BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pelaksana yang disebut lebih jauh sebagai agen dan pemilik modal (owner)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pelaksana yang disebut lebih jauh sebagai agen dan pemilik modal (owner)"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Irham (2014:19), Teori keagenan (Agency theory) merupakan suatu kondisi yang terjadi pada suatu perusahaan dimana pihak manajemen sebagai pelaksana yang disebut lebih jauh sebagai agen dan pemilik modal (owner) sebagai principal membangun suatu kontrak kerjasama yang disebut dengan nexus of contract, kontrak kerjasama ini berisi kesepakatan-kesepakatan yang menjelaskan bahwa pihak manajemen perusahaan harus bekerja secara maksimal untuk memberi kepuasan yang maksimal seperti profit yang tinggi kepada pemilik modal (owner). Dalam perusahaan emiten atau go public investor sebagai pemilik modal (principal) mendelegasikan wewenang pengelolaan kegiatan perusahaan kepada manajemen (agent) dimana manajemen harus memiliki tanggungjawab untuk memberikan informasi yang berkaitan tentang perusahaan kepada investor karena manajemen yang menjalankan dan mengelola kegiatan perusahaan. Prinsipal bertindak sebagai penyedia fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, sedangkan agen berkewajiban untuk mengelola dan menjalankan fungsi manajemen perusahaan. Dalam fungsi pengawasan, agen diwajibkan memberikan laporan secara periodik kepada prinsipal atas usaha yang telah dijalankannya. Sedangkan prinsipal melakukan penilaian terhadap kinerja agen melalui laporan 10

2 11 keuangan yang disampaikan. Di luar dari informasi laporan keuangan prinsipal membutuhkan informasi selain laporan keuangan yaitu informasi yang dalam hal ini sukarela berkaitan dengan penyampaian informasi pendukung perusahaan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada prinsipal. Suwardjono (2014:584) menyatakan bahwa, manajemen dan investor atau kreditor merupakan pihak yang terpisah dan hubungan kedua pihak tersebut dapat dipandang sebagai hubungan keagenan, dikhawatirkan akan terjadi asimetri informasi antara kedua pihak tersebut dengan manajemen sebagai pihak yang lebih menguasai informasi. Asimetri informasi mendorong para investor untuk melakukan pencarian informasi nonpublik secara individual yang mengakibatkan para investor tidak mempunyai informasi yang sama. Regulasi yang mewajibkan informasi tertentu diungkap secara publik akan mengurangi asimetri informasi baik antara manajemen dan investor maupun antara investor sendiri. Karena kepentingan sendiri (self-interest), manajemen cenderung enggan untuk mengungkapkan informasi yang dapat meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi kepentingan umum (public-interest). Oleh sebab itu, informasi yang disampaikan oleh pihak manajemen terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya bahkan mungkin disembunyikan karena manajemen cenderung melaporkan sesuatu yang memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Hal ini akan menyebabkan asimetri informasi yang terjadi antara principal dan agen yaitu dapat menyebabkan agen

3 12 untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. 2. Teori Signaling (Signalling Theory) Menurut Suwardjono (2014:583), teori signaling (Signalling Theory) melandasi sukarela. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Pengungkapan informasi sukarela dalam laporan tahunan perusahaan dapat memberikan sinyal positif ke publik, karena perusahaan mengungkapkan informasi yang lebih rinci yang tidak terdapat di laporan keuangan. Tetapi ketika perusahaan mengungkapkan informasi yang lebih sedikit kepada publik maka publik mengiterpretasikannya sebagai bad news signal. Tanggapan para investor terhadap sinyal positif dan negatif adalah sangat mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan berbagai cara dalam menanggapi sinyal tersebut, seperti memburu saham yang dijual atau melakukan tindakan dalam bentuk tidak bereaksi seperti wait and see atau tunggu dan lihat dulu perkembangan yang ada baru kemudian mengambil tindakan. Dan untuk dipahami keputusan wait and see bukan sesuatu yang tidak baik atau salah namun itu dilihat sebagai reaksi investor untuk menghindari timbulnya risiko yang lebih besar karena faktor pasar yang belum memberi keuntungan atau berpihak kepadanya (Irham, 2014:21).

4 13 Pengungkapan informasi diluar informasi keuangan perusahaan dapat membuat para investor memperoleh informasi yang lebih baik sesuai kondisi perusahaan sebenarnya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang maksimal. 3. Laporan Tahunan Menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 29 /POJK.04/2016 laporan tahunan adalah laporan pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris dalam melakukan pengurusan dan pengawasan terhadap emiten atau perusahaan publik dalam kurun waktu 1 (satu) tahun buku kepada rapat umum pemegang saham yang disusun berdasarkan ketentuan dalam peraturan otoritas jasa keuangan ini. Kewajiban penyampaian laporan tahunan emiten atau perusahaan publik diatur dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 29 /POJK.04/2016 dan Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. a. Komponen Laporan Tahunan Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 29 /POJK.04/2016 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Laporan tahunan perusahaan wajib memuat komponen-komponen sebagai berikut : a) Ikhtisar data keuangan penting; b) Informasi saham (jika ada); c) Laporan Direksi;

5 14 d) Laporan Dewan Komisaris; e) Profil Emiten atau Perusahaan Publik; f) Analisis dan pembahasan manajemen; g) Tata kelola Emiten atau Perusahaan Publik; h) Tanggung jawab sosial dan lingkungan Emiten atau Perusahaan Publik; i) Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit; dan j) Surat pernyataan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris tentang tanggung jawab atas Laporan Tahunan. b. Peraturan Terkait Penyajian Laporan Tahunan Kewajiban atas penyampaian laporan tahunan Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sedangkan, bagi Emiten atau Perusahaan Publik Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 29 /POJK.04/2016 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Penerbitan peraturan ini mencabut Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-431/BL/2012 tanggal 1 Agustus 2012 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Emiten dan Perusahaan Publik.

6 15 4. Pengungkapan a. Pengertian Pengungkapan (Disclosure) Menurut Suwardjono (2014:578) Secara konseptual, merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Pengungkapan (Disclosure) berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui statemen keuangan utama (Suwardjono, 2014:134). b. Jenis Pengungkapan Menurut Suwardjono (2014:583), jenis yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi kepada stakeholders berupa : 1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Pengungkapan wajib merupakan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya (Adi dan Basuki, 2013). Elemen - elemen wajib mencakup: 1) Neraca 2) Laporan laba rugi

7 16 3) Laporan perubahan ekuitas 4) Laporan arus kas 5) Catatan atas laporan keuangan 2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Menurut Suwardjono (2014:583), Pengungkapan sukarela adalah yang dilakukan perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen dengan pertimbangan kebijakan tertentu untuk menyampaikan informasi yang relevan kepada pengguna laporan tahunan terkait dengan aktivitas-aktivitas perusahaan. c. Keluasan dan Kerincian Pengungkapan Suwardjono (2014:581) menyatakan bahwa, hal ini berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi yang harus diungkapkan disebut tingkat (levels of disclosure). Evans (2003, hlm. 336 dalam Suwardjono 2014, hlm 581) mengidentifikasi tiga tingkat yaitu cukup (adequate disclosure), wajar atau etis (fair or ethical disclosure), dan penuh (full disclosure). Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan. Pengungkapan cukup adalah yang harus dipenuhi secara keseluruhan agar tidak menyesatkan bagi pemakai dalam mengambil keputusan. Pengungkapan wajar adalah yang wajar secara tidak langsung

8 17 merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak. Pengungkapan penuh menyangkut kelengkapan penyajian informasi yang diungkapkan secara relevan. Pengungkapan penuh memiliki kesan penyajian informasi secara melimpah. Sehingga beberapa pihak menganggapnya tidak baik. d. Fungsi atau Tujuan Pengungkapan Menurut Suwardjono (2014:580), tujuan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Namun dapat diwajibkan untuk tujuan melindungi (protective), informatif (informative), atau melayani kebutuhan khusus (differential). 1) Tujuan Melindungi Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang awam perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statemen keuangan. Dengan kata lain, dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan terbuka (unfair). 2) Tujuan Informatif Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan tingkat pemahaman tertentu. Dengan demikian,

9 18 diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. 3) Tujuan Kebutuhan Khusus Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut secara rinci. e. Pengukuran Indeks Pengungkapan Sukarela Luas sukarela diukur menggunakan pengukuran indeks sukarela. Prosedur penghitungan indeks sukarela setiap item perusahaan sampel dilakukan dengan langkah berikut (Delvinur, 2015) : a. Memberi skor untuk setiap item secara dikotomi, sebuah item diberi skor satu jika diungkapkan dan nol jika tidak diungkapkan. b. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total atas sukarela. c. Menghitung indeks sukarela (IPS) setiap perusahaan dengan cara membagi skor total yang diperoleh dengan skor total yang diharuskan untuk diungkapkan dalam laporan tahunan.

10 19 Secara sistematis rumus yang digunakan untuk mengukur Indeks Pengungkapan Sukarela yaitu : IPS = Semakin banyak item sukarela yang diungkapkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula angka indeks yang diperoleh perusahaan tersebut. Perusahaan dengan angka indeks sukarela yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan praktik secara lebih komprehensif dibanding perusahaan lain (Noor dan Andri, 2014). f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi sukarela banyak dilakukan, menurut beberapa penelitian terdahulu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap luas sukarela yaitu : 1) Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas Menurut Hery (2016:192) rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Perusahaan adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan menghasilkan keuntungan dengan cara menjual produk (barang dan/atau jasa) kepada para pelanggannya. Tujuan operasional dari sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalisasi profit, baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang.

11 20 Tujuan rasio profitabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan. Apabila perusahaan dapat mencapai rasio profitabilitas yang tinggi, maka akan mendorong pihak manajemen untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap sehingga mengurangi resiko adanya pandangan yang negatif dari pasar. Perusahaan yang dapat mencapai profitabilitas yang tinggi menggunakan informasi tersebut untuk menghindari penurunan harga saham. b. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas Hery (2016:192) menyatakan bahwa rasio profitabilitas tidak hanya berguna bagi perusahaan saja, melainkan juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dari rasio profitabilitas, baik bagi pihak pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, maupun para pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan perusahaan. Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara keseluruhan (Hery, 2016:192) : a) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. b) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

12 21 d) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. e) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. f) Untuk mengukur margin laba kotor atas penjualan bersih. g) Untuk mengukur margin laba operasional atas penjualan bersih. h) Untuk mengukur margin laba bersih atas penjualan bersih. c. Rumus Profitabilitas Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan Return on Asset (ROA), rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2016:193). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung ROA : ROA = 2) Leverage a. Pengertian Leverage Menurut Hery (2016:162), leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai

13 22 dengan utang. Dengan kata lain, rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban utang yang harus ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset. Dalam arti luas, rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi wajib mengungkapkan informasi keuangan yang lebih luas, karena untuk dapat memenuhi kewajiban kreditor akan informasi-informasi perusahaan. b. Tujuan dan Manfaat Leverage Hery (2016:164) menyatakan bahwa hasil perhitungan rasio leverage diperlukan sebagai dasar pertimbangan dalam memutuskan antara penggunaan dana dari pinjaman atau penggunaan dana dari modal sebagai alternatif sumber pembiayaan aset perusahaan. Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio leverage secara keseluruhan (Hery, 2016:164) : a) Untuk mengetahui posisi total kewajiban perusahaan kepada kreditor, khususnya jika dibandingkan dengan jumlah aset atau modal yang dimiliki perusahaan. b) Untuk mengetahui posisi kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap jumlah modal yang dimiliki perusahaan.

14 23 c) Untuk menilai kemampuan aset perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban, termasuk kewajiban yang bersifat tetap, seperti pembayaran angsuran pokok pinjaman beserta bunganya secara berkala. d) Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. e) Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh modal. f) Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang terhadap pembiayaan aset perusahaan. g) Untuk menilai seberapa besar pengaruh modal terhadap pembiayaan aset perusahaan. h) Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai jaminan utang bagi kreditor. i) Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai jaminan modal bagi pemilik atau pemegang saham. j) Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang. k) Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang jangka panjang. l) Untuk menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan (yang diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak) dalam membayar bunga pinjaman. m) Untuk menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan (yang diukur dari jumlah laba operasional) dalam melunasi seluruh kewajiban.

15 24 Melalui rasio Leverage, pemilik perusahaan dapat menilai kemampuan manajemen (selaku agen) dalam mengelola dana yang telah dipercayakannya, termasuk dalam hal pembiayaan aset perusahaan. Di sisi lain (melalui rasio leverage), pihak manajemen dapat memonitor dengan baik struktur modal perusahaan. Disamping pihak internal perusahaan tersebut, rasio leverage juga berguna bagi pihak eksternal perusahaan. Investor sangat berkepentingan terhadap rasio leverage, perusahaan terutama dalam hal pengembalian atas jumlah dana yang telah disetorkannya (termasuk pembagian dividen tunai) sedangkan kreditor berkepentingan dalam hal pengembalian jumlah pokok pinjaman beserta bunganya (Hery, 2016:165). c. Rumus Leverage Leverage dalam penelitian ini diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), rasio ini digunakan mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang. Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan kredit dan risiko keuangan debitor (Hery, 2016:168). Hery (2016:169) menyatakan bahwa, semakin tinggi debt to equity ratio maka berarti semakin kecil jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang.

16 25 Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung DER: DER = 3) Ukuran Perusahaan a. Pengertian Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan, ada tiga cara pengukuran alternatif yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya ukuran perusahaan, yaitu melalui ukuran aktiva, penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar (market capitalized) (Sri dan Dwi, 2011). Menurut suwardjono (2014:584), beberapa penelitian akademik menunjukkan bahwa makin besar perusahaan makin banyak sukarela yang diungkapkan. Dengan demikian, perusahaan besar cenderung akan mengungkapkan informasi yang lebih rinci dari pada perusahaan kecil. b. Rumus Ukuran Prusahaan Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aset, karena total aktiva lebih menunjukkan ukuran perusahaan dibandingkan kapitalisasi pasar (market capitalization). Jadi semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi atau semakin luas yang dilakukan perusahaan (Juhmani, 2013). Rumus ukuran perusahaan yaitu : Ukuran perusahaan = Total Aset

17 26 4) Porsi Kepemilikan Saham Publik a. Pengertian Porsi Kepemilikan Saham Publik Kepemilikan publik adalah kepemilikan masyarakat umum (bukan institusi yang signifikan) terhadap saham perusahaan publik dengan kata lain, porsi kepemilikan saham publik yaitu perbandingan jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh publik dengan yang dimiliki oleh perusahaan (Erna, 2013). Pemegang saham publik merupakan bagian dari para pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi untuk menganalisis imbal hasil atas investasi saham yang ditanamkan pada perusahaan tersebut, sehingga pemegang saham publik juga memiliki kepentingan terhadap informasi kelangsungan usaha perusahaan. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan saham publik terhadap perusahaan, maka para pemegang saham akan semakin menuntut perusahaan untuk meluaskan informasi secara sukarela. Hal ini membuat laporan tahunan perusahaan sebagai alat untuk pengawasan kinerja perusahaan juga semakin luas (Puruwita, 2012). b. Rumus Porsi Kepemilikan Saham Publik Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk menghitung porsi kepemilikan saham publik yaitu (Erna, 2013) : Porsi kepemilikan saham publik =

18 27 5. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi luas sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. Delvinur (2015) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh leverage, likuiditas, dan proporsi kepemilikan saham publik terhadap luas sukarela dalam laporan tahunan media publikasi peneitian ini adalah skripsi Universitas Negeri Padang. Hasil penelitian diperoleh bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap sukarela perusahaan sedangkan, Proporsi Kepemilikan Saham Publik dan leverage berpengaruh signifikan terhadap sukarela perusahaan. Hieu, et al (2015) dalam penelitian yang berjudul Factors Influencing the Voluntary Disclosure of Vietnamese Listed Companies media publikasi penelitian ini adalah Journal of Modern Accounting and Auditing. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa ukuran perusahaan dan kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap tingkat sukarela sedangkan, profitabilitas, leverage, kepemilikan Negara, kepemilikan manajerial, dewan independen, dualitas peran dan jenis auditor eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat sukarela. Adi Priguno dan P. Basuki Hadiprajitno (2013) dalam penelitian yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sukarela pada laporan tahunan media publikasi penelitian ini adalah jurnal akuntansi diponegoro. Hasil penelitian diperoleh bahwa kepemilikan saham publik dan

19 28 profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat laporan tahunan sedangkan pengaruh waktu (time effect), leverage, likuiditas dan umur perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat sukarela pada laporan tahunan. Bilal, et al (2013) dalam penelitian yang berjudul The association between firm specific characteristics and corporate disclosure: evidence from Pakistan media publikasi penelitian ini adalah Journal of Contemporary Issues in Business Research. Hasil penelitian diperoleh bahwa profitabilitas dan ukuran auditor berpengaruh positif terhadap pengukapan perusahaan sedangkan leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap perusahaan. Juhmani (2013) dalam penelitian yang berjudul Ownership Structure and Corporate Voluntary Disclosure: Evidence from Bahrain media publikasi penelitian ini adalah International Journal of Accounting and Financial Reporting. Hasil penelitian diperoleh bahwa ukuran perusahaan dan leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat sukarela, kepemilikan blockholder memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat sukarela. Sedangkan, kepemilikan manajerial, kepemilikan pemerintah dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tingkat sukarela. Made Satriajaya Krishna (2013) dalam penelitian yang berjudul tingkat likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, reputasi kantor akuntan publik dan sukarela pada manufaktur di Bursa Efek Indonesia media

20 29 publikasi penelitian ini adalah e-jurnal akuntansi Universitas Udayana. Hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap sukarela informasi laporan tahunan. Sehar, et al (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Determinants of Voluntary Disclosure in Annual Report: A Case Study of Pakistan media publikasi penelitian ini adalah Academy of Business & Scientific Research. Hasil penelitian diperoleh bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran KAP berpengaruh positif terhadap luas sukarela sedangkan leverage berpengaruh negatif terhadap luas sukarela. Agus Sumarnadi Nugroho (2012) dalam penelitian yang berjudul pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat keluasan laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia media publikasi penelitian ini adalah jurnal ilmu dan riset akuntansi. Hasil penelitian diperoleh bahwa rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan. Anita Yolanda Suta dan Herry Laksito (2012) dalam penelitian yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi luas informasi sukarela laporan tahunan media publikasi penelitian ini adalah jurnal akuntansi diponegoro. Hasil penelitian diperoleh bahwa ukuran perusahaan, leverage dan likuiditas berpengaruh terhadap luas informasi sukarela sedangkan umur perusahaan, ownership dispersion, net profit margin, return on equity, dan

21 30 proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap luas informasi sukarela. Rr. Puruwita Wardani (2012) dalam penelitian yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi luas sukarela media publikasi penelitian ini adalah jurnal akuntansi dan keuangan. Hasil penelitian diperoleh bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap luas sukarela laporan tahunan perusahaan sedangkan, leverage, porsi kepemilikan publik, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap luas sukarela laporan tahunan perusahaan. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti dan Tahun Judul penelitian 1. Delvinur (2015) Pengaruh leverage, likuiditas, dan proporsi kepemilikan saham publik terhadap luas sukarela dalam laporan tahunan 2. Hieu, et al (2015) Factors Influencing the Voluntary Disclosure of Vietnamese Listed Companies Media Publikasi Skripsi Universitas Negeri Padang Journal of Modern Accounting and Auditing. Hasil Penelitian Likuiditas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap sukarela perusahaan sedangkan, Proporsi Kepemilikan Saham Publik dan leverage berpengaruh signifikan terhadap sukarela perusahaan. Ukuran perusahaan dan kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap tingkat sukarela sedangkan,

22 31 3. Adi Priguno dan P. Basuki Hadiprajitno (2013) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sukarela pada laporan tahunan 4. Bilal, et al (2013) The association between firm specific characteristics and corporate disclosure: evidence from Pakistan. Jurnal akuntansi diponegoro Journal of Contemporary Issues in Business Research profitabilitas, leverage, kepemilikan Negara, kepemilikan manajerial, dewan independen, dualitas peran dan jenis auditor eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat sukarela. Kepemilikan saham publik dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat laporan tahunan sedangkan pengaruh waktu (time effect), leverage, likuiditas dan umur perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat sukarela pada laporan tahunan Profitabilitas dan ukuran auditor berpengaruh positif terhadap pengukapan perusahaan sedangkan leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap perusahaan. 5. Juhmani (2013) Ownership International Ukuran perusahaan

23 32 6. Made Satriajaya Krishna (2013) 7. Sehar, et al (2013) Structure and Corporate Voluntary Disclosure: Evidence from Bahrain Tingkat likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, reputasi kantor akuntan publik dan sukarela pada manufaktur di Bursa Efek Indonesia Determinants of Voluntary Disclosure in Annual Report: A Case Study of Pakistan. Journal of Accounting and Financial Reporting E-jurnal akuntansi Universitas Udayana Academy Business Scientific Research of & dan leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat sukarela, kepemilikan blockholder memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat sukarela. Sedangkan, kepemilikan manajerial, kepemilikan pemerintah dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tingkat sukarela. Tingkat likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap sukarela informasi laporan tahunan. Ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran KAP berpengaruh positif terhadap luas sukarela sedangkan leverage berpengaruh negatif terhadap luas

24 33 8. Agus Sumarnadi Nugroho (2012) 9. Anita Yolanda Suta dan Herry Laksito (2012) 10. Rr. Puruwita Wardani (2012) Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat keluasan laporan keuangan pada sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi luas informasi sukarela laporan tahunan Faktor-faktor yang mempengaruhi luas sukarela Jurnal ilmu dan riset akuntansi Jurnal akuntansi diponegoro Jurnal akuntansi dan keuangan sukarela. Rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, ukuran perusahaan dan saham publik berpengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan Ukuran perusahaan, leverage dan likuiditas berpengaruh terhadap luas informasi sukarela sedangkan umur perusahaan, ownership dispersion, net profit margin, return on equity, dan proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap luas informasi sukarela Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap luas sukarela laporan tahunan perusahaan sedangkan, leverage, porsi kepemilikan

25 34 Sumber: Penulis publik, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap luas sukarela laporan tahunan perusahaan. B. Rerangka Pemikiran 1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Profitabilitas menunjukkan kesuksesan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan return on asset (ROA) yaitu untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva untuk memperoleh laba optimal (Sehar et al, 2013). Rasio profitabilitas dapat menilai hasil kinerja perusahaan semakin tinggi rasio profitabilitas maka perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan perusahaan dengan rasio profitabilitas yang rendah. Tetapi ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan menjelaskan kepada investor meskipun perusahaan memiliki laba rendah namun perusahaan telah melakukan kinerjanya dengan baik, seperti telah mensejahterakan karyawan dan lingkungan sekitar perusahaan. Perusahaan dengan profitabilitas rendah juga akan terpacu untuk mengungkapkan informasi secara lebih luas karena untuk mengurangi risiko pandangan negatif pasar terhadap kualitas investasi perusahaan tersebut. Oleh karena itu profitabilitas rendah mendorong manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi perusahaannya secara lebih luas dan lebih rinci guna meyakinkan seluruh para pemangku kepentingan (Noor dan Andri, 2012).

26 35 Menurut teori sinyal, luas digunakan oleh pasar sebagai sinyal untuk menilai hasil kinerja perusahaan. Ketika perusahaan mengungkapkan lebih banyak informasi, maka pasar akan menilai perusahaan tersebut memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang berkinerja bagus salah satunya dapat dilihat melalui tingkat profitabilitasnya, perusahaan tersebut akan terdorong untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk memperlihatkan kualitas perusahaanya (Murcia dan Santos, 2010 dalam Adhika, 2012). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Noor dan Andri (2014), Puruwita (2012), Adi dan Basuki (2013), Bilal et al (2013), dan Sehar et al, 2013 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap luas sukarela, tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandy (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap luas sukarela. 2. Pengaruh Leverage terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Perusahaan dapat memperoleh pertambahan modal usaha yang diperoleh dari pihak eksternal yaitu berupa pinjaman dari kreditor. Penggunaan pinjaman tersebut tentunya menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor akan selalu memantau dan memerlukan informasi yang lebih luas mengenai keadaan keuangan perusahaan untuk meyakinkan kreditor bahwa perusahaan akan dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

27 36 Rasio leverage menunjukkan proporsi pendanaan yang dibiayai dengan utang. Leverage dalam penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio (DER) yaitu untuk menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi liabilitas kepada pihak luar (Agus, 2012). Semakin tinggi leverage semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan kepada krediturnya. Hal ini sesuai dengan teori agensi, yaitu hubungan keagenan antara principal (kreditor) dengan agennya (perusahaan). Kreditur akan mengawasi dan membutuhkan informasi mengenai keadaan finansial perusahaan untuk meyakinkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, maka akan semakin luas pula informasi yang diungkapkan perusahaan karena perusahaan memiliki kewajiban terhadap para investor dan untuk dapat menghilangkan keragu-raguan para kreditor (Delvinur, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agus (2012) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap luas sukarela. Hal ini bertentangan dengan penelitian Puruwita (2012) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap luas sukarela.

28 37 3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Secara umum, perusahaan besar cenderung akan mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan dengan perusahaan kecil tujuannya untuk menarik para calon investor di pasar modal (Nagina, 2005 dalam Nandi dan Ghosh, 2012). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total aset. Menurut teori keagenan perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang besar dibandingkan dengan perusahaan kecil maka, perusahaan besar cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi konflik keagenan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Eko dan Ira, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agus (2012), Anita dan Hery (2012), Puruwita (2012), Made (2013) dan Sehar, et al (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap luas sukarela, sedangkan penelitian Putu (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas sukarela. 4. Pengaruh Porsi Kepemilikan Saham Publik terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Kepemilikan saham oleh publik memberikan arti bahwa publik ikut memiliki saham perusahaan tersebut sebesar porsi saham yang dimilikinya, sehingga publik atau masyarakat juga merupakan pemilik yang menginginkan segala bentuk informasi mengenai perusahaan agar masyarakat mengetahui perkembangan dana yang dia tanamkan.

29 38 Teori agensi menyatakan bahwa semakin menyebar kepemilikan saham perusahaan, perusahaan diekspektasikan akan mengungkapkan informasi sukarela lebih banyak yang bertujuan untuk mengurangi biaya keagenan. Selain itu semakin banyak saham yang dijual ke publik maka tekanan yang dihadapi perusahaan akan semakin besar, karena publik akan menuntut informasi yang lebih luas kepada perusahaan. Ini dikarenakan semakin besar persentase kepemilikan publik, maka semakin besar pula kontrol publik terhadap kebijakan perusahaan. Sehingga publik memerlukan informasi sukarela lebih luas mengenai perusahaan yang bersangkutan untuk memantau perkembangan perusahaan (Leony, 2011 dalam Delvinur, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi dan Basuki (2013), Erna (2013) dan Delvinur (2015) yang menyatakan porsi kepemilikan saham publik berpengaruh signifikan terhadap luas sukarela, tetapi hal ini bertentangan dengan penelitian Puruwita (2012) yang menyatakan bahwa porsi kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap luas sukarela. Dari uraian diatas dapat digambarkan dalam rerangka pemikiran teoritis sebagai berikut: Profitabilitas Leverage Ukuran Perusahaan Porsi Kepemilikan Saham Publik H1 (+) H2 (+) H3 (+) H4 (+) Luas Pengungkapan Sukarela Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran

30 39 C. Hipotesis Sebagai jawaban sementara atas masalah yang akan diteliti maka hipotesis yang diajukan yaitu : H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap luas sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. H2 : Leverage berpengaruh positif terhadap luas sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. H4 : Porsi kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas sukarela dalam laporan tahunan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. transparan terutama pada perusahaan yang melakukan penawaran umum. Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

BAB I PENDAHULUAN. transparan terutama pada perusahaan yang melakukan penawaran umum. Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di Indonesia yang semakin pesat menuntut perusahaan emiten untuk lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaan agar dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pada era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang tidak menentu, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia membutuhkan kajian teori sebagai berikut: khusunya informasi tersebut merupakan berita baik (good news).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia membutuhkan kajian teori sebagai berikut: khusunya informasi tersebut merupakan berita baik (good news). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap keluasan laporan tahunan pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan merupakan sebuah teori yang mendasari atas berbagai aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan. Hubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya terdapat laporan

BAB II LANDASAN TEORI. laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya terdapat laporan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Tahunan Laporan tahunan adalah suatu dokumen yang diterbitkan tiap tahun suatu perusahaan yang berisi laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. Penelitian ini dilandasi oleh teori-teori yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela, teori tersebut meliputi: teori keagenan (agency theory), teori sinyal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information). Apabila dikaitkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi adalah sebuah teori yang menjelaskan hubungan antara dua belah pihak yang berbeda kepentingan. Pihak pertama berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas operasional usahanya. Sementara terdapat pihak yang memiliki kelebihan dana (investor-kreditor)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public. Perusahaan yang terdaftar di

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public. Perusahaan yang terdaftar di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, dunia perekonomian mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan perekonomian akan menempatkan setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. leverage, dan likuiditas terhadap pengungkapan sukarela. sektor bank di Brazil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. leverage, dan likuiditas terhadap pengungkapan sukarela. sektor bank di Brazil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti pengaruhukuran perusahaan, leverage, dan likuiditas terhadap pengungkapan sukarela. 1. Liana Maria Forte (2015)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian laporan keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang tidak menentu, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih transparan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau agent) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham atau principal) seringkali terjadi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia bisnis di Indonesia berjalan beriringan dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya memiliki tujuan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori pensignalan (signalling theory) melandasi dari pengungkapan sukarela (Soewardjono, 2005). Manajemen selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS 14 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Relevansi Nilai Setiap perusahaan sudah pasti memiliki laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut sebagai tanggung jawab dan keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di Indonesia, wajib menyampaikan laporan perusahaannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya. Investor menanamkan

Lebih terperinci

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar A. Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Harahap (2008:201), laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan perusahaan untuk menjadi perusahaan go public di. dikeluarkan perusahaan sebagai dasar pertimbangan investor.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan perusahaan untuk menjadi perusahaan go public di. dikeluarkan perusahaan sebagai dasar pertimbangan investor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan perusahaan untuk menjadi perusahaan go public di Indonesia sekarang ini menjadi semakin pesat. Untuk dapat lebih bersaing, perusahaan dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahwa perusahaan tersebut lebih baik dibandingkan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahwa perusahaan tersebut lebih baik dibandingkan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Tori 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal menjelaskan bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. principal bekerja dengan agent dimana principal menyediakan fasilitas dan. agent(jensen dan Meckling, 1976 dalam Supriyatin

BAB II LANDASAN TEORI. principal bekerja dengan agent dimana principal menyediakan fasilitas dan. agent(jensen dan Meckling, 1976 dalam Supriyatin BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Agency Teori keagenan merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principal dan agent. Hubungan keagenan muncul ketika principal bekerja dengan agent dimana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Teori ini menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Keagenan (Agency theory) Teori keagenan merupsksn salah satu cara untuk lebih memahami ekonomi informasi dengan mem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya kepada masyarakat (go public) melalui pasar modal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya kepada masyarakat (go public) melalui pasar modal. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berubahnya kondisi lingkungan ekonomi di Indonesia banyak berpengaruh pada dunia usaha. Saat ini sudah banyak perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat (go

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Transaksi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Transaksi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari refleksi berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan (annual report) pada dasarnya adalah sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena mengenai modal intelektual di Indonesia mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset tidak berwujud (Ulum, 2009:3). Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi 1 BAB 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan wajib mengenai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB II 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. Landasan Teori 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Agency Theory (Teori Keagenan) Agency Theory menjelaskan tentang hubungan kontraktual antarapihak yang mendelegasikan pengambilan keputusan tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapakn informasi perusahaannya. Salah satu media perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapakn informasi perusahaannya. Salah satu media perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi keuangan sangat dibutuhkan oleh pihak yang berkepentingan dalam suatu perusahaan guna mengetahui kinerja dari sebuah perusahaan. Perusahaan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari penelitian mengenai kelengkapan pengungkapan serta

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari penelitian mengenai kelengkapan pengungkapan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan (annual report) pada dasarnya adalah sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai kebutuhan utama setiap perusahaan. Hal tersebut ditandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan cara yang digunakan oleh suatu entitas untuk menggambarkan bagaimana kondisi entitas tersebut terutama mengenai posisi keuangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai sumber informasi bagi para investor untuk mengevaluasi, (disclosure) yang disajikan dalam laporan tahunan.

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai sumber informasi bagi para investor untuk mengevaluasi, (disclosure) yang disajikan dalam laporan tahunan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan kondisi ekonomi banyak berpengaruh terhadap lingkungan usaha. Untuk dapat bersaing, perusahaan dituntut untuk lebih transparan dalam mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen kepada pemegang saham dijelaskan dalam agency theory.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen kepada pemegang saham dijelaskan dalam agency theory. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk berlangsungnya Pasar Modal yang efisien

Lebih terperinci

BAB II PENGUNGKAPAN SUKARELA, NILAI PERUSAHAAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II PENGUNGKAPAN SUKARELA, NILAI PERUSAHAAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II PENGUNGKAPAN SUKARELA, NILAI PERUSAHAAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pengungkapan Suwardjono (2008) mendefinisikan pengungkapan sebagai penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang telah go public diharuskan untuk membuat laporan keuangan. Laporan keuangan sendiri berisi informasi keuangan dari perusahaan tersebut, seperti kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan dan mengelola kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era global seperti sekarang ini telah mengalami banyak kemajuan yang cukup pesat disegala bidang tak terkecuali dalam dunia usaha. Tentu kondisi ini menjadi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (agen yang mengatur manajemen sebuah usaha) dan principal (pemilik usaha). Pemilik usaha disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Stakeholder (stakeholder theory) Konsep tanggung jawab sosial telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an yang secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling dalam Brigham dan Houston (2010) mendefinisikan agency theory adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki posisi penting dalam perekonomian nasional karena pasar modal memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian sebuah negara kepada pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menjelaskan mengenai timeliness pada laporan keuangan perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menjelaskan mengenai timeliness pada laporan keuangan perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut dipaparkan hasil penelitian terkait indikator dan hasil beragam yang menjelaskan mengenai timeliness pada laporan keuangan perusahaan. a. Sigit

Lebih terperinci

samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan

samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, setiap lembaga pemerintah maupun swasta, perusahaan, para analis, kreditor, investor dan masyarakat sangat membutuhkan informasi. Informasi

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan menggambarkan suatu hubungan antara pemegang saham

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan menggambarkan suatu hubungan antara pemegang saham BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Agency Theory Teori keagenan menggambarkan suatu hubungan antara pemegang saham (principals) dan manajemen (agent). Manajemen merupakan pihak yang dikontrak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. perbedaan yang mendukung penelitian berikut ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. perbedaan yang mendukung penelitian berikut ini: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dari berbagai industri. Semua industri akan berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dari berbagai industri. Semua industri akan berlomba-lomba untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi adalah era di mana semua hal dan segala industri di dunia akan mengikuti era globalisasi saat itu. Ini akan menimbulkan persaingan yang sangat ketat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Referensi-Referensi Penunjang dan Jurnal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Referensi-Referensi Penunjang dan Jurnal 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Referensi-Referensi Penunjang dan Jurnal Penelitian tentang tentang analisis faktor faktor yang mempengaruhi audit timeliness pada perusahaan property and real estate yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya kegiatan operasi bisnis dan pertumbuhan investasi yang sangat pesat saat ini dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, sehingga investor memerlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. internal yang mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Setiap perusahaan go

BAB 1 PENDAHULUAN. internal yang mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Setiap perusahaan go BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini dunia usaha semakin berkembang pesat hal ini ditandai dengan perusahaan baru yang mulai banyak bermunculan sehingga memperketat persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini beserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi (Agency Theory) merupakan teori keagenan dimana pemegang saham sebagai prinsipal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis yang ketat pada abad ini mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh investor, kreditor, dan pengguna lainnya dalam menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh investor, kreditor, dan pengguna lainnya dalam menganalisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun perusahaan yang telah go public menerbitkan laporan keuangannya sebagai pertanggungjawabannya kepada pemilik modal dan pemerintah. Laporan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Sebelum melanjutkan bahasan tenatang analisis terhadap rasio keuangan ini sebelumnya harus mengetahui terlebih dahulu mengenai arti dari Return on Assets, Return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan. Laporan keuangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan. Laporan keuangan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan tahunan adalah sumber informasi bagi investor sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dalam pasar modal, juga sebagai sarana pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan alat penguji untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Menurut Baridwan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat di indonesia pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat di indonesia pada saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat di indonesia pada saat ini dan kondisi ekonomi yang tidak menentu banyak berpengaruh pada dunia usaha. saat ini sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dianggap oleh

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dianggap oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dianggap oleh pihak eksternal sebagai suatu sinyal yang dapat menggambarkan prospek perusahaan ke depan. Pihak eksternal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sub bab ini, menjelaskan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Teori ini menjelaskan hubungan antara principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Teori ini menjelaskan hubungan antara principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis. 1. Agency Teori Teori ini merupakan dasar yang digunakan perusahaan memahami corporate governance. Teori ini menjelaskan hubungan antara principal (pemilik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan pendanaan agar dapat mengikuti perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan pendanaan agar dapat mengikuti perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan membutuhkan pendanaan agar dapat mengikuti perkembangan yang terjadi serta melakukan ekspansi. Sumber pendanaan tersebut dapat didapat dari dalam perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakai. Pemakai yang dimaksud dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan sudah mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1) Bird In The Hand Theory Teori bird in the hand adalah salah satu teori dalam kebijakan dividen, teori ini dikembangkan oleh Myron Gordon (1956) dan John Lintner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN MASALAH BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN MASALAH 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (2002:63), Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Terdapat perusahaan yang terdaftar di pemerintah dan ada pula

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil utama dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat untuk melakukan evaluasi atas suatu kinerja perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi keuangan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada seberapa besar tingkat pengungkapan (disclosure) laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada seberapa besar tingkat pengungkapan (disclosure) laporan keuangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan pihak-pihak di luar manajemen mengetahui kondisi perusahaan tersebut. Informasi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan saja, namun juga memiliki pengaruh ke pihak-pihak lain, seperti kreditur, investor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalankan aktivitas bisnis, semua perusahaan memerlukan dana. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang cukup, akan sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat di mana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia perekonomian di Indonesia yang sangat pesat, kebutuhan akan informasi yang lengkap, tepat waktu, dan berkualitas tentang suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Kinerja keuangan diukur dengan profitabilitas, menurut Warsono (2003) Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, karena melalui pasar modal tersebut perusahaan dapat memperoleh sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Tahunan Dalam keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor Kep/431/BL/2012 menyatakan bahwa emiten wajib menyampaikan laporan keuangan yang terangkum pada laporan tahunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci