PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

Pengaruh Berbagai Takaran Pupuk Kandang Ayam dan Dosis NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao. Muhammad Yusuf Idris Universitas Andi Djemma Palopo

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

Pengaruh Abu Akar Resam (Pteridium aquilinum Linn.) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Sawi Hijau (Brassica sinensis, L.

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

RESPON BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KAKAO. Masluki, S.P.,M.P. Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KOL BUNGA (Brassica oleraceae var botrytis L)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK HAKIKI DAN PUPUK DAUN GREENZIT TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT KAKAO (Theobroma Cacao L) Oleh: M.

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Anakan Rukam ( Flacourtian Rukam ) di Persemaian

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Model Okulasi di Pembibitan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

RESPON PEMBERIAN PUPUK ZA DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN PEMBIBITAN KAKAO (Theobroma cacao L.) KLON RCL DALAM POLYBAG

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PINANG (Areca catechu L.)

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAHAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

Magrobis Journal 28. PENGARUH PUPUK ROSASOL-N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELEDRI (Apium graveolens L.) ABSTRAK

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

Uji Efektivitas Penggunaan Pupuk Organik (Karunia, Tablet Plus dan Bokashi) terhadap Perkembangan Tanaman Kakao (Theobroma cacao Linneaus)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI DAN LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

Transkripsi:

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) Karterine Dewiˡ* ), Meihanaˡ, Nasrullahˡ Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang *) Corresponding author: dewiketrin@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk majemuk dan selang waktu pemupukan terhadap pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang jalan Demang Lebar Daun Lorok Pakjo Palembang. Penelitian ini menggunakan pola Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu 15 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor pertama terdiri dari lima dosis pupuk majemuk NPK (M0 = Kontrol (0 g), M1= 0,4 g, M2 = 0,5 g, M3 = 0,6 g pupuk majemuk, dan M4 = 0,7 g). Sedangkan Faktor kedua adalah selang waktu pemupukan (S1 = Selang waktu pemupukan satu minggu sekali, S2 = Selang waktu pemupukan dua minggu sekali dan S3 = Selang waktu pemupukan tiga minggu sekali). Hasil penelitian ini menunjukkan dosis pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan panjang akar tanaman kakao. Perlakuan selang waktu pemupukan berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan panjang akar. Sementara interaksinya berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar. Kata kunci: Dosis, kakao, pupuk majemuk. PENDAHULUAN Tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec). Di Indonesia, tanaman kakao diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun 1560 di Minahasa, Sulawesi Utara (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan penting yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat memberikan sumber penghidupan bagi petani. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek cukup cerah, sebab permintaan di dalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri (Susanto, 1994). Indonesia merupakan salah satu produsen kakao terbesar di dunia hingga saat ini. Tahun 2009 produksi biji kakao mencapai 849.875 ton per tahun. Produsen terbesar kakao di dunia ditempati Pantai Gading sebesar 1,3 juta ton sementara Ghana sebanyak 750.000 ton. Produksi ini dihasilkan dari perkebunan rakyat, perkebunan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perkebunan swasta, serta perkebunan rakyat. Luas perkebunan kakao yang dimiliki masyarakat sekitar 92,7 persen dari luas total perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2009 yang mencapai 1.592.982 Ha (Indonesian Comercial Newsletter, 2010). Untuk produksi kakao di Sumatera Selatan sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan secara terus menerus, hal ini dikarenakan adanya perluasan lahan dari tahun ke tahun. Luas areal perkebunan kakao tahun 2010 seluas 8.202,33 Ha dengan hasil produksi 2.843,56 ton, yang terdiri dari perincian untuk tanaman belum menghasilkan

(TBM) seluas 4.964,54 Ha, tanaman menghasilkan (TM) 3.017,29 Ha. Dengan penyebaran sebagian besar di daerah Lahat, Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), dan Pagaralam (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2011). Indonesia memiliki peluang yang besar untuk perkembangan kakao sebab persediaan hutan cukup luas, tenaga kerja banyak dan murah (Tumpal et al. 2007). Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan seluas 70 ribu Ha, rehabilitasi 235 ribu hektar lahan kakao, intensifikasi pada 145 ribu hektar lahan dan pengendalian hama pada 450 ribu hektar lahan kakao dalam tiga tahun sejak tahun 2009 hingga tahun 2011 (Indonesian Comercial Newsletter, 2010). Perkakaoan Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain: mutu produk yang masih rendah dan masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao dan makin mengganasnya serangan hama penggerek buah kakao (Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, 2011). Kendala tanaman kakao di Indonesia dengan produksi yang tinggi namun mutu yang kurang baik, terutama dari kakao rakyat. Sedangkan kakao dari perkebunan besar baik negara maupun swasta umumnya sudah baik. Salah satu penyebab mutu cokelat kurang baik adalah penggunaan benih atau bibit yang tidak unggul atau dengan kata lain benih atau bibit seadanya (Departemen Pertanian, 1999). Pertumbuhan bibit yang sehat merupakan faktor penting untuk memperoleh tanaman yang baik di lapangan. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah pemupukan yang berimbang. Pemupukan merupakan suatu tindakan penting pada budidaya tanaman yang berarti penambahan unsur hara makro dan mikro. Pemupukan dapat diaplikasikan lewat akar maupun daun tanaman dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan serta produktivitas tanaman (Departemen Pertanian, 1999). Keberhasilan pemupukan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dosis pupuk, jenis pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan, cara pemupukan dan pembersihan gulma, dosis pupuk seharusnya diberikan dalam jumlah yang cukup. Dosis pupuk yang terlalu sedikit hanya akan dimanfaatkan oleh jasad renik dalam tanah serta gulma, sedangkan tanaman utama mungkin kurang bisa memanfaatkannya. Sebaliknya dosis yang terlalu tinggi merupakan pemborosan (Tambunan et al., 1996). Jenis pupuk yang diberikan hendaknya betul betul disesuaikan dengan keperluan tanaman. Waktu, frekuensi dan cara pemupukan juga harus tepat sehingga tanaman dapat memanfaatkan hara yang diberikan secara optimum sesuai dengan stadia pertumbuhan. Waktu pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman dan kondisi kelembaban tanah. Sebagai pedoman pemupukan sebaiknya dilakukan setelah hujan turun. Pada pembibitan yang pengairannya dapat diatur, pemupukan dapat dilakukan kapan saja (Tambunan et al., 1996). Berdasarkan asal pembuatannya ada dua kelompok pupuk yakni pupuk buatan (anorganik) dan pupuk alam (organik). Sedangkan berdasarkan jenis hara yang dikandung dalam pupuk anorganik dibagi menjadi dua yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Dikatakan pupuk tunggal karena hanya mengandung satu unsur hara primer, yakni N, P, atau K. Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau tiga unsur hara primer. Jika mengandung unsur hara makro primer (N, P, dan K), unsur hara makro sekunder (Mg, Ca, dan S). Pupuk majemuk diciptakan dengan tujuan untuk memudahkan petani (Lingga dan Marsono, 2008). Menurut Lonedi (2003), dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis 0,5 g/batang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit Acasia crassicarpa.

Dari hasil penelitian Utoyo (2001), pertumbuhan bibit kopi pada kombinasi perlakuan 0,6 g pupuk majemuk per tanaman dan selang waktu pemupukan dua minggu sekali memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman bibit kopi. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka dilakukan penelitian dengan judul pengaruh pemberian dosis pupuk majemuk dan selang waktu pemupukan terhadap pertumbuhan bibit kakao di polybag. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang jalan Demang Lebar Daun Lorok Pakjo Palembang, pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kakao umur 3 bulan (bibit persemaian) dari varietas Trinitario, tanah Podsolik Merah Kuning, pupuk kandang (kotoran ayam), pasir, pupuk NPK majemuk (15-15-15), kantong plastik (polybag) berukuran 25 x 30 cm, paranet 50% dan tiang besi. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, palu, ember, bak plastik, selang plastik, mistar, meteran dan, handsprayer. Penelitian ini mengunakan pola rancangan acak kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial. Faktor dalam penelitian ini adalah 15 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 tanaman. Jumlah seluruh tanaman yang diamati adalah 135 tanaman. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor pertama terdiri dari lima dosis pupuk majemuk NPK (15-15-15) yaitu M0 = Kontrol (0 g), M1 = 0,4 g, M2 = 0,5 g, M3 = 0,6 g, dan M4 = 0,7 g. Sedangkan faktor kedua adalah selang waktu pemupukan yang terdiri dari S1 = satu minggu sekali, S2 = dua minggu sekali, dan S3 = tiga minggu sekali. Data yang diperoleh dianalisis secara statistic dengan menggunakan analisis sidik ragam. Pada penelitian ini uji nyata keragaman dilakukan melalui perbandingan F tabel pada taraf uji 5%. Bila F hitung lebih besar dibandingkan dengan F tabel pada taraf uji 5% maka perlakuan berpengaruh nyata, dan apabila F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel pada taraf uji 5% maka perlakuan berpengaruh tidak nyata serta dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ). HASIL Data hasil pengamatan pengaruh dosis pupuk majemuk dan selang waktu pemupukan terhadap peubah yang diamati secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis keragaman terhadap peubah yang diamati F- hitung Dosis Selang Peubah yang diamati Pupuk Waktu Majemuk Pemupukan Interaksi KK (%) 1. Pertambahan tinggi tanaman (cm) 3,53 n 13,29 n 0,52 tn 12,27 2. Pertambahan jumlah daun (helai) 4,25 n 1,19 tn 0,91 tn 14,5 3. Pertambahan diameter batang (mm) 0,10 tn 0,22 tn 1,50 tn 20,2 4. Panjang akar (cm) 4,10 n 7,34 n 2,97 n 7,23 F- tabel 0,05 2,71 2,34 2,29

Keterangan : KK tn n = Koefisien Keragaman = Berpengaruh tidak nyata = Berpengaruh nyata. Hasil analisis keragaman terhadap peubah yang diamati menunjukan bahwa dosis pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan panjang akar tanaman kakao tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan diameter batang. Perlakuan selang waktu pemupukan berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan panjang akar tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun dan panjang akar tanaman kakao. persentase bibit tumbuh. Sementara interaksi berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. 1. Pertambahan Tinggi Tanaman Dari hasil analisis keragaman didapatkan bahwa perlakuan dosis pupuk majemuk dan selang waktu pemupukan berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman tetapi interaksi berpengaruh tidak nyata. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) seperti pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk M3 berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M1 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan M3 memiliki tinggi tanaman tertinggi yaitu 38,49 cm. Pada perlakuan selang waktu pemupukan perlakuan S2 memiliki tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 38,86 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan S1 dan S3. Sedangkan hasil interaksi dosis pupuk majemuk dan selang waktu pemupukan perlakuan M3S2 berbeda nyata dengan perlakuan M1S3 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan M3S2 memiliki tinggi tanaman tertinggi yaitu 40,97 cm. Tabel 2. Pengaruh perlakuan dosis pupuk majemuk, selang waktu pemupukan dan interaksinya terhadap pertambahan tinggi tanaman (cm) Dosis Pupuk Selang Waktu Pemupukan (S) Majemuk (M) S1 S2 S3 Rerata (M) M0 30,71 ab 36,82 ab 28,74 ab 32,09 a M1 29,78 ab 39,10 ab 28,33 a 32,41 a M2 34,17 ab 38,38 ab 32,65 ab 35,06 ab M3 38,91 ab 40,97 b 35,59 ab 38,49 b M4 36,65 ab 39,05 ab 30,35 ab 35,35 ab Rerata (S) 34,04 a 38,86 b 22,92 ab BNJ 0,05 M = 5,71 S = 3,75 I = 12,6 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan berarti berbeda tidak nyata. 2. Pertambahan Jumlah Daun (helai) Data hasil pengamatan pertambahan jumlah daun dan pengelompokkanya serta hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Lampiran C. Dari hasil analisis keragaman didapatkan bahwa perlakuan Dosis pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun tetapi selang waktu pemupukan dan interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan daun tanaman kakao.

Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) seperti pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk M3 berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M2 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan M3 memiliki pertambahan daun terbanyak yaitu 12,28 helai. Pada perlakuan selang waktu pemupukan semua perlakuan berbeda tidak nyata, perlakuan yang memiliki pertambahan daun terbanyak adalah S2 yaitu 11,25 helai. Hasil interaksi dosis pupuk majemuk dan selang waktu pemupukan semua perlakuan berbeda tidak nyata. Perlakuan M3S2 memiliki pertambahan daun terbanyak yaitu 13,00 helai. Tabel 3. Pengaruh perlakuan dosis pupuk majemuk, selang waktu pemupukan dan interaksinya terhadap pertambahan jumlah daun (helai) Dosis Pupuk Selang Waktu Pemupukan (S) Majemuk (M) S1 S2 S3 Rerata (M) M0 8,64 a 10,70 a 10,66 a 10,00 a M1 10,08 a 10,40 a 9,92 a 10,13 ab M2 10,73 a 10,39 a 8,45 a 9,86 a M3 12,15 a 13,00 a 11,67 a 12,28 b M4 10,66 a 11,78 11,98 a 11,48 ab Rerata (S) 10,45 a 11,25 a 10,54 a BNJ 0,05 M = 2,15 S = 1,41 I = 4,73 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan berarti berbeda tidak nyata. 3. Pertambahan Diameter Batang (mm) Data hasil pengamatan pertambahan diameter batang dan pengelompokkanya serta hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Lampiran D. Dari hasil analisis keragaman didapatkan bahwa perlakuan dosis pupuk majemuk, selang waktu pemupukan dan interaksi semua berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan diameter batang tanaman kakao. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) seperti pada Tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk semua berbeda tidak nyata. Perlakuan M3 memiliki pertambahan diameter batang paling besar yaitu 2,88 mm. Pada perlakuan selang waktu pemupukan semua perlakuan berbeda tidak nyata. Perlakuan yang memiliki pertambahan diameter batang paling besar adalah S3 yaitu 2,86 mm. Hasil interaksi dosis pupuk majemuk dan selang waktu pemupukan semua perlakuan berbeda tidak nyata. Perlakun M4S1 memiliki pertambahan diameter paling besar yaitu 3,50 mm. Tabel 4. Pengaruh perlakuan dosis pupuk majemuk, selang waktu pemupukan dan interaksinya terhadap pertambahan diameter batang (mm) Dosis Pupuk Selang Waktu Pemupukan (S) Majemuk (M) S1 S2 S3 Rerata (M) M0 2,40 a 2,93 a 3,02 a 2,79 a M1 2,47 a 2,57 a 3,13 a 2,72 a M2 2,60 a 2,80 a 2,93 a 2,78 a M3 2,67 a 3,07 a 2,90 a 2,88 a M4 3,50 a 2,67 a 2,33 a 2,83 a Rerata (S) 2,73 a 2,81 a 2,86 a

BNJ 0,05 M = 0,78 S = 0,30 I = 1,72 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan berarti berbeda tidak nyata. 4. Panjang Akar Data hasil pengamatan panjang akar dan pengelompokkanya serta hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Lampiran E. Dari hasil analisis keragaman didapatkan bahwa perlakuan dosis pupuk majemuk, selang waktu pemupukan dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap panjang akar tanaman kakao. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) seperti pada Tabel 5 menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk M3 berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M4 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan M3 memiliki panjang akar terpanjang yaitu 39,95 cm. Pada perlakuan selang waktu pemupukan perlakuan S2 memiliki panjang akar terpanjang yaitu 39,74 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan S1 dan S3. Sedangkan hasil interaksi dosis pupuk majemuk dan selang waktu pemupukan perlakuan M3S2 berbeda nyata dengan perlakuan M4S3 dan M0S1 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlaakuan lainnya. Perlakun M3S2 memiliki panjang akar terpanjang yaitu 40,69 cm. Tabel 5. Pengaruh perlakuan dosis pupuk majemuk, selang waktu pemupukan dan interaksinya terhadap panjang akar (cm) Dosis Pupuk Selang Waktu Pemupukan (S) Majemuk (M) S1 S2 S3 Rerata (M) M0 31,24 ab 39,52 bcd 35,94 abcd 35,57 a M1 34,20 abcd 40,61 cd 38,75 abcd 37,85 ab M2 37,55 abcd 38,47 abcd 39,54 bcd 39,54 bcd M3 40,34 bcd 39,38 bcd 40,13 bcd 39,95 b M4 34,68 abcd 40,69 d 29,84 a 35,07 a Rerata (S) 35,60 a 39,74 b 36,84 a BNJ 0,05 M = 4,18 S = 2,74 I = 9,21 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan berarti berbeda tidak nyata. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap peubah yang diamati menunjukan bahwa dosis pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan panjang akar tanaman kakao tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan diameter batang. Perlakuan selang waktu pemupukan berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan panjang akar tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun dan panjang akar tanaman kakao. persentase bibit tumbuh. Sementara interaksi berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.

Perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan panjang akar. Hal ini dikarenakan dengan perlakuan dosis pupuk unsur hara yang telah hilang di dalam tanah akan kembali terpenuhi untuk kebutuhan tanaman sehingga tanaman akan lebih cepat dalam melakukan proses metabolisme untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Heddy (1990), unsur hara di dalam tanah makin lama makin berkurang, karena diserap oleh tanaman, serta kehilangan dalam bentuk gas dan tercuci ke lapisan yang lebih dalam diluar jangkauan akar-akar tanaman. Berkurangnya unsur hara dalam tanah ini, harus ditambahkan dalam bentuk pupuk dalam jumlah tertentu sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman meningkat. Perlakuan selang waktu pemupukan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman dan panjang akar. Hal ini dikarenakan dengan perlakuan selang waktu pemupukan, unsur hara yang diberikan pada tanaman akan dapat lebih maksimal terserap oleh tanaman, sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan unsur hara bagi tanaman untuk pertumbuhan. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) perlakuan M3 (dosis pupuk 0,6 gr) memberikan hasil terbaik terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman yaitu 38,49 cm, pertambahan jumlah daun yaitu 12,28 helai, pertambahan diameter batang 2,88 mm serta panjang akar yaitu 39,95 cm. Hal ini diduga karena dengan dosis pupuk 0,6 gr tanaman mendapatkan jumlah unsur hara yang tepat untuk pertumbuhannya. Tanaman tidak mengalami kekurangan atau kelebihan unsur hara yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada tanaman. Menurut Lingga dan Marsono (1994), pemberian pupuk dengan takaran yang tepat akan memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Sutejo (1995) menambahkan pemberian zat hara yang salah, pemberian yang berlebihan atau kekurangan dan pemberian yang tidak tepat pada waktunya akan mengakibatkan pertumbuhan yang kurang baik bagi tanaman. Pada perlakuan selang waktu pemupukan, perlakuan S2 memberikan hasil yang terbaik terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman yaitu 38,86 cm, pertambahan jumlah daun yaitu 11,25 cm dan panjang akar yaitu 39,74 cm. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman mengalami proses yang bertahap dalam menyerap unsur hara di dalam tanah. Unsur hara yang terkandung di dalam tanah tidak semuanya langsung dimanfaatkan oleh tanaman sehinga unsur hara yang tersisa akan tercuci oleh air dan menguap melalui poripori tanah. Oleh sebab itu waktu pemberian pupuk yang tepat akan memberikan unsur hara di dalam tanah yang telah hilang. Dengan selang waktu pemberian pupuk dua minggu sekali, unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman akan tetap tercukupi. Hal ini di dukung oleh Novizan (2002) yang menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemupukan adalah waktu pemupukan yang tepat. Menurut Purwa (2007), agar tujuan pemupukan tercapai, pupuk harus diaplikasikan secara tepat. Dalam pemupukan beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah jenis tanaman, jenis pupuk dan waktu pemberian yang tepat. Jika hal tersebut sudah terpenuhi maka efisiensi dan efektivitas pemupukan akan tercapai. Hasil interaksi menunjukkkan perlakuan M3S2 (dosis pupuk 0,6 gr dan selang waktu pemupukan dua minggu sekali) memberikan hasil terbaik terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman yaitu 40,97 cm dan pertambahan jumlah daun yaitu 13,00 helai. Hal ini dikarenakan interaksi perlakuan tersebut merupakan kombinasi perlakuan yang tepat dan seimbang bagi pertumbuhan tanaman, karena unsur hara di dalam tanah akan tetap tersedia dan dalam jumlah yang cukup untuk proses pertumbuhan tanaman. Menurut Hakim et al., (1986), tanaman akan mengabsorpsi unsur hara dalam bentuk ion yang terdapat di sekitar daerah perakaran. Unsur-unsur ini harus berada dalam bentuk tersedia dan dalam konsentrasi yang optimum bagi pertumbuhan. Selanjutnya unsur-unsur tersebut harus berada dalam suatu keseimbangan.

Lingga dan Marsono (2008), menyatakan bahwa sebelum melakukan pemupukan pemahaman tentang pupuk dan pemupukan sangat penting untuk diketahui, baik itu jenis, dosis, aplikasi hingga waktu pemupukan yang tepat. Pemupukan harus dilakukan secara tepat agar dapat memberikan produktivitas dan pertumbuhan yang maksimal bagi tanaman. KESIMPULAN Dosis pupuk majemuk 0.6 gr memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao di polybag dan selang waktu pemupukan dua minggu sekali memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao di polybag serta interaksi perlakuan dosis pupuk majemuk 0.6 gr dan selang waktu pemupukan dua minggu sekali memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao di polybag. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.2011. http/www.litbang.deptan.go.id/ special/komoditas/b4kakao. 11 Oktober 2011. Departemen Pertanian. 1999. Balai Informasi Pertanian. Sumatera Selatan. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan. 2011. Balai Informasi Pertanian. Sumatera Selatan. Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho dan M. R. Saul. 1986. Dasardasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Heddy, S. 1990. Budidaya Tanaman Cokelat. Angkasa. Bandung. Indonesian Comercial Newsletter. 2010. http/www. datacon.co.id/agri-2010kakao.html. 11 Oktober 2011. Lingga, P. dan Marsono. 1994. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga, P. dan Marsono. 2008. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Lonedi, 2003. Pengaruh Komposisi Media dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Acasia crassicarpa. Skripsi. Jurusan Budidaya Kehutanan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang. Tidak Dipublikasikan. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Jakarta. Purwa, D. R. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agro Media Pustaka. Jakarta Susanto, F. X. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius. Yogyakarta. Sutedjo, M.M. 1995. Pupuk dan Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Utoyo, D. 2001. Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk dan Selang Waktu Pemupukan terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta (Coffen canephora Pierre). Skripsi. Jurusan Budidaya Perkebunan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang. Tidak Dipublikasikan.