disetujui DPRD, Bupati berkewajiban menyempurnakan RAPBD tersebut. (3) Penyempurnaan RAPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan kembali kepada DPRD. (4) Apabila RAPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditolak oleh DPRD, Bupati menggunakan APBD tahun sebelumnya sebagai dasar pengurusan keuangan daerah; Bagian Kelima Perubahan APBD Pasal 34 (1) Perubahan APBD dilakukan sehubungan dengan : a. Kebijakan Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah yang bersifat strategis; b. Penyesuaian akibat tidak tercapainya target Pemerintah Daerah yang ditetapkan; c. Terjadinya kebutuhan mendesak; (2) Perubahan APBD meliputi realokasi, pengurangan atau penambahan dana dari plafon anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 11

(3) Perubahan APBD dapat dilakukan dengan pertimbangan meningkatkan nilai ekonomi, efisiensi dan efektifitas anggaran. (4) Perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan melalui peraturan daerah. Pasal 35 (1) Perubahan APBD sebagaimana dimaksud Pasal 34 ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Daerah, paling lambat 3 (tiga) bulam sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir. (2) Persetujuan DPRD atas Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD. Pasal 36 Perubahan sebagaimana dimaksud pasal 35 ayat (2) dapat dilakukan dengan dilengkapi dokumen anggaran yang relevan. Pasal 37 (1) Pemerintah Daerah dapat melakukan pergeseran anggaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan anggaran. (2) Batasan nomenklatur anggaran yang diperkenankan untuk dilakukan pergeseran anggaran ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang penetapan APBD dimaksud. (3) Pelaksanaan pergeseran anggaran harus dilengkapi dengan perubahan dokumen anggaran. BAB IV PELAKSANAAN ANGGARAN DAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH Bagian pertama Dasar-Dasar Pelaksanaan Anggaran Pasal 38 (1) Setiap awal tahun anggaran Bupati menetapkan para pejabat pengelola APBD dengan Keputusan Bupati. (2) Tugas dan fungsi pejabat pengelola APBD ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 39 Dana anggaran yang diperlukan guna membiayai pengeluaran anggaran disediakan dengan jalan menerbitkan Keputusan Bupati. 12

Bagian Kedua Penerimaan dan Pengeluaran APBD Pasal 40 (1) Setiap perangkat daerah yang mempunyai tugas memungut dan menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan pendapatan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. (2) Semua manfaat yang bernilai uang berupa komisi, potongan, bunga atau nama lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa dan dari penyimpanan dan atau penempatan uang daerah merupakan pendapatan daerah. (3) Pendapatan Daerah disetor sepenuhnya tepat pada waktunya kepada rekening Kas Daerah. Pasal 41 Tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD dan ditempaikan dalam Lembaran Daerah; Pasal 42 (1) Setiap pembebanan APBD harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih; (2) Setiap orang yang diberi wewenang menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas kebenaran dan akibat dari penggunaan bukti tersebut. Pasal 43 (1) Pengguna Anggaran Daerah mengajukan surat permintaan pembayaran untuk melaksanakan pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2). (2) Pembayaran yang membebani APBD dilakukan dengan surat perintah membayar. (3) Bendaharawan umum daerah membayar berdasarkan surat perintah membayar. Bagian Ketiga Penatausahaan Pemegang Kas Pasal 44 (1) Pemegang Kas Daerah (PKD) mempunyai tugas menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan dan mempertanggungjawabkan uang serta surat-surat berharga milik Daerah. (2) Pemegang Kas Daerah bertanggung jawab sepenuhnya kepada Bupati atas pengurusan uang daerah guna kelancaran jalannya penerimaan dan pengeluaran 13

uang daerah. (3) Setiap Pemegang Kas di setiap unit kerja Pengguna Anggaran Daerah bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan yang dikelolanya kepada Bupati. (4) Guna penyimpanan uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat menunjuk bank persepsi melalui Keputusan Bupati. Bagian Keempat Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah Pasal 45 Penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman pada standar dan sistem akuntansi keuangan Pemerintah Daerah yang berlaku. Bagian Kelima Sistem Informasi Keuangan Daerah Pasal 46 Pemerintah Daerah menyelenggarakan Sistem Informasi Keuangan Daerah berdasarkan ketentuan yang berlaku. BAB V PINJAMAN DAERAH Pasal 47 (1) Pinjaman Daerah dapat bersumber dari dalam negeri dan luar negeri. (2) Pinjaman Daerah dari dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersumber dari : a. Pemerintah Pusat; b. Lembaga Keuangan Bank; c. Lembaga Keuangan Bukan Bank; d. Masyarakat; e. Sumber lainnya. Pasal 48 Pinjaman Daerah terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu : a. Pinjaman Jangka Panjang; b. Pinjaman Jangka Pendek. Pasal 49 (1) Pinjaman Jangka Panjang hanya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana yang merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk 14

pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. (2) Pinjaman Jangka Panjang tidak dapat digunakan untuk membiayai belanja administrasi umum serta belanja operasional dan pemeliharaan. Pasal 50 Pinjaman Jangka Pendek digunakan untuk pengaturan arus kas dalam rangka pengelolaan Kas Daerah; Pasal 51 Pinjaman Jangka Panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a yang dilakukan oleh Daerah wajib memenuhi 2 (dua) ketentuan sebagai berikut : a. Jumlah kumulatif pokok Pinjaman Daerah yang wajib dibayar tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah Penerimaan Umum APBD tahun sebelumnya; c. Berdasarkan proyeksi penerimaan dan pengeluaran Daerah tahunan selama jangka waktu pinjaman, Debt Service Coverage Ratio (DSCR) paling sedikit 2,5 (dua setengah). Pasal 52 (1) Pinjaman Jangka Pendek dilakukan dengan mempertimbangkan kecukupan penerimaan Daerah untuk membayar kembali pinjaman tersebut pada waktunya. (2) Pelunasan Pinjaman Jangka Pendek wajib diselesaikan dalam tahun anggaran berjalan. Pasal 53 Batas Maksimum Jangka Waktu Pinjaman Daerah : 1. Batas maksimum jangka waktu Pinjaman Jangka Panjang disesuaikan dengan umur ekonomis aset yang dibiayai dari pinjaman tersebut; 2. Batas maksimum Masa Tenggang disesuaikan dengan masa konstruksi proyek; 3. Jangka waktu Pinjaman Jangka Panjang adalah termasuk Masa Tenggang; Pasal 54 (1) Daerah dilarang melakukan perjanjian yang bersifat penjaminan terhadap pinjaman pihak lain yang mengakibatkan beban atas keuangan Daerah. (2) Barang milik Daerah yang digunakan untuk melayani kepentingan umum tidak dapat dijadikan jaminan dalam memperoleh Pinjaman Daerah. Pasal 55 (1) Setiap Pinjaman Daerah dilakukan dengan persetujuan DPRD. (2) Bedasarkan persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Daerah mengajukan pinjaman kepada calon pemberi pinjaman. (3) Setiap pinjaman Daerah dituangkan dalam surat perjanjian pinjaman antara Daerah 15

dengan pemberi pinjaman, dan ditandatangani atas nama Daerah oleh Bupati dan Pemberi Pinjaman; Pasal 56 (1) Untuk memperoleh pinjaman yang bersumber dari Pemerintah Pusat, Daerah mengajukan usulan kepada Menteri Keuangan disertai surat persetujuan DPRD, studi kelayakan dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan untuk evaluasi. (2) Perjanjian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah Pusat ditandatangani oleh Menteri Keuangan dan Bupati. Pasal 57 (1) Pinjaman Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah Pusat. (2) Untuk memperoleh Pinjaman Daerah yang bersumber dari luar negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Daerah mengajukan usulan pinjaman kepada Pemerintah Pusat disertai surat persetujuan DPRD, studi kelayakan, dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan. (3) Perjanjian Pinjaman Daerah yang bersumber dari luar negeri ditandatangani oleh Bupati dengan pemberi pinjaman luar negeri. Pasal 58 (1) Semua pembayaran yang menjadi kewajiban Daerah yang jatuh tempo atas Pinjaman Daerah merupakan prioritas dan dianggarkan dalam pengeluaran APBD. (2) Pembayaran kembali Pinjaman Daerah yang berumber dari luar negeri oleh Daerah, dilakukan dalam mata uang sesuai dengan yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman luar negeri. BAB VI PENGELOLAAN BARANG Pasal 59 (1) Pengelolaan barang daerah meliputi pengelolaan barang daerah yang langsung dikelola Pemerintah Daerah dan pengelolaan barang daerah yang dipisahkan. (2) Pengelolaan barang daerah sebagaimana yang dimaksud ayat (1) pasal ini masingmasing diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII KERUGIAN KEUANGAN DAERAH Pasal 60 Kerugian keuangan daerah, tuntutan ganti rugi serta penyelesaian kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan melanggar hukum atau kelalaian Pejabat Pengelola Keuangan 16

Daerah diatur dalam Peraturan Daerah. BAB VIII PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH Pasal 61 (1) Setiap Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Daerah dan DPRD wajib menyiapkan laporan Kinerja unit kerjanya masing-masing. (2) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Daerah paling lambat 15 (lima belas) hari setelah akhir tahun anggaran. Pasal 62 (1) Pemerintah Daerah menyampaikan laporan triwulan pelaksanaan APBD kepada DPRD. (2) Laporan triwulanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan. Pasal 63 (1) Pertanggungjawaban akhir tahun anggaran dibacakan oleh Bupati di depan Sidang Paripurna DPRD, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. (2) Dokumen pertanggungjawaban akhir tahun anggaran yang telah dibacakan oleh Bupati, kemudian diserahkan kepada DPRD, selanjutnya dilakukan penilaian sesuai dengan mekanisme dan ketentuan yang berlaku. (3) Penilaian oleh DPRD atas pertanggungjawaban Bupati paling lambat selesai 1 (satu) bulan setelah dokumen pertanggungjawaban akhir tahun anggaran diserahkan. (4) Apabila sampai dengan 1 (satu) bulan sejak penyerahan dokumen, penilaian DPRD belum dapat diselesaikan, pertanggungjawaban akhir tahun anggaran tersebut dianggap diterima. Pasal 64 (1) Laporan pertanggungjawaban keuangan daerah terdiri atas : a. Laporan perhitungan APBD; b. Nota perhitungan APBD; c. Laporan aliran Kas; d. Neraca daerah. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada aval (1) harus memenuhi kriteria dapat diandalkan, relevan, dapat dipahami, dapat dibandingkan, dan tepat waktu. (3) Tujuan laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) yaitu untuk mendukung penilaian atas pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan bidang lainnya sesuai dengan pelimpahan kewenangan yang diterima oleh Daerah. Pasal 65 17

(1) Perhitungan APBD menjelaskan semua realisasi penerimaan dan realisasi pengeluaran tahun anggaran yang bersangkutan. (2) Susunan nomenklatur yang terdapat dalam perhitungan APBD sama dengan susunan nomenklatur yang terdapat dalam APBD. Pasal 66 Perhitungan APBD ditetapkan dengan Peratuan Daerah. BAB IX PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN Bagian Pertama Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 67 (1) Pengawasan umum atas Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan oleh DPRD. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan aspirasi masyarakat. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) juga dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 68 (1) Bupati menugaskan Pejabat Satuan Pemeriksa Internal melakukan pemeriksaan internal atas Pengelolaan Keuangan Daerah. (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam aval (1) dilaksanakan secara efisien dan efektif serta memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 69 (1) Pemeriksaan Eksternal atas pengelolaan keuangan daerah dilakukan oleh pemeriksa independen sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) DPRD atas pertimbangan tertentu dapat memanfaatkan jasa pemeriksa independen untuk melaksanakan pemeriksaan atas subjek tertentu dalam pengelolaan Keuangan Daerah. 18

BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 70 Petunjuk teknis yang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini sepanjang belum I disesuaikan, dinyatakan masih tetap berlaku. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 71 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang teknis pelaksanaanya, ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 72 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi. Ditetapkan di Bekasi pada tanggal 29 Nopember 2001 BUPATI BEKASI Ttd. H. WIKANDA DARMAWIJAYA Peraturan Daerah ini mendapatkan Persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi dengan Surat Keputusan Nomor 31/Kep/170-DPRD/2001 pada tanggal 29 Nopember 2001 Diundangkan di Bekasi Pada tanggal 11 Desember 2001 19

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2001 NOMOR 13 SERI D 20