BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. labialis, premature loss gigi decidui, prolonged retension gigi decidui,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan oklusi yang baik tanpa rotasi gigi dan diastema (Alawiyah dan

A. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan ortodontik semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dilepas oleh operator yaitu ortodontis. Komponen alat cekat terbagi menjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alat ortodontik cekat meliputi beberapa komponen dasar yaitu braket,

Justika Oktavia 1, Tita Ratya Utari 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL. Tgl. Praktikum : 12 Desember : Helal Soekartono, drg., M.Kes

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodonti terbagi atas beberapa jenis di pasaran, antara lain copper nickel titanium,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kali diperkenalkan pada tahun Alat ortodontik cekat yang pertama kali

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 4 jenis yaitu nikel titanium, kobalt-kromiun-nikel, stainless steel dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Abad 20 merupakan abad baru stainless steel dengan ditemukannya HIPASS

1. Jelaskan cara pembuatan activator secara direct dan indirect. Melakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah.

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah teknik Begg. Kawat busur yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. stomatognatik tidak akan berjalan baik (Mc Laughlin dkk., 2001). Perawatan

BAHAN AJAR Pertemuan ke 11

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

Pembahasan Materi #11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki maloklusi gigi, kelainan -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

Ir. Hari Subiyanto, MSc

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, salah satunya dengan perawatan ortodontik. Kebutuhan perawatan ortodontik

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. retensi. Alat ortodonsi lepasan merupakan alat yang dapat dilepas dan dibersihkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan tersebut bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas susunan gigi dan

Pekerjaan ortodonti yang diterima Dental Laboratorium RSGM FKG UNAIR periode semester ganjil tahun 2012 sampai semester ganjil tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

Handout. Bahan Ajar Korosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap penampilan. Tuntutan dan kebutuhan perawatan gigi estetik masa kini

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik.

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

RAPID MAXILLARY EXPANSION

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemilihan kawat busur ortodontik yang ideal dapat menjadi kunci keberhasilan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. mempertahankan kesehatan jaringan pendukung sehingga menghasilkan kedudukan

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

BAHAN AJAR Pertemuan ke 12

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

PEGAS DAUN DENGAN METODE HOT STRETCH FORMING.

PENGARUH KARBURISASI PADAT DENGAN KATALISATOR CANGKANG KERANG DARAH (CaCO2) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KEASUHAN BAJA St 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

Kekuatan tarik komposisi paduan Fe-C eutectoid dapat bervariasi antara MPa tergantung pada proses perlakuan panas yang diterapkan.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi secara bersamaan, dan dapat melakukan penggerakan gigi yang tidak mungkin

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

BAB III LANDASAN TEORI. teknik mesin, teknik elektro, alat-alat transformasi,dan lain-lain.

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan, salah satunya adalah Air Polisher Devices (APDs).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Alat Ortodontik Lepasan Alat ortodontik lepasan merupakan alat ortodontik yang dapat dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien. Perangkat utama dalam alat ortodontik lepasan adalah kawat stainless steel dan akrilik sebagai dasar (Isaacson, dkk., 2002) Alat ortodontik lepasan disusun oleh dua komponen yaitu komponen retentif dan komponen aktif. Didalam komponen retentif terdapat beberapa macam klamer yaitu Adam clasp, Southend slasp, Bland-ended clasp, Plint clasp, dan Labial bow. Didalam komponen aktif terdapat beberapa macam auxiliariesspringsyaitu Palatal finger springs, Buccal canine retractor, Z-spring, T-spring, dan Coffin spring.palatal finger springsadalah auxiliariessprings yang paling sering digunakan, pegas ini terletak pada palatal yang berfungsi untuk menggerakkan gigi ke mesial maupun ke distal didalam lengkung gigi. Palatar finger springs dibuat dengan kawat stainless steel ukuran 0,5-0,6 mm. Buccal canine retractoradalah pegas yang dapat digunakan untuk menggeser gigi kaninus atas kearah bukal. Buccal canine retractor dibuat dengan kawat stainless steel ukuran 0,7 mm. Z-springs adalah pegas yang digunakan untuk memindahkan satu atau dua gigi ke arah labial. Z-springs dibuat dengan kawat stainless steelukuran 0,5 mm.t-springs Adalah pegas yang 8

9 digunakan untuk memindahkan satu gigi baik ke labial ataupun ke bukal. T-springs dibuat dengan kawat stainless steelukuran 0,5 mm. Coffin springadalah pegas yang secara alternatif bisa digunakan untuk ekspansi rahang. Coffin spring dibuat dengan kawat 1,25 mm (Isaacson, dkk., 2002). 2. Fingerspring Finger spring merupakan jenis auxiliaries spring yang paling banyak digunakan (Singht, 2008). Finger spring adalah suatu pegas yang dicekatkan pada salah satu ujung pesawat. (Foster, 1997). Pegas ini memiliki fungsi untuk memindahkan gigi kelabial atau kemesial sesuai dengan lengkung gigi. Kawat yang digunakan untuk membuat finger spring adalah kawat stainless steel dengan diameter 0,5-0,6 mm, namun beberapa operator lebih banyak menggunakan kawat dengan diameter 0,6 mm (Isaacson, dkk., 2002). Didalam rangkaian finger spring terdapat perangkat bernama coil. Coil adalah perangkat yang dipasang diujung finger spring(isaacson, dkk., 2002).Coil berfungsi mengaktifkan finger spring agar dapat menggerakkan gigi (Bhalaji, 2004).Finger spring tidak dapat bekerja apabilacoil tidak diaktifkan. Aktivasi finger springakan menghasilkan tekanan. Tekanan yang dihasilkan akan berbanding langsung dengan jarak posisi sesudah diaktifkan dan posisi sebelum diaktifkan dari ujung bebas pegas. Juga proporsional terhadap diameter dan akan berbanding terbalik terhadap

10 panjang kawat. Sehingga makin tebal kawat akan semakin tinggi tekanan yang dihasilkan sedangkan semakin panjang kawat akan semakin rendah tekanan yang dihasilkan (Foster, 1997) Gambar 1. Finger Spring (Anonim, 2016) 3. Aktivasi Finger spring Finger spring dideformasi pertama kali dalam posisi pasif, untuk dapat menggerakkan gigi maka finger spring harus dalam posisi aktif (Foster, 1997). Tekanan yang dihasilkan oleh finger spring harus tepat sehingga jumlah tekanan yang mengenai gigi-gigi harus dianggap sebagai tekanan yang mengenai per unit daerah akar. Tekanan yang digunakan untuk menggerakkan gigi tidak boleh lebih dari 20 g/cm 3 karena tekanan berlebihan akan merusak jaringan periodontal dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam pemakaian alat (Adams, 1991). Tekanan yang dikeluarkan harus dikontrol secara teratur untuk menghindari komplikasi perawatan ortodontik. Pengaktifan alat dibuat

11 dengan interval empat minggu (Adams, 1991). Aktivasi pada finger springdilakukan dengan cara memutar coil dengan besar pembengkokan 3 mm untuk finger spring dengan penampang 0,5 mm dan 1,5 mm untuk finger spring dengan penampang 0,6 mm (Bhalaji, 2004). Gambar 2. Aktivasi Finger Spring(Adams, 1991) 4. Kawat Ortodontik Stainless steel Kawat stainless steel merupakan jenis alloy yang banyak digunakan karena memiliki tampilanyang bagus, harga yang murah, serta kekuatan mekanik yang baik. Pada saat ini kandungan dari stainless steel yang digunakan untuk ortodontik adalah logam campur stainless steel 18/8. Yang memiliki kandungan 18% Kromium dan 8% Nikel. Kromium memiliki fungsi sebagai pelapis yang mencegah terjadinya difusi oksigen yang menyebabkan korosi. Kromium, Carbon, dan atom Nikel (dan tambahan atom lainnya) akan bergabung kedalam pecahan padat yang terbentuk oleh atom besi. Atom Nikel perlahan-lahan akan melepaskan ion nikel sehingga akan berpengaruh terhadap biokompatibilitas dari alloy (Brantley, dkk., 2001) Berdasarkan struktur kristal yang terbentuk oleh atom besi (Anusavice, 2003) membagi menjadi tiga tipe yaitu :

12 a. Stainless steel Feritic Logam campur ini disebut juga olehamerican Iron and Steel Institute (AISI) sebagai stainless steel seri 400. Sifat yang dimiliki logam campur ini adalah ketahanan terhadap korosi yang baik serta memiliki harga yang murah namun tidak memiliki kekuatan yang tinggi. Tipe ini tidak mengalami pengerasan saat pengerjaan heat treating sehingga jarang digunakan untuk keperluan ortodontik (Anusavice, 2003) b. Stainless steel Martensitic Logam campur ini disebut oleh AISI sebagai stainless steel seri 400. Logam campur ini memiliki ketahanan terhadap korosi yang buruk dibanding dua tipe lain. Namun sifat tahan korosi dan keuletannya akan berkurang ketika mengalami heat treating (Anusavice, 2003) c. Stainless steel Austenitik Logam campur ini memiliki banyak seri AISI yaitu AISI seri 200, AISI seri 302, AISI seri 304, dan AISI seri 316L. Logam campur ini merupakan yang paling tahan terhadap korosi daripada jenis lainnya. Sehingga banyak digunakan dibidang kedokteran gigi (Anusavice, 2003). Didalam perawatan ortodontik, logam campur yang digunakan adalah stainless steel dengan kandungan 18% Kromium, 8% Nikel, dan 0,2 % Karbon (Noort, 2002). Kromium dan karbon efektif untuk menaikkan kekuatan, kekerasan, dan tahan korosi. Sedangkan Nikel

13 memiliki sifat yang tahan terhadap temperatur tinggi dan memiliki keuletan yang baik (Jacobs dan Kilduff, 1994). 5. Daya Lenting Daya Lenting (Resilience) adalah sifat bahan yang mampu menyerap energi yang terjadi akibat beban benturan atau pukulan secara tiba-tiba tanpa menyebabkan bentuk yang permanen (Jensen dan Chenoweth, 1991). Setiawan (2012) mengemukakan bahwa daya lenting merupakan sistem untuk kembali lagi ke bentuk awal setelah mengalami gangguan sehingga terdapat dua komponen di dalam daya lenting yaitu kemampuan untuk menyerap atau menahan dampak tekanan/stress (resistance) dan kemampuan untuk pulih (recovery). Satuan SI (Standard International) dari daya lenting adalah Newton (N) (Jacobs dan Kilduff, 1994) Dalam perawatan ortodontik daya lenting menyimpan energi untuk dapat menggerakkan gigi (Kapila dan Sachdeva, 1989). Energi tersebut diserap dan dilepaskanketika mendapat gangguan (Hertzberg, 1996). Semakin tinggi daya lenting maka perawatan ortodontik akan semakin baik (Quintao dan Burhano, 2009). Temperatur akan berpengaruh terhadap daya lenting kawat logam. Kawat terbuat dari bahan dasar logam memiliki yang sifat konduksi atau dapat menerima panas dan menghantarkan panas dengan baik (Shukor, 2011). Pada dasarnya di dalam suatu material tersusun oleh atom-atom

14 yang membentuk suatu kristalisasi. Namun pembentukan kristalisasi sering tidak sempurna sehingga membentuk suatu ruang kosong yang dinamakan kisi. Kisi-kisi kristal ini akan terbentuk jika temperatur naik (Annusavice, 2003). Suatu material apabila pada temperatur tinggi maka sifatnya akan ductile (ulet), dan apabila pada suhu rendah maka yang terjadi material tersebut cenderung brittle (rapuh). Fenomena diatas berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi terjadi dalam keadaan kesetimbangan dan akan meningkat seiring meningkatnya temperatur (Oktovian, 2012) 6. Korosi Korosi adalah proses degradasi / deteoritasi/ perusakan material yang disebabkan oleh lingkungan sekitarnya(utomo, 2009). Korosi dapat terjadi apabila terdapat syarat-syarat yang terpenuhi. Syarat terjadinya proses korosi adalah adanya daerah anodik, daerah katodik, lingkungan sekitar, dan hubungan arus antara dua daerah tersebut. Produk produk korosi berupa oksida ferrous berwarna merah bata (Fe 2 O 3 ) menyelimuti logam dasar (host metal) sebagai daerah katodik sedangkan logam dasar adalah daerah anodik. Daerah produk korosi sebagai daerah katodik tidak mengalami korosi sedangkan daerah anodik akan terjadi pelarutan atom atom logam menjadi ion-ion dan berpindah kelingkungan yang nantinya

15 akan bereaksi dengan produk reaksi reduksi dan menghasilkan oksida logam (Priyotomo, 2005) 7. Temperatur rongga mulut terhadap korosi kawat stainless steel Temperatur normal dalam rongga mulut manusia akan dapat berubah-ubah dikarenakan beberapa faktor seperti kenaikan suhu tubuh dan konsumsi makanan/minuman panas atau dingin. (Powers dan Wataha, 2008 ; Escalona dkk, 2013 ). Temperatur dapat mempercepat laju korosi logam karena semakin tinggi temperatur laju korosi akan semakin meningkat, namun akan menurunkan kelarutan oksigen (Ahsan, 2012). Meningkatnya temperatur menurunkan ketahanan logam campuran terhadap korosi sehingga logam campuran akan lebih korosif pada temperatur tinggi (Pakshir dkk, 2011). Korosi yang terjadi pada kawat stainless steel akan mengalami penurunan terhadap kekuatan yang dimilikinya (May dkk, 2012). Kawat stainless steel akan korosi mulai hari ke-49 (Rasyid dkk., 2014). B. Landasan Teori Ketidakrapihan gigi akibat maloklusi dapat diatasi dengan perawatan ortodontik. Pada dasarnya perawatan ortodontik dibagi menjadi dua berdasar perangkat yang digunakan yaitu alat cekat dan alat lepasan. Alat cekat adalah alat yang dipasang tetap ke gigi pasien dan tidak bisa

16 dilepas sendiri oleh pasien. Alat lepasan adalah alat yang di pasang ke gigi pasien dan dapat dilepas sendiri oleh pasien. Alat ortodontik lepasan disusun oleh perangkat aktif, retentif, dan basis plat. Perangkat aktif berfungsi untuk menggeser gigi sedangkan alat retentif berfungsi untuk mempertahankan gigi pada tempatnya. Perangkat aktif tersusun oleh beberapa auxiliaries spring seperti Finger spring, buccal canine retractor, t-spring, z-spring, dan coffin spring. Dari semua auxiliaries spring yang terdapat dalam alat lepasan, Finger spring adalah jenis auxiliaries spring yang paling sering digunakan. Finger spring berfungsi untuk menggeser gigi ke mesial atau distal dalam lengkung gigi. Finger spring dibuat dengan kawat ortodontik stainless steel 0,5-0,6 mm. Terdapat beberapa macam kawat stainless steel. Seperti tipe ferritic, martensitic, dan austenitic. Kawat ortodontik stainless steel yang digunakan untuk membuat Finger spring adalah tipe austenitic. Kawat ini yang banyak digunakan karena memiliki kelebihan dibandingkan kawat stainless steel tipe lain yaitu ketahanannya terhadap korosi. Sifat tahan korosi dari kawat stainless steel akan menurun ketika temperatur meningkat. Turunnya sifat tahan korosi akan menyebabkan naiknya difusi oksigen sehingga pada kawat stainless steel akan terjadi korosi. Korosi akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dari kawat stainless steel. Akibatnya kekuatan dari stainless steel tersebut akan turun.

17 Bertentangan dengan akibat dari korosi yang akan menurunkan kekuatan kawat, daya lenting justru akan meningkat ketika temperatur meningkat karena paparan temperatur panas akan mempengaruhi atomatom dalam logam untuk membentuk beberapa kisi-kisi yang akan membuat struktur atom logam menjadi ductile (ulet). Daya lenting dalam perawatan ortodontik akan menggerakkan gigi dengan energi yang disimpannya. Pasien dengan alat ortodontik lepasan cenderung tetap menggunakan alat tersebut ketika sedang minum. Temperatur normal rongga mulut yang berkisar 37 C akan berubah ketika ada pada temperatur minuman hangat yang berkisar ±65 C dan temperatur dingin 10-15 C. Sehingga akan berpengaruh terhadap kawat stainless steel yang digunakan dalam alat lepasan terutama Finger spring karena fungsi dari Finger spring yang merupakan perangkat aktif alat lepasan. Perubahan temperatur akan mempengaruhi kelentingan dari kawat stainless steel Finger spring sehingga dapat menurunkan keefektivan kerja alat lepasan tersebut.

18 C. Kerangka Konsep Perawatan Ortodontik Alat Ortodontik Cekat Alat Ortodontik Lepasan Z-Spring T-Spring Finger spring Buccal Canine Retractor Coffin Spring Stainless steelferritic Stainless steelaustenitik Stainless steelmartensitic Berkontak dengan berbagai temperatur minuman dalam rongga mulut Temperatur air dingin (15 C) Temperatur normal Rongga mulut (37 C) Temperatur air hangat (65 C) Korosi Pada kawat stainless steel Finger spring Perubahan struktur atom pada kawat stainless steel karena tempertur Perubahan daya lenting kawat stainless steelfinger spring Bagan 1. Kerangka Konsep