BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah menggunakan tumbuhan obat atau bahan alam sejak dulu. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, para ilmuwan terus melakukan penelitian tentang khasiat tumbuhan obat dan mengembangkan istilah kembali ke alam (back to nature) (Wijayakusuma, 2009). Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile.) suku Asteraceae banyak tumbuh di benua Afrika bagian barat terutama di Nigeria (Ibrahim, et al., 2004). Di Cina daun Afrika telah dikenal sejak dahulu oleh masyarakat sebagai tanaman obat yang sangat mujarab. Mereka menyebutnya Nan Fei Shu, di sebagian daratan Cina ada yang menyebut Nan Hui Ye, tanaman ini dahulu digunakan oleh kalangan petinggi di lingkungan kekaisaran sebagai obat untuk berbagai penyakit (Anonim, 2010). Pada tahun 2008 di Asia Tenggara, terutama di Malaysia dan Singapura daun Afrika sudah banyak digunakan. Sebagian masyarakat di Malaysia menyebutnya dengan daun kupu-kupu, kegunaan yang paling utama adalah untuk pengobatan diabetes, hipertensi, gout, dan kanker (Anonim, 2010). Di Jawa tanaman ini dikenal dengan daun pahit dan di Padang dikenal dengan nama daun insulin. Pada tahun 2009 di Bogor, telah dilakukan
pembudidayaan tanaman daun Afrika. Tanaman ini mudah tumbuh pada daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi (Anonim, 2010). Vernonia amygdalina Delile, mengandung senyawa golongan saponin, flavonoid, sesquiterpen lakton dan glikosida steroid. Daun ini berguna sebagai bahan baku obat (Ijeh dan Ejike, 2010). Penyakit kardiovaskular termasuk di dalamnya penyakit jantung adalah salah satu penyakit degeneratif yang paling berbahaya. Gagal Jantung Kongestif (GJK) (Congestive Heart Failure, CHF) adalah salah satu di antara penyakit jantung penyebab gagalnya sirkulasi darah sehingga menyebabkan retensi cairan tubuh dan edema (dropsy). GJK juga merupakan keadaan di mana jantung gagal memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen untuk melangsungkan metabolik tubuh karena jantung gagal memompa darah ke sistem sirkulasi sistemik secara adekuat (Harahap dan Hadisahputra, 1995). Masih banyak masyarakat bahkan kalangan terdidik menafsirkan GJK sama dengan serangan jantung (heart attack) atau infarksi miokardium, meskipun kerusakan otot miokardium yang mendadak dan komplikasi infarksi miokardium bisa saja merupakan salah satu penyebab GJK. GJK lebih bersifat perlahan dan biasanya kambuhan (paroksismal), sangat tergantung pada kondisi fisik penderita. GJK mempengaruhi 1-2% populasi dan lebih umum terjadi pada orang lanjut usia dengan prevalensi yang lebih tinggi. Secara biokimia, keluaran jantung dapat ditingkatkan dengan memperkuat kontraksi otot jantung (tindakan inotropik positif). Strategi ini melibatkan obat-obatan yang mengontrol retensi garam dan air, mengurangi beban kerja jantung, dan
meningkatkan kekuatan daya kontraksi jantung (Harahap dan Hadisahputra, 1995). Salah satu bahan alam yang kemungkinan memiliki efek inotropik dan kronotropik karena memiliki kandungan glikosida steroid adalah daun Afrika (Ijeh dan Ejike, 2010). Di Nigeria, Ijeh dan Ejike (2010) telah melakukan penelusuran pustaka dan memperoleh suatu senyawa vernonioside dari daun afrika yang memiliki kemiripan struktur dengan digoksin. Karena kemiripan struktur antara digoksin dan vernonioside, sehingga vernonioside diduga memiliki khasiat inotropik dan kronotropik. Pada vernonioside terdapat komponen gula dan steroid serta cincin lakton yang diduga berkhasiat inotropik dan kronotropik. Menurut Siswandono dan Bambang (2000), struktur glikosida jantung terdiri dari komponen karbohidrat (gula) yang mengandung tiga atau empat monosakarida dan steroid (genin atau aglikon) dengan cincin lakton yang terikat pada atom C-17. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk menguji efek inotropik dan kronotropik ekstrak etanol daun Afrika. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: a. apakah karakteristik simplisia daun Afrika dapat diketahui dengan metode yang terdapat pada Materia Medika Indonesia? b. apakah karakteristik ekstrak etanol daun Afrika (EEDA) dapat diketahui dengan metode yang terdapat pada Farmakope Herbal?
c. apakah golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol daun Afrika (EEDA)? d. apakah ekstrak etanol daun Afrika (EEDA) memiliki efek inotropik? e. apakah ekstrak etanol daun Afrika (EEDA) memiliki efek kronotropik? 1.3 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : a. karakteristik simplisia daun Afrika dapat diketahui dengan metode yang terdapat pada Materia Medika Indonesia. b. karakteristik ekstrak etanol daun Afrika (EEDA) dapat diketahui dengan metode yang terdapat pada Farmakope herbal. c. golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia dan ekstrak etanol daun Afrika (EEDA) adalah flavonoid, glikosida, glikosida jantung, saponin, steroid/triterpenoid, dan tanin. d. ekstrak etanol daun Afrika (EEDA) memiliki efek inotropik. e. ekstrak etanol daun Afrika (EEDA) memiliki efek kronotropik. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. mengetahui karakteristik simplisia daun Afrika. b. mengetahui karakteristik ekstrak etanol daun Afrika (EEDA). c. mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol daun Afrika (EEDA).
d. mengetahui efek inotropik dari ekstrak etanol daun Afrika (EEDA). e. mengetahui efek kronotropik dari ekstrak etanol daun Afrika (EEDA). 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi tentang efek inotropik dan kronotropik dari daun Afrika. 1.6 Kerangka Pikir Penelitian Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah tikus jantan galur Wistar dengan berat 200-250 g. Pada penelitian ada tiga variabel yaitu kontrol negatif (larutan Krebs Henseleit), variasi dosis ekstrak etanol daun afrika dan kontrol positif yaitu digoksin (Gambar 1.1). Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter Daun Afrika Ekstrak Etanol Daun Afrika Ekstrak Etanol Daun Afrika Dosis 0,025 mg, 0,05 mg, 0,1 mg. Kontrol positif Digoksin Dosis 0,025 mg, 0,05 mg, 0,1 mg Kontrol negatif (Lar. Krebs Henseleit) Karakterisasi Skrining Fitokimia Isolat Jantung Tikus Inotropik Kronotropik Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian 1. Makroskopik 2. Mikroskopik 3. Pk air 4. Pk sari larut air 5. Pk sari larut etanol 6. Pk abu total 7. Pk abu tidak larut asam 1. Alkaloid 2. Flavonoid 3. Glikosida 4. Saponin 5. Tanin 6. Triterpenoid/Steroid 7. Glikosida Jantung % Peningkatan kontraktilitas % peningkatan denyut