3 PENDAHULUAN Latar Belakang Sarang burung walet yang wujudnya kurang menarik ini merupakan komoditas ekspor yang bisa diandalkan. Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia, kemudian diikuti oleh Thailand, Vietnam, Singapura, Myanmar, Malaysia, India dan Srilangka ditingkat perdagangan dunia. Salah satu negara tujuan ekspor yang cukup potensial adalah Hongkong. Tahun 1994, Hongkong mampu menyerap komoditas sarang burung walet sebanyak 66,9%. Tahun berikutnya (1995) meningkat menjadi 71,8%. Tiga tahun terakhir, pangsa pasar di Hongkong naik sebesar 40,08% atau per tahun rata-rata naik sebesar 18,35%. Dari Hongkong, komoditas ini disebarkan secara luas ke seluruh dunia, antara lain Eropa, Afrika, Amerika, dan Asia Tengah. Namun, negara konsumen terbesar sarang burung walet bukan Hongkong, melainkan Cina ( Iswanto, 2002 ). Sejak Indonesia dilanda krisis ekonomi tahun 1997, agribisnis burung walet di Indonesia bertambah semarak, sehingga jumlah gedung walet pun bertambah. Kondisi seperti ini antara lain dipicu harga sarang burung walet yang melambung tinggi hampir mencapai empat kali lipat dari harga sebelum terjadi krisis ekonomi, dan jumlah permintaan sarang burung walet dari pasar mancanegara semakin meningkat. Dari sisi ekonomi, agribisnis burung walet sangat menguntungkan. Selain mampu memberikan penghasilan cukup besar kepada pelakunya, bisnis ini juga turut menyumbang devisa negara. Hal seperti ini tentu saja sangat menggiurkan banyak orang, terutama bagi pemilik modal, untuk menerjuninya ( Iswanto, 2002 ).
4 Prospek bisnis sarang burung walet di Indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini terbukti dari jumlah ekspor ke negara negara lain semakin bertambah sekitar 400 ton/tahun. Untuk meningkatkan ekspor yang lebih besar, perlu diusahakan pengembangan sarang burung walet dengan meningkatkan berbagai persyaratan perdagangan seperti kualitas, kuantitas, serta usaha untuk memenuhi permintaan pasar ( Penebar Swadaya, 1995 ). Saat ini Indonesia tercatat sebagai pemasok sarang burung walet terbesar didunia. Total produksinya sekitarnya 80 % dari seluruh produksi dunia dengan produksi rata-rata lebih dari 300 ton per tahun. Volume terbesar adalah sarang burung walet putih yang dihasilkan oleh Collocalia fuciphagus dan sarang burung walet hitam yang dihasilkan Collocalia maximus. Produksi terbesar sarang burung walet rumahan adalah pulau Jawa (Sekitar 55 ton / tahun). Gedung-gedung burung walet di Jawa tersebar di sepanjang pantai utara, dari Labuhan hingga ke Banyuwangi. Sentra produksi walet (lebih dari 2 ton / tahun) adalah Cirebon, Haurgeulis, Pemalang, Purwodadi, dan Gresik ( Redaksi AgroMedia, 2002 ). Usaha budi daya burung walet berorientasi pada produksi sarang. Usaha ini memerlukan dana yang cukup besar terutama untuk membangun rumah (hunian) burung walet. Namun, setelah burung walet yang dirumahkan ini memproduksi sarang secara optimal, omset yang diraih pun nilainya juga cukup besar. Jika produksi sarang burung walet yang dihasilkan sudah optimal, dalam hitungan di bawah sepuluh tahun, nilai investasi yang dikeluarkan sudah kembali ( Redaksi AgroMedia, 2002 ). Hasil dari burung walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya, selain mempunyai harga yang tinggi, juga bermanfaat bagi dunia kesehatan,
5 Sarang burung walet ini berguna atau berkhasiat untuk memperkuat kerja paru paru, meningkatkan daya kerja syaraf, memperbaiki pencernaan, mengobati muntah darah, batuk, kanker, meningkatkan stamina tubuh dan memperbaharui sel sel tubuh yang rusak, walaupun dikatakan manjur, sarang burung walet tidak dianjurkan penggunaannya pada penyakit yang sifatnya akut ( Taslim, 2002 ). Untuk meningkatkan kualitas sarang burung walet, perlu pengetahuan praktis mengenai pengolahan atau budidaya burung walet. Selama ini budidaya burung walet yang berlaku di Indonesia, umumnya berdasarkan pada pengetahuan dari generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai burung walet. Beberapa sentra burung walet di Sumatera Utara, seperti Medan, Lubuk Pakam, Perbaungan, Tebing Tinggi, dan Kisaran, sehingga jumlah rumah burung walet di sana semakin banyak. Dampaknya, persaingan untuk menarik burung walet pun kian ketat. Untuk memenangi kompetisi itu berbagai cara ditempuh. Memanggil pawang untuk mendatangkan burung walet masuk ke dalam gedung dan memutar suara burung walet dari twiter (speaker yang bekerja pada frekuensi tinggi) sejak pagi hingga malam, Begitu alat dipasang, dalam waktu singkat rumah rumah atau gedung langsung dimasuki burung walet, sehingga memberi dampak terhadap peningkatan produksi. Suara burung walet dari masing masing daerah berbeda. Di Seirampah misalnya, cericit panjang dan teratur. Berbeda dengan burung walet asal Lubuk Pakam bersuara pendek, tapi irama cepat. Perbedaan karakter suara itu diduga karena lingkungan. Seirampah berdekatan dengan laut dan kebun sawit, sementara Lubuk Pakam di kelilingi hamparan sawah ( Redaksi Trubus, 2005 ).
6 Di desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, mempunyai prospek yang cerah dalam pengembangan usaha sarang burung walet. Dikatakan prospek ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan produk, dimana setelah burung walet berproduksi yaitu sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet, langsung diekspor ke luar negeri yaitu Hongkong, Singapura dan Taiwan dengan harga sekitar 17 juta sampai puluhan juta per kg dan sisa-sisa sarang yang hancur dijual kepada pedagang pengumpul dan masyarakat menengah ke atas dengan pendapatan sekitar 15 juta/bulan, Dalam setahun rata-rata pengusaha sarang burung walet bisa menghasilkan sarang burung walet sekitar 8 kg sampai 10 kg. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka diidentifikasikan beberapa masalah yaitu : a) Apa saja hasil olahan produk dari usaha sarang burung walet? b) Apakah usaha sarang burung walet secara finansial dan ekonomi layak untuk dikembangkan di daerah penelitian? c) Bagaimana volume permintaan pasar sarang burung walet? d) Kemana tujuan pasar usaha sarang burung walet di daerah penelitian? e) Apa hambatan hambatan teknis dan ekonomi yang dihadapi dalam pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian? f) Apa upaya supaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan hambatan teknis dan ekonomi dalam pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian?
7 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui hasil olahan produk dari usaha sarang burung walet b) Untuk mengetahui apakah usaha sarang burung walet secara finansial dan ekonomi layak untuk dikembangkan di daerah penelitian. c) Untuk mengetahui volume permintaan pasar sarang burung walet d) Untuk mengetahui kemana tujuan pasar usaha sarang burung walet di daerah penelitian e) Untuk mengetahui hambatan hambatan teknis dan ekonomi yang dihadapi dalam pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian f) Untuk mengetahui upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan hambatan teknis dan ekonomi dalam pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: a) Sebagai bahan pertimbangan oleh para pengambil keputusan untuk perbaikan dan pengembangan usaha sarang burung walet. b) Sebagai referensi yang digunakan oleh peneliti yang berkaitan dengan penelitian dimasa yang akan datang.