ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

Si Hijau Pembawa Berkah

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV POTRET KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT. dari pusat Kecamatan Parengan. Desa Mojomalang ini berbatasan dengan Desa Sendangrejo

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA DAMPINGAN

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO. Kelompok 5

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. keadaan penduduk dan keadaan pertanian yang ada di Desa Ambarketawang.

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Desa Mirit Petikusan merupakan salah satu desa di Kecamatan Mirit

GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dahlan 2016/ 2017 untuk Divisi 1 B 2 berlokasi di Dusun Miri, Desa/Kelurahan

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN. sebagai muatan lokal dalam pelaksanaan program KKN PPM yang diberi nama

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal sebagai lahan

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUN LOKASI PENELITIAN. Koto Tuo lama di mulai pada tahun 1990 dan baru berbentuk

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN. penelitian harus ditetapkan terlebih dahulu sehingga penelitian yang dilakukan

PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra karet di Indonesia, menurut

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

PERANAN KELOMPOK TANI MELATI I TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI DESA NAGORI DOLOK HATARAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN ANGKET (KUESIONER)

LAMPIRAN. 1. Wawancara dengan Bapak Suwandi (Pemilik Tambak) Nurul P.Suwandi Nurul

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

Transkripsi:

45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai : 1. Petani peisan, yaitu petani yang mengusahakan lahannya bersama keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 2. Petani penggarap, yaitu petani yang mengusahakan usaha taninya di lahan orang lain, diolah bersama anggota keluarga dan/atau mempekerjakan buruh tani. Kegiatan usaha taninya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan/atau mencari keuntungan. Adapun untuk kategori petani farmer belum dijumpai di wilayah tersebut. Petani yang ada di RT 24 pun menyatakan bahwa mereka tidak melibatkan pihak lain untuk bekerja, dikarenakan masih minimnya modal dan hasil yang diperoleh. Hal ini sejalan dengan penuturan Pak MKS kepada pengkaji sebagai berikut. Bagaimana mungkin kami mau menggaji orang Pak, kalau untuk makan hari-hari saja kadang tidak cukup. Makanya untuk menyiasati kurangnya tenaga, kadang-kadang anak saya si Daniel dan Upi saya suruh mereka ikut membantu kami berdua (maksudnya dengan istrinya). Umur para petani antara 25-64 tahun dan mereka telah berkeluarga dan mempunyai anggota keluarga rata-rata 3-6 orang. Petani miskin yang mempunyai lahan di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur jika dikelompokkan berdasarkan kelompok umur adalah sebagaimana tampak pada Tabel 6. Berdasarkan wawancara mengenai tingkat pendidikan, petani yang berpendidikan SLTA berjumlah 7 jiwa (16,28 %), SLTP berjumlah 9 jiwa (20,93 %), SD berjumlah 15 jiwa (48,88 %) dan sisanya adalah belum pernah sekolah (yaitu berjumlah 12 jiwa/27,91 %). Kondisi ini membuktikan bahwa sebagian besar dari mereka memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Adapun pengetahuan mengenai pertanian selama ini diperoleh secara turun temurun dari orang tua mereka masing-masing.

46 Tabel 6 Jumlah Petani Miskin yang Mempunyai Lahan di RT 24 Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2006 No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 25-29 3 6,98 2. 30-34 4 9,30 3. 35-39 3 6,98 4. 40-44 11 25,58 5. 45-49 7 16,28 6. 50-54 9 20,93 7. 55-59 4 9,30 8. 60-64 2 4,65 Jumlah 43 100 Sumber : Hasil Olah Data Wawancara, 2006. Kepemilikan Lahan Kajian ini terfokus kepada para petani yang ada di RT 24 dan mempunyai lahan di Kelurahan Nunukan Timur saja atau terhadap 43 orang petani miskin (Laki-laki berjumlah 31 jiwa) yang mengusahakan lahan seluas 13 Ha (4,5 Ha merupakan lahan lain-lain, yaitu bekas lahan tidur dan kawasan hutan lindung). Rata-rata mereka mengusahakan seluas 0,35 Ha setiap petani, baik lahan tersebut merupakan lahan sendiri maupun lahan pinjaman. Jumlah rumah tangga petani yang memiliki lahan sendiri adalah sejumlah 47 KK, 21 KK diantaranya mempunyai lahan di luar RT 24. Dari 26 KK yang ada di RT 24, 7 KK diantaranya bertani di atas lahan pinjaman tanpa syarat. Pinjaman lahan ini diberikan oleh kerabat dekat mereka yang mempunyai lahan dan tidak dikerjakan oleh pemiliknya. Jumlah rumah tangga yang mengerjakan lahan kurang dari 0,25 Ha adalah sebanyak 10 KK, 0,25-0,5 Ha sebanyak 9 KK dan lebih dari 0,5 Ha sebanyak 7 KK. Produksi Pertanian Petani yang ada pada umumnya menanami lahannya dengan sayuran kangkung akar, bayam, sawi, bawang daun (daun prey), seledri, timun suri, tomat jagung dan ubi kayu. Jenis tersebut dipilih oleh petani karena waktu tanam

47 singkat, dapat ditanam di lahan sempit dan biaya produksi masih dapat dijangkau. Harga sayuran yang ada, seperti sawi, kangkung akar dan bayam sangat fluktuatif. Pada saat kondisi normal, harga sawi mencapai Rp 2.000,00 per kg, kangkung akar Rp 1500,00 per kg dan bayam Rp 2.000,00 per kg. Sedangkan di saat produksi sayur dari Kelurahan lain melimpah, harga menjadi drastis turun sampai lebih dari setengah harga normal. Apabila diakumulasi berdasarkan masa panen (25-30 hari), maka hasil produksi petani rata-rata dalam satu kali panen adalah sebesar Rp 1.150.000,-. Adapun biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani, untuk bibit sebesar Rp 175.000,- (7 bungkus), pupuk sebesar Rp 250.000,- dan keperluan lain-lain seperti transportasi, pemeliharaan alat pertanian dan pengikat sayuran sebesar Rp 65.000,-. Jadi rata-rata keuntungan petani untuk satu kali masa panen adalah sebesar Rp 660.000,- dalam keadaan normal. Adapun jika dalam kondisi tertentu (misalnya kenaikan harga bibit, pupuk dan sayur yang melimpah), maka terjadi penurunan hingga 70 % dari keuntungan pada kondisi normal atau hanya sekitar Rp 462.000,-. Penguasaan Ternak dan Modal Lainnya Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan para petani, diperoleh keterangan berkaitan dengan penguasaan ternak dan modal lainnya bagi para petani adalah bahwa mereka mempunyai ternak-ternak namun belum sebagai penambah pendapatan mereka. Jenis ternak yang mereka pelihara adalah ayam, itik dan babi. Jumlahnya pun relatif masih sedikit, yaitu hanya berkisar antara 3-12 ekor, jumlah terbanyak yang dipelihara para petani adalah ternak ayam. Begitupun halnya dengan usaha perikanan yang mereka kembangkan sebagai usaha alternatif baru yang belum dapat meningkatkan pendapatan. Usaha pengembangan ikan ini pun tak jauh kondisinya dengan pertanian yang telah mereka lakukan selama ini, dimana mereka melakukannya hanya berbekal pengetahuan sederhana yang ada. Pembuatan kolam ini baru dimulai dan belum tersentuh dengan teknologi ataupun cara yang lebih maju, misalnya bagaimana membuat kolam agar bisa mengalir dan bagaimana ikan dapat berkembang biak dengan baik (sebagaimana tampak pada lampiran 2 Gambar 2). Hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak YHS berikut. Sambil mengisi kekosongan waktu, sekarang kami mulai coba-coba usaha lain Pak. Di sana ada kolam Ikan Mujair dan Mas yang baru kami olah 3 bulan yang lalu. Ya sambil-sambil belajar lah Pak, siapa tau ada hasilnya.

48 Tapi masalah kolam kami ini belum pernah kami bicarakan dengan Petugas, jadi ya melihara ikannya sesuai apa yang kami tahu aja. Kami bisa membuat ini ya hasil dari menyisihkan keuntungan sayur pas harga sayur lagi naik. Makanya Bapak jangan heran kalau kolamnya Bapak lihat asal-asalan aja. Kondisi Ekonomi Keluarga Kondisi ekonomi ini berkaitan dengan pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga petani. Pendapatan para petani di RT 24 ini adalah berkisar antara Rp 500.000,00-Rp 900.000,00 per bulan. Pendapatan ini sifatnya fluktuatif tergantung bagaimana hasil panen sayur. Diantara mereka (3 rumah tangga petani) telah menerapkan pola nafkah ganda, yaitu dengan berdagang klontongan. Namun sebagian besar dari mereka sangat tergantung dari hasil pertanian. Berkaitan dengan pola makan, walaupun keadaan ekonomi mereka masih tergolong miskin, mereka sehari-hari masih dapat makan nasi dengan lauk seadanya (tahu, tempe atau ikan) 2 kali sehari (siang dan malam). Adapun mengenai kondisi perumahan mereka sebagian ada yang sudah semi permanen dan ada juga yang masih berupa rumah kayu (lampiran 2 Gambar 3). Ukuran rumah yang mereka miliki bervariasi dari ukuran 8 x 9 m 2 hingga 10 x 18 m 2. Namun 60 % dari mereka memiliki rumah dengan ukuran 8 x 9 m 2 dengan jumlah kamar 3 buah. Kondisi rumah yang mereka miliki ini secara kasat mata tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur kemiskinan mereka saat ini. Apabila dilihat dari bentuk dan ukuran rumah, mereka dapat saja dikatakan bukan keluarga petani miskin. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh Bapak SG berikut. Kalau Bapak melihat rumah-rumah kami disini ni, mungkin Bapak gak akan yakin kalau kami miskin. Rata-rata rumah kami di sini semi permanen. Kami bisa membangun seperti ini, ya ketika kami masih kerja kayu dulu. Ini pun syukurlah masih ada yang bisa kelihatan hasilnya. Sekarang kami baru bisa merasakan bahwa cari duit itu susah, ya setelah nanam sayur ini. Berdasarkan hasil pengamatan, walaupun kondisi ekonomi keluarga petani yang dapat dikatakan pas-pasan, mereka ternyata tidak mengabaikan pendidikan bagi anak-anak mereka. Hal ini dibuktikan dengan para petani yang tetap berupaya maksimal untuk menyekolahkan anak-anak mereka dan senantiasa berupaya untuk mendapatkan beasiswa (biaya sekolah gratis) dari pihak ketiga

49 untuk anak-anaknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang anaknya bersekolah, 12 orang anak dari para petani tersebut telah mendapatkan beasiswa sekolah gratis. Permasalahan yang Dihadapi Petani Miskin dan Faktor Penyebab Salah satu upaya untuk merumuskan suatu program pemberdayaan ataupun pengembangan masyarakat, maka perlu digali dan ditelaah bersamasama dengan masyarakat dalam hal ini petani, berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan faktor-faktor penyebabnya. Upaya ini perlu dilakukan agar petani mempunyai kesadaran untuk berpartisipasi dalam merumuskan dan melaksanakan program pemberdayaan sesuai dengan kebutuhan mereka. Berdasarkan hasil diskusi bersama dengan para petani diperoleh beberapa permasalahan yang dihadapi petani saat ini, sebagaimana tertera pada Tabel 7. Tabel 7 Permasalahan yang Dihadapi Petani Miskin di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur No. Masalah Penyebab Akibat 1. Hasil tidak optimal Pengetahuan, keterampilan dan wawasan (sdm) masih rendah 2. Biaya produksi tinggi Harga pupuk dan obat-obatan mahal, bibit sukar diperoleh 3. Kerja sama kelompok Kemampuan manajerial yang lemah 4. Jaringan pemasaran belum ada rendah Kurang informasi dan dukungan stakeholders (swasta) Pendapatan rendah Pendapatan rendah (rugi) Anggota dominan bekerja masing-masing Pendapatan rendah 5. Modal kecil Pemberi modal terbatas Produksi tidak optimal 6. Lahan sempit Lahan terbatas dan kawasan hutan lindung belum dapat dimanfaatkan Sumber : Hasil Olah Data FGD, 2006. Produksi terbatas Melihat beberapa permasalahan dan faktor penyebab permasalahan yang dihadapi saat ini oleh petani, dapat diketahui bahwa masalah inti yang dihadapi petani dan menjadi pioritas adalah rendahnya pendapatan petani. Rendahnya pendapatan petani ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : Pertama, rendahnya sumber daya petani. Petani sayur yang ada di RT 24 mengakui kepada pengkaji bahwa mereka belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengolah lahan pertanian mereka secara baik

50 dan benar. Rendahnya sumber daya ini mengakibatkan petani belum mampu mengelola bantuan modal yang pernah diberikan. Selain itu, petani juga menjadi lamban dalam menyerap informasi dan teknologi pertanian yang ada, dan pada akhirnya menyebabkan tidak maksimalnya hasil produksi yang diperoleh. Kedua, kebijakan pemerintah yang masih belum berpihak kepada petani, misalnya dalam hal subsidi bibit, pupuk dan obat-obatan yang menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Kondisi ini semakin diperparah jika kondisi cuaca yang tidak mengijinkan. Petani sering mengalami kerugian ketika hujan deras, terlebih ketika mereka baru menaman hasil semaian dan memupuk, maka pupuk sering larut bersama hujan, yang pada akhirnya hasil panen menjadi buruk dan harga jatuh. Ketiga, lemahnya kerja sama dan kordinasi antar anggota kelompok. Kondisi ini menyebabkan kelompok tani yang telah dibentuk menjadi tidak solid dan kelompok lebih terkesan sebagai formalitas semata, yang akhirnya kelompok tani tidak mempunyai fungsi apa-apa terhadap anggotanya. Keempat, masalah modal yang kecil. Petani dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih baik jika mereka memiliki modal yang cukup. Kondisi yang ada saat ini, selain dari bantuan modal yang pernah diberikan oleh pemerintah, mereka belum pernah mendapatkan modal dari pihak lain. Hal ini terjadi karena mereka belum mengetahui cara yang harus ditempuh untuk mendapatkan pinjaman modal dari pihak ketiga, misalnya saja dari Koperasi ataupun Bank yang ada. Permasalahan modal menjadi salah satu kendala dalam menjalankan kegiatan pertanian mereka ini sebagaimana dinyatakan oleh Ibu YHN berikut. Usaha kami ini belum maju ya karena modal kami juga pas-pasan. Terus terang kami ini serba salah juga, kemarin dibantu sama pemerintah waktu kami perlu betul duit, makanya gak semuanya kami pakai untuk nambah tanaman sayur kami. Nah, kalau Bapak nanya kami pernahkah kami dapat bantuan selain dari pemerintah, jawaban kami ya syukur-syukur ini sudah dibantu pemerintah. Mau minjam kemana lagi Pak, kami gak tau sama sekali caranya. Kelima, belum adanya jaringan pemasaran. Hal ini diawali dengan faktor pertama dan selanjutnya di atas, dimana petani semestinya mempunyai wadah ataupun mempunyai kewenangan khusunya dalam hal pemasaran. Beberapa pokok permasalahan dan faktor-faktor penyebab di atas menjadi dasar dalam perumusan program pemberdayaan petani.