PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU SECARA KONVENSIONAL

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3. METODE DAN PELAKSANAAN

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Perbanyakan Jambu Air Citra Melalui Stek Cabang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

PENERAPAN AGRIBISNIS PISANG MAS KIRANA DAN AGUNG SEMERU DI TINGKAT KELOMPOK TANI KABUPATEN LUMAJANG. Wahyunindyawati PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

KURSUS GRATIS. Teknologi Budidaya Tanaman Jeruk dalam Pot (Tabulampot Jeruk) Oleh: Hadi Mulyanto, SP

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

Cara Menanam Cabe di Polybag

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

III. BAHAN DAN METODE

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

Transkripsi:

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU PENDAHULUAN Pisang merupakan tanaman buah utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dengan menempati peringkat teratas konsumsi buah secara nasional. Sifatnya yang adaptif terhadap lingkungan menyebabkan tanaman pisang mempunyai penyebaran yang luas, sedangkan cara budidaya yang mudah menyebabkan tanaman ini mudah dijumpai di setiap pekarangan rumah masyarakat pedesaan di Indonesia. Produksi pisang yang terus menerus sepanjang tahun dapat dimanfaatkan sebagai pengaman pendapatan petani (income security), serta kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 25,8% (Direktorat Tanaman Buah 2005) memungkinkan pisang sebagai bahan pangan alternatif pendamping beras atau sebagai pengaman pangan (food security). Peluang tersebut mendorong untuk pengembangan budidaya pisang secara luas. Namun demikian, model budidaya skala besar menunjukkan tingginya risiko kegagalan akibat serangan penyakit layu (Hermanto 2006). Budidaya pisang di pekarangan masih merupakan alternatif yang menjanjikan dan menjadi penyangga produksi pisang selama ini karena adanya mekanisme saling mereduksi efek serangan penyakit dengan sistem tanaman campuran. Dengan maraknya serangan penyakit layu fusarium dan layu bakteri (Hermanto et al. 2001, Hermanto 2006, Kusumoto et al. 2003), kita harus berhati-hati bila ingin mendatangkan benih pisang dari tempat lain, karena akan meningkatkan risiko kontaminasi penyakit. Oleh karena itu, alternatif untuk menyediakan benih pisang adalah dengan mengoptimalkan rumpun pisang sehat yang telah tersedia di pekarangan (in-situ) untuk dijadikan benih. Berbagai cara membuat benih pisang telah dikenal baik secara tradisional yang telah turun temurun dilakukan petani, maupun secara kultur jaringan. Walaupun perkembangan teknologi benih kultur jaringan cukup pesat, petani belum menerapkan teknologi tersebut kecuali pada perkebunan besar yang terbatas pada varietas tertentu yang berasal dari hasil introduksi dan 25

No. 4 - Agustus 2008 belum mengembangkan varietas lokal yang beragam jumlahnya dan berbeda di masingmasing daerah, sehingga perbanyakan benih secara sederhana dipandang masih layak diterapkan. Berikut ini disampaikan 4 macam cara produksi benih pisang secara sederhana dengan memanfaatkan bagian rumpun pisang. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan yaitu cangkul, tembilang (linggis) bermata lebar, parang, pisau mata runcing, dan gembor. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu: media campuran pasir dan kompos/pupuk kandang 1:1, polibag, air, dan rumpun pisang yang sehat. Dalam satu rumpun tanaman pisang yang lengkap terdapat anggota rumpun yang biasa kita temui yaitu: a. Pohon induk, tanaman tertua dalam rumpun yang sedang berbuah. b. Tunggul/bonggol, bekas pohon pisang yang ditebang (Gambar 1a). c. Anakan rebung, tunas anakan yang panjangnya 20-40 cm, belum berdaun (Gambar 1b). d. Anakan muda/anakan pedang, tunas anakan berukuran 41-100 cm dan daunnya berbentuk seperti pedang dengan ujung runcing (Gambar 1c). e. Anakan dewasa, tunas anakan tinggi >100 cm, telah memiliki beberapa daun sempurna (Gambar 1d). f. Tunas air, berbatang kurus dan panjang, diameter batang sama dengan bonggol (Gambar 1e). Dari kelima bahan di atas, yang disarankan untuk dijadikan benih adalah anakan rebung, anakan pedang, anakan dewasa, dan tunggul. Anakan air tidak baik digunakan sebagai bibit karena bonggol serta batangnya kecil dan jelek. Pelaksanaan Ada 4 cara pelaksanaan perbanyakan sesuai dengan jenis bahan/bagian dari rumpun pisang yang digunakan, yaitu: 1. Anakan langsung Bibit pisang berasal dari pemisahan anakan untuk langsung ditanam di kebun. Merupakan cara umum digunakan oleh petani karena murah dan mudah dilakukan. Bahan yang paling baik digunakan adalah anakan pedang (Gambar 2a). Anakan rebung kurang baik jika ditanam langsung karena bonggolnya masih lunak dan terlalu kecil sehingga mudah kekeringan. Sedangkan anakan dewasa terlalu berat dalam pengangkutan dan kurang tahan terhadap cekaman lingkungan karena telah memiliki daun sempurna. Bibit anakan setelah dipisahkan dari induknya harus segera ditanam, jika penanaman terlambat, akan meningkatkan serangan hama penggerek bonggol dan meningkatkan kematian bibit di kebun. a b c d e Gambar 1. Bahan membuat benih pisang. (a) tunggul/ bonggol, (b) anakan rebung, (c) anakan pedang, (d) anakan dewasa, dan (e) tunas air. 26

Gambar 2a. Anakan pedang langsung ditanam di lapangan. Gambar 2b. Benih kekeringan dan mengalami pertumbuhan kembali. Gambar 2c. Menanam bonggol anakan pedang menghindari pengaruh kekeringan saat tanam. Apabila pada saat tanam kekurangan air dalam waktu yang cukup lama, bibit akan layu dan bagian batangnya mati, tetapi bonggol yang tertimbun dalam tanah masih mampu untuk tumbuh dan memulai pertumbuhan kembali membentuk bonggol baru di atas bonggol yang lama (Gambar 2b). Oleh karena itu, bila menanam pisang di musim kemarau disarankan berupa bonggol dengan memotong 5 cm di atas leher bonggol dengan cara ditimbun 5 cm di bawah permukaan tanah (Gambar 2c). 2. Anakan Semai Bibit berasal dari anakan rebung atau anakan yang memiliki bonggol sangat kecil. Anakan disemai terlebih dahulu dalam kantong plastik atau polibag sebelum ditanam di kebun. Sebelum disemai, batang anakan rebung dipotong 5 cm di atas leher bonggol atau berbentuk kerucut. Kemudian bonggol ditanam sedalam leher bonggol dalam polibag berisi media tanam (Gambar 3). Apabila ingin melakukan sterilisasi bonggol dapat pula direndam dalam air hangat 27

No. 4 - Agustus 2008 55 C selama 15 menit atau perendaman dalam pestisida sesuai anjuran. Selama 1 bulan pertama, bibit di letakkan di tempat teduh dengan penyinaran 50% dengan perawatan penyiraman secukupnya untuk mempertahankan kelembaban (cenderung basah). Pada bulan kedua bibit dipindahkan ke tempat terbuka, dengan perawatan penyiraman seperti bulan pertama dan di siram larutan Urea 2 g/l air setiap 2 minggu sekali. Benih siap ditanam di kebun pada umur 3-4 bulan setelah semai. 3. Bit Anakan/Mini Bit Bibit pisang berasal dari anakan yang terlebih dahulu diinduksi untuk menumbuhkan tunas aksilar (tunas samping). Bahan yang digunakan adalah anakan pisang yang berdiameter 7-12 cm atau tingginya 40-150 cm (anakan pedang sampai anakan dewasa). Cara membuatnya adalah sebagai berikut. Pemisahan anakan dari rumpun dilakukan dengan hati-hati menggunakan linggis/tembilang bermata lebar, sehingga kondisi bonggol masih utuh. Bonggol dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel, kemudian dipotong 1 cm di atas leher bonggol. Pada titik tumbuh di pusat bonggol dikorek dengan lebar dan dalam 3 cm menggunakan pisau yang runcing (Gambar 4a). Pembuangan titik tumbuh berfungsi untuk menghilangkan pengaruh dominasi pertumbuhan oleh tunas apikal sehingga pertumbuhan ke arah mata tunas samping. Setelah dibersihkan bonggol direndam dalam air hangat dengan suhu 55 C selama 15 menit, bertujuan untuk meningkatkan jumlah tunas yang tumbuh dan mencegah nematoda. Untuk menghindari serangan OPT, pada saat perendaman dapat juga disertai pemberian pestisida sesuai dosis yang dianjurkan. Untuk merangsang munculnya tunas, bonggol di semai dalam bedengan, disusun secara berjajar dengan bagian titik tumbuh tetap mengarah ke atas, masing-masing bonggol diberi jarak antara (5 cm) kemudian ditimbun dengan campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang setebal 5 cm (Gambar 4b). Penimbunan dilakukan selama 3-5 minggu atau sampai tunas tumbuh. Selama penimbunan kelembaban perlu dijaga dengan penyiraman secukupnya setiap hari terutama bila tidak ada hujan. Bila tunas telah tumbuh dan daun sudah mencapai 1-2 lembar, bonggol diangkat dari timbunan, kemudian dibelah searah membujur dari permukaan atas bonggol sampai dasar sebanyak tunas yang tumbuh (Gambar 4c). Bila terlalu besar bonggol dapat dikurangi dengan menipiskan potongan di kiri dan kanan tunas. Belahan bonggol yang terlalu kecil masih dapat dipakai dengan perlakuan penyungkupan ketika menyemai. Tunas hasil belahan (bit) disemai/ditransplanting ke polibag ukuran 20x30 cm yang berisi media tanam (Gambar 4d). Setelah ditransplanting, bibit diletakkan ditempat teduh/naungan dan dikelompokkan menurut tingkat pertumbuhan Gambar 3. Cara menyemai anakan rebung 28

Gambar 4a. Anakan pisang yang baik sebagai bahan bit dan bonggol anakan pisang setelah dimatikan titik tumbuhnya Gambar 4b. Penyemaian bonggol dengan media tanah : pukan : pasir (1:1:1) 1 2 Gambar 4c. 1) Bonggol yang tumbuh, tunas siap dibelah, dan 2) hasil belahan berupa bit mini Gambar 4d. Bit mini disemai di polibag berisi media campuran tanah:pupuk kandang pasir (perbandingan 1:1:1) 29

No. 4 - Agustus 2008 Gambar 5a. Bonggol (tunggul) pisang dan belahan mata tunas (bit) siap disemai. A B Gambar 5b. Tempat persemaian bit. A. Bedengan dan B. Polibag. yaitu yang sudah berdaun dan yang belum sehingga diperoleh kelompok-kelompok bibit yang seragam. Setelah umur 1 bulan bibit dipindahkan ke tempat terbuka dan siap ditanam ke lapangan bila bibit sudah berumur 2 bulan. Perawatan utama adalah penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali menggunakan larutan Urea 2 g/l air. Perawatan lainnya adalah penyiangan. Benih ditanam di kebun pada umur 3-4 bulan setelah semai. 4. Bit Bonggol Bibit pisang berasal dari mata tunas yang terdapat pada tunggul pisang bekas ditebang. Cara membuatnya sebagai berikut : Bonggol diangkat dari tanah dengan hati-hati agar mata tunas tidak rusak. Kemudian dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel. Bonggol kemudian dipotong dengan ukuran lebih kurang 10x10 cm menurut jumlah mata tunas. Kemudian direndam dalam air hangat dengan suhu 55 C selama 15 menit atau dengan larutan desinfektan selama 15 menit kemudian ditiriskan semalam. Setelah ditiriskan kemudian ditanam di polibag ukuran 20x30 cm yang berisi media. Kemudian benih diletakkan pada tempat teduh/ naungan setengah bayang selama 1 bulan dan pada bulan kedua diletakkan ditempat terbuka. Perawatan yang diperlukan adalah penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan 30

dengan larutan Urea konsentrasi 2 g/l air diberikan setiap 2 minggu sekali. Benih ditanam di kebun pada umur 3-4 bulan setelah semai. Penutup Berbagai macam cara perbanyakan pisang perlu dikenal oleh masyarakat disamping sebagai tambahan pengetahuan, juga agar dapat dipilih dari bermacam cara tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada, karena masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan. PUSTAKA 1. Direktorat Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. 2005. Pemanfaatan Buah untuk Kesehatan Keluarga. 91 Hlm. 2. Hermanto, C. 2006. Status of Fusarium Wilt Research in Indonesia. Paper Presented on Training Workshop on Fusarium Wilt Management. Kuala Lumpur, 24-28 April 2006. 6 Hlm. 3. Hermanto, C., T. Habazar dan F. Rivai. 2001. Studi Kasus di Kecamatan Gunung Talang dan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Dalam: T. Wardiati, S. Ashari, N. Aini, dan A. Suryanto (editor) Prosiding Seminar Hortikultura. Konggres Perhorti. Malang, 7-8 November 2001. Hlm. 167-175. 4. Kusumoto, S., T.N. Aeny, S. Mujimu, C. Ginting, T. Tsuge, S. Tsuyumu, and Y. Takikawa. 2004. Occurrence of Blood Disease of Banana in Sumatera, Indonesia. J. Gen. Plant. Pathol. 70:45-49. Santoso, P. J. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jl. Raya Solok-Aripan Km.8, P.O. Box 5 Solok 27301, Sumatera Barat 31

No. 4 - Agustus 2008 Lampiran 1. Galeri Perbenihan Pisang Kebun pisang benih berasal dari anakan terlalu besar, riskan terhadap kekeringan. Setelah batang pisang kering akan tumbuh tunas anakan dari bonggol. Anakan pisang dan bonggol setelah dihilangkan titik tumbuhnya Bonggol pisang tanduk yang tumbuh mata tunas. Bonggol diameter 12 cm dapat mencapai 50 mata tunas. Tidak semua tunas berhasil menjadi bibit dengan baik. Mata tunas tumbuh dari bonggol pisang ditimbun pasir+kompos pada umur 8 minggu setelah penimbunan. Siap untuk dibongkar dan dibelah. Mata tunas tumbuh dari bonggol pisang (kepok) pada umur 8 minggu setelah penimbunan siap untuk dibelah. 32

Bit mini setelah dibelah sesuai jumlah mata tunas. Tunggul/bonggol pisang setelah panen dan bit hasil pembelahan mata tunas dari tunggul. Bit pisang yang baru disemai di polibag Semaian bit pisang kepok di polibag umur 2 bulan Semaian bit pisang buai/ambon hijau di plastik gula umur 1 minggu 33