BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di Indonesia yang semakin pesat menuntut perusahaan emiten untuk lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaan agar dapat lebih bersaing dalam memperoleh sumber pembiayaan eksternal dalam rangka melakukan ekspansi usaha. Dengan adanya tuntutan seperti ini maka perusahaan dalam mengungkapkan informasi harus lebih transparan terutama pada perusahaan yang melakukan penawaran umum. Salah satu media utama yang dilakukan manajemen untuk menyampaikan informasi kepada para pemegang saham dan kreditor adalah Laporan tahunan perusahaan. Bilal et al (2013) mengungkapkan bahwa investor mengandalkan pengungkapan dari perusahaan yang tersedia dalam laporan tahunan. Namun sejauh mana informasi dapat diperoleh sangat tergantung pada luas pengungkapan informasi tersebut. Laporan tahunan harus memberikan informasi yang berguna bagi investor potensial dan kreditur dan pengguna lainnya dalam rangka pengambilan keputusan investasi rasional, kredit dan keputusan sejenis lainnya. Kewajiban atas penyampaian laporan tahunan Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sedangkan, bagi emiten atau perusahaan publik Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan satu peraturan yaitu Peraturan Nomor 29 /POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. 1
2 Informasi yang diberikan oleh suatu perusahaan dapat berupa informasi wajib yang harus dipenuhi yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku yang disebut pengungkapan wajib (mandatory disclosure) (Wardani, 2012). Semua perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan pengungkapan wajib secara jelas dan lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan untuk pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan para pemakai laporan tahunannya. Di tengah-tengah semakin luasnya pengungkapan wajib (mandatory disclosure), pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) telah mendapat perhatian yang semakin besar dalam penelitian akuntansi. Pengungkapan sukarela menjadi informasi yang sangat penting bagi investor dan pemakai informasi lainnya dalam membuat keputusan yang lebih baik karena dianggap pengungkapan wajib belum mencukupi dalam menyediakan informasi bagi investor. Dalam pengungkapan sukarela para investor akan melihat laporan nonkeuangan seperti tingkat profitabilitas, kondisi keuangan, tanggungjawab sosial perusahaan, dan informasi tata kelola perusahaan sebelum membuat keputusan investasinya. Penyajian pengungkapan sukarela dilakukan perusahaan dikarenakan adanya perubahan lingkungan ekonomi yang menuntut perusahaan memberikan informasi yang lebih transparan yaitu mengenai gambaran kinerja dan operasional perusahaan sesungguhnya.
3 Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa skandal dan penipuan tentang kegiatan bisnis perusahaan telah terjadi di seluruh dunia. Karena ini akibat dari kegagalan perusahaan, pentingnya pengungkapan perusahaan telah meningkat dari hari ke hari. Laporan tahunan adalah media yang paling penting untuk melaporkan transparansi perusahaan (Nandi & Ghosh, 2012). Pada dasarnya pengungkapan sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan terkadang akan mendapatkan keuntungan karena Investor akan tertarik kepada perusahaan tersebut dengan pengungkapan informasi yang jelas. Disclosure merupakan salah satu perwujudan tranparansi dalam bisnis sehingga dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan tersebut dan dapat memberikan data atau informasi yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Salah satu masalah terkait akibat skandal akuntansi yang dilansir dalam salah satu berita online yaitu kasus perusahaan teknologi Toshiba corp di Jepang dalam kasus ini perusahaan berusaha melebih-lebihkan keuntungan yang dilakukan para petinggi perusahaan (Aditya, 2015). Keuntungan perusahaan Toshiba Corp dibesar-besarkan hingga mencapai US$ 1,2 miliar selama periode lima tahun, akibat kasus ini saham Toshiba Corp menurun sekitar 20 % sejak isu kasus tersebut terungkap (Lani, 2015). Dalam hal ini manajemen perusahaan dalam menyajikan kaporan tahunan perusahaan tidak menyajikan secara transparansi karena Toshiba corp memanipulasi laporan labanya untuk memenuhi target, melebih-lebihkan keuntungan dan menunda laporan kerugian perusahaan (Ifsan, 2015). Dalam hal ini seharusnya manajemen atau akuntan memberikan informasi
4 yang sebenar bernarnya kepada para investor atau para pemegang saham guna meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang dibutuhkan pemegang saham, investor dan kreditor, maka informasi yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan haruslah dapat dipahami, dipercaya, relevan dan transparan. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan investasi yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Karena risiko ini maka, perusahaan haruslah mensajikan informasi yang sebenarnya agar mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang di hadapi oleh investor. Apabila perusahaan menyajikan laporan tahunan perusahaan dalam keadaan tidak normal maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan dan risiko kepercayaan investor dan kreditor akan berkurang. Terdapat berbagai faktor yang dalam penelitian terdahulu ditemukan mempengaruhi luas pengungkapan sukarela. Faktor-faktor tersebut antara lain profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, dan porsi kepemilikan saham publik Profitabilitas menunjukkan kesuksesan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan return on asset (ROA) yaitu untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva untuk memperoleh laba optimal (Sehar et al, 2013). Rasio profitabilitas dapat menilai hasil kinerja perusahaan semakin tinggi rasio profitabilitas maka perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan perusahaan dengan rasio profitabilitas yang rendah (Noor & Andri, 2014). Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Noor
5 dan Andri (2014), Puruwati (2012), Adi dan Basuki (2013), Bilal et al (2013), dan Sehar et al, (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela, tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandy (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Rasio leverage menunjukkan proporsi pendanaan yang dibiayai dengan utang. Leverage dalam penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio (DER) yaitu untuk menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi liabilitas kepada pihak luar (Agus, 2012). Semakin tinggi leverage semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan kepada krediturnya. Kreditur akan mengawasi dan membutuhkan informasi mengenai keadaan finansial perusahaan untuk meyakinkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, maka akan semakin luas pula pengungkapan informasi yang diungkapkan perusahaan karena perusahaan memiliki kewajiban terhadap para investor dan untuk dapat menghilangkan keragu - raguan para kreditor (Delvinur, 2015). Pernyataan diatas didukung oleh penelitian Agus (2012) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Hal ini bertentangan dengan penelitian Puruwita (2012) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi atau semakin luas pengungkapan yang dilakukan perusahaan (Almilia dan Retrinasari, 2007 dalam Agus, 2012). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan
6 menggunakan total aset. Menurut teori keagenan perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang besar dibandingkan dengan perusahaan kecil maka, perusahaan besar cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi konflik keagenan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Eko dan Ira, 2014). Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian Agus (2012), Anita dan Hery (2012), Puruwita (2012), Made (2013) dan Sehar, et al (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela, sedangkan penelitian Putu (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Kepemilikan saham oleh publik memberikan arti bahwa publik ikut memiliki saham perusahaan sebesar porsi saham yang dimilikinya terhadap perusahaan tersebut. Pemegang saham publik merupakan bagian dari para pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi untuk menganalisis imbal hasil atas investasi saham yang ditanamkan pada perusahaan. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan saham publik terhadap perusahaan, maka para pemegang saham akan semakin menuntut perusahaan untuk meluaskan pengungkapan informasi secara sukarela. Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian Adi dan Basuki (2013), Erna (2013) dan Delvinur (2015) yang menyatakan porsi kepemilikan saham publik berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela, tetapi hal ini bertentangan dengan penelitian Puruwita (2012) yang menyatakan bahwa porsi kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.
7 Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena perusahaan makanan minuman merupakan salah satu sektor dalam industri manufaktur Indonesia yang terus memikat investor asing (Indonesia-Investments, 2015). Selain itu, perusahaan makanan dan minuman harus menyediakan produk siap saji yang aman, bergizi dan bermutu. Proses tersebut tentu akan sangat sering bersinggungan dengan lingkungan dan pihak-pihak di luar perusahaan. Keterlibatan yang luas ini menyebabkan perusahaan makanan dan minuman lebih banyak mendapat sorotan publik dan memungkinkan perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas untuk memenuhi kepentingan para pengguna (Anita dan Hery, 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini diberi judul ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah profitabilitas mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan?
8 2) Apakah leverage mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan? 3) Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan? 4) Apakah porsi kepemilikan saham publik mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian secara empiris tentang karakteristik dan kinerja perusahaan yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman, yaitu bahwa 1) Menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan. 2) Menguji dan menganalisis pengaruh leverage terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan. 3) Menguji dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan. 4) Menguji dan menganalisis pengaruh porsi kepemilikan saham publik terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan.
9 2. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memiliki kontribusi penelitian yang dapat bermanfaat bagi : 1) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai luas pengungkapan sukarela terhadap laporan tahunan perusahaan. 2) Bagi pihak-pihak yang berkepentingan a. Bagi perusahaan, penelitian ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran perusahaan untuk lebih meningkatkan aspek pengungkapan serta transparansi dari laporannya, dimana hal ini diharapkan akan mendorong investor untuk menanamkan investasinya diperusahaan yang secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian. b. Bagi investor, peneitian ini akan membantu investor saat melakukan keputusan investasi. 3) Bagi universitas, penulisan ini diharapkan juga dapat menambah kajian dan menjadi sebuah referensi terutama bagi para mahasiswa yang akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang sama.