PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS KUALITAS AIR AKIBAT KERAMBA JARING APUNG DI DANAU TOBA DUSUN SUALAN DESA SIBAGANDING KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

Bab V Hasil dan Pembahasan

Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Sumatera Utara (

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

Kondisi Kualitas Air Danau Toba di Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

BAB 2 BAHAN DAN METODA

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia 20155

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Carrying Capacity) DANAU SIAIS TERHADAP KEGIATAN KERAMBA JARING APUNG TESIS OLEH IMELDA SARI HARAHAP /PSL

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DANAU TOBA KECAMATAN HARANGGAOL, KABUPATEN SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA SKRIPSI

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

BAB 2 BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

ABSTRAK. Kata kunci: Danau Buyan, Keramba Jaring Apung, Fitoplankton.

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

Sumatera Utara, ( Universitas Sumatera Utara

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN POLONIA

DAMPAK AKTIVITAS WISATA TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI OBYEK WISATA NAGORI KARANG ANYER KECAMATAN GUNUNG MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

KUALITAS AIR SUNGAI BELAWAN KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Bagi

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

STATUS TROFIK PERAIRAN RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna memperoleh gelar Sarjana Sains

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET

PEMANFAATAN TUMBUHAN IRIS AIR (Neomarica gracillis) SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI AIR LIMBAH RUMAH TANGGA ABSTRAK

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

Kualitas air disekitar lokasi budi daya ikan di Desa Paslaten Kabupaten Minahasa

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Potensi budidaya ikan di Waduk Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat: Kajian kualitas fisika kimia air

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR

ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN DI SUNGAI SAMBAS KECAMATAN SEBAWI KABUPATEN SAMBAS UNTUK USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

Bab V Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

PERBANDINGAN MAKROZOOBENTHOS DI LOKASI KERAMBA JARING APUNG DENGAN LOKASI YANG TIDAK MEMILIKI KERAMBA JARING APUNG SKRIPSI MUHAMMAD FADLY AGUSTIAN

KAJIAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI RIAM KANAN Studi Kasus Sungai Riam Kanan Di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

METODE PENELITIAN. Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi

BAB III BAHAN DAN METODE

PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN DANAU KELAPA GADING KOTA KISARAN KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI NATHASYA ZAHARUDDIN

Kualitas Air Waduk Manggar Sebagai Sumber Air Baku Kota Balikpapan Ira Tri Susanti 1*, Setia Budi Sasongko 2, Sudarno 2

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PANTAI SEI NYPAH KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA RIZKI EKA PUTRA

Transkripsi:

1 PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN (Determination of Water Quality in Waters Tigaras of District Dolok of Pardamean, Simalungun) Luly Nanda Arista (1), Budi Utomo (2), Zulham Apandy Harahap (3) (1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155, email : ndaandaristaa@gmail.com (2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 (3) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 ABSTRACT Tigaras waters is one of Lake Toba area which is used as a tourist area, ferry ports and floating net cage aquaculture activities which could effect water quality in Tigaras. The research to determine the value of the parameter of physic, chemistry, biology and water quality based on the quality standard PP RI No. 82/2001 on water quality management and water pollution control. This research was done on June to July 2016. The study used purposive random sampling method. There were four first station (port), the second station (cages), the third station (tourist), and fourth station (control). Value parameter of physics, chemistry and biology, among others temperature 26 o C 29 o C, TSS 54-56 mg/l, TDS 25-27,5 mg/l, brightness 180-198 m, ph 7,2-7,65, DO 5,35-6,45 mg/l, BOD 0,9-2,85 mg/l, COD 2,812-8,90565 mg/l, nitrate 0,5 mg/l, phosphote 0,19-0,51 mg/l, total coliform 65,9 2505 MPN/100ml. Water quality based on standard class one and class two is being polluted with respective value are -25 and -15, while based on standard class three is not polluted or meet quality standard value. Keywords : water quality, Storet method, Tigaras waters PENDAHULUAN Danau sebagai salah satu habitat air tawar memiliki fungsi yang sangat penting sebagai pencegah kekeringan dan banjir, perikanan, pariwisata serta penyedia air bersih. Melihat pada fungsi dan peranan danau bagi manusia, maka danau juga tidak terlepas dari pencemaran akibat aktivitas manusia. Kegiatan masyarakat di sekitar danau, seperti budidaya (keramba jaring apung), dermaga pelabuhan penyeberangan (pelayaran), dan pariwisata dapat mempengaruhi kualitas air perairan. Pengetahuan mengenai kondisi kualitas perairan danau yang dicerminkan oleh nilai konsentrasi beberapa parameter kualitas air, baik secara fisika, kimia maupun secara biologis sangat diperlukan dalam merancang pengelolaan dan pengendalian pencemaran perairan. Penilaian ini pada dasarnya dilakukan dengan membandingkan nilai parameter kualitas air dari hasil pengukuran di lapangan dengan baku mutu perairan sesuai peruntukannya yang berlaku di Indonesia, yakni mengacu pada PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Silalahi, 2009). Tigaras terletak di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten

2 Simalungun, merupakan salah satu tujuan wisata di kawasan Danau Toba. Tidak hanya sebagai daerah wisata, perairan Danau Toba di Nagori Tigaras juga dijadikan sebagai tempat budidaya ikan yaitu dengan keramba jaring apung serta merupakan dermaga penyeberangan menuju pulau Samosir. Adanya aktivitas masyarakat seperti wisata, budidaya (keramba jaring apung) dan pelayaran yang dilakukan di perairan Tigaras dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kualitas perairan dan faktor fisika, kimia dan biologi yang ada pada perairan tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui kondisi perairan di Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2016 di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit Kelas I Medan dan Laboratorium Pengujian Kualitas Lingkungan BINALAB Medan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel lapangan pada penelitian ini adalah botol sampel air, ember 5 liter, meteran, termometer air raksa, Secchi disk, ph meter, GPS, cool box, pipet tetes, jarum suntik, gelas beaker, botol winkler, alat tulis dan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air perairan Tigaras dan bahan kimia untuk titrasi MnSO 4, KOH-KI, H 2 SO 4 dan Na 2 S 2 O 3 dan amilum. Deskripsi Area a. Stasiun 1 Stasiun ini merupakan pelabuhan penyeberangan kapal. Stasiun I terletak pada koordinat 2 º 47 53.01 LU dan 98 º 47 20.91 BT. b. Stasiun 2 Stasiun ini merupakan daerah budidaya system Karamba Jaring Apung milik warga. Stasiun II berada diantara pelabuhan penyeberangan kapal dan daerah wisata. Stasiun II terletak pada koordinat 2 º 47 53.38 LU dan 98 º 47 2.19 BT. c. Stasiun 3 Stasiun ini merupakan daerah wisata dengan kegiatan seperti memancing, renang, duduk santai dan banana boat. Stasiun III terletak pada koordinat 2 º 48 04.87 LU dan 98 º 46 48.35 BT. d. Stasiun 4 Stasiun IV merupakan daerah kontrol, pada stasiun ini tidak terdapat aktivitas masyarakat dan dikelilingi oleh pepohonan dan bebatuan. Stasiun IV terletak pada koordinat 2 º 48 11.82 LU dan 98 º 46 41.18 BT. Pengambilan Data Parameter Fisika Kimia dan Biologi Pengambilan data parameter fisika dan kimia dilakukan dengan pengukuran di lapangan dan di laboratorium dengan mengambil sampel air. Sebelumnya ditentukan sebanyak empat stasiun pengamatan dengan masing-masing dua kali ulangan untuk setiap parameter yang diukur pada setiap stasiun. Parameter fisika, kimia dan biologi yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1.

3 Tabel 1. Pengukuran parameter kualitas air Tempat Parameter Satuan Alat Analisis Fisika Suhu 0 C Termometer In Situ Kecerahan m Secchi disk In Situ TDS mg/l - Ex Situ TSS mg/l - Ex Situ Kimia Nitrat mg/l - Ex Situ Fosfat mg/l - Ex Situ ph - ph meter In Situ DO mg/l metode Winkler In Situ BOD mg/l metode Inkubasi Ex Situ COD mg/l metode Refluks Ex Situ Biologi Total Coliform mg/l - Ex Situ Analisis Data Parameter Kualitas Air Nilai parameter fisika dan kimia perairan yang diperoleh dibandingkan dengan kriteria mutu air dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Parameter Kualitas Air Hasil pengukuran parameter kualitas air perairan Tigaras dapat Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Mutu Air Bedasarkan PP No. 82/2001 Parameter Fisika Suhu Satuan o C Kelas I II III Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 TSS mg/l 50 50 400 Kecerahan meter - - - TDS mg/l 1000 1000 1000 Kimia DO mg/l 6 4 3 ph - 6-9 6-9 6-9 BOD mg/l 2 3 6 COD mg/l 10 25 50 Nitrat (NO 3 -N) mg/l 10 10 20 Fosfat (PO 4 -P) mg/l 0.2 0.2 1 Biologi Total Coliform Jml/100 ml 1000 5000 10000 dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat terlihat parameter-parameter pada setiap stasiun tidak jauh berbeda. Tabel 3. Rata-Rata Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Perairan Tigaras Parameter Baku Mutu I II III Satuan 1 Pelabuhan 2 KJA Stasiun 3 Wisata 4 Kontrol Fisika Suhu Deviasi Deviasi Deviasi 3 3 3 C 27 27 28.75 26.5 TSS 50 50 400 mg/l 56.5 56 56 54 TDS 1000 1000 1000 mg/l 26 25 26.5 27.5 Kecerahan - - meter 198.5 194 198 185 Kimia ph 6-9 6-9 6-9 - 7.65 7.2 7.25 7.25 DO 6 4 3 mg/l 5.35 5.6 5.75 6.45

4 BOD 2 3 6 mg/l 2.85 1.25 1.05 0.9 COD 10 25 50 mg/l 8.90 3.90 3.28 2.81 Nitrat (NO3-N) 10 10 20 mg/l 0.50 0.50 0.50 0.50 Fosfat (PO4-P) 0.2 0.2 1 mg/l 0.375 0.51 0.295 0.19 Biologi Total Coliform 1000 5000 10000 MPN/100ml 1759 2505 1715 65.9 Parameter Fisika Suhu Hasil pengukuran suhu air selama penelitian memperlihatkan bahwa suhu air pada masing-masing stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 26 o C 29 o C. Rata-rata suhu air tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 28,75 o C dan rata-rata suhu air terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 26,5 o C. Grafik suhu pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 2. Grafik TSS TDS (Total Dissolved Solid) Nilai rata-rata TDS teringgi terdapat pada stasiun IV yaitu 27,5 mg/l dan rata-rata TDS terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 25 mg/l. Grafik TDS pada setiap Gambar 3. Gambar 1. Grafik Suhu TSS (Total Suspended Solid) Hasil pengukuran TSS air selama penelitian pada masing-masing stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi yaitu berkisar antara 54-56,5 mg/l. Rata-rata TSS air tertinggi terdapat pada stasiun I (56,5 mg/l) dan rata-rata TSS terendah terdapat pada stasiun IV (54 mg/l). Grafik nilai TSS pada setiap Gambar 2. Gambar 3. Grafik TDS Kecerahan Nilai rata-rata kecerahan teringgi terdapat pada stasiun I dan III yaitu 198,5 m dan 198 m dan rata-rata kecerahan terendah terdapat pada stasiun II dan IV yaitu 194 dan 185 m. Grafik kecerahan pada setiap

5 Gambar 4. di perairan begitu juga sebaliknya. Grafik DO pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 4. Grafik Kecerahan Parameter Kimia ph Air Nilai rata-rata ph Rata-rata nilai ph tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 7,65 dan nilai rata-rata ph terendah terdapat pada stasiun II sebesar 7,2. Grafik p ph pada setiap Gambar 5. Gambar 6. Grafik kelarutan oksigen BOD 5 (Biochemical Oxygen Demand) Hasil pengukuran BOD nilai berkisar antara 0,9 2,85 mg/l. Rata-rata nilai BOD tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 2,85 mg/l dan rata-rata nilai BOD terendah terdapat pada stasiun IV sebesar 0,9 mg/l. Grafik BOD pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 5. Grafik ph air Kelarutan Oksigen (Dissolved Oxygen) Hasil pengukuran DO pada setiap lokasi penelitian memiliki nilai yang tidak jauh berbeda, berkisar antara 5,35 6,45 mg/l.. Rata-rata nilai DO tertinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 6,45 mg/l dan rata-rata nilai DO terendah terdapat pada stasiun I sebesar 5,35 mg/l. Nilai DO sangat erat kaitannya dengan BOD dan COD karena semakin tinggi BOD dan COD akan menyebabkan berkurangnya DO Gambar 7. Grafik BOD COD (Chemical Oxygen Demand) Hasil dari pengukuran ratarata COD antar stasiun bekisaran 2,812 8,90565 mg/l. Rata-rata COD air tertinggi pada stasiun I sebesar 8,90565 dan rata-rata nilai COD terendah terdapat pada stasiun IV sebesar 2,812 mg/l. Grafik BOD pada setiap Gambar 8.

6 Gambar 8. Grafik COD Nitrat Nilai nitrat yang diperoleh dari pengukuran memiliki rata-rata 0,5 mg/l. Setiap stasiun memiliki kadar nitrat 0,5 mg/l. Grafik nitrat pada setiap Gambar 9. Gambar 10. Grafik Fosfat Parameter Biologi Total Coliform Nilai total coliform tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 2505 MPN/100 ml. Nilai terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 65,9 MPN/100 ml. Grafik total coliform pada setiap Gambar 11. Gambar 9. Grafik Nitrat Fosfat Nilai rata-rata fosfat teringgi terdapat pada stasiun II yaitu 0,51 mg/l dan rata-rata fosfat terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 0,19 mg/l. Nilai fosfat yang terdapat pada perairan Tigaras berkisar antara 0,19 0,375 mg/l yang menunjukan bahwa kandungan fosfat tersebut berada di atas ambang batas baku mutu air. Grafik fosfat pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 11. Grafik total coliform 2. Status Mutu Air Hasil pengukuran kualitas air dengan menggunakan metode storet di perairan Tigaras dapat dilihat pada tabel 4 yang menunjukan bahwa untuk baku mutu kelas I pada stasiun I, II dan III tercemar berat, stasiun IV tercemar ringan dan keseluruhan danau tercemar sedang. Untuk baku mutu kelas II pada stasiun I, II, III dan keseluruhan danau tercemar ringan, stasiun IV tercemar sedang. Dan untuk baku mutu kelas III semua stasiun tidak tercemar dan memenuhi baku mutu.

7 Tabel 5. Kualitas Air dengan Metode Storet Stasiun Kelas 1 2 3 4 Keseluruhan Perairan S KA S KA S KA S KA S KA I -45 TB -37 TB -35 TB -5 TR -25 TS II -17 TS -15 TS -15 TS -5 TR -15 TS III 0 TT 0 TT 0 TT 0 TT 0 TT Keterangan : S = Skor, KA = Kualitas Air, TB = Tercemar Berat, TS = Tercemar Sedang TR = Tercemar Ringan TT= Tidak Tercemar Pembahasan 1. Parameter Kualitas Air Kondisi rata-rata nilai suhu air pada perairan Tigaras masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh organisme akuatik dan baik untuk kegiatan budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tatangindatu dkk (2013), suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidaya, kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28-32 o C. Hal ini menunjukan bahwa keadaan suhu air di perairan Tigaras masih layak dan memenuhi syarat untuk dilakukan kegiatan usaha budidaya ikan. Nilai TSS pada setiap stasiun melewati baku mutu kelas I, II, dan III yang tidak dianjurkan untuk kegiatan perikanan khususnya ikan hias yang sensitif terhadap kenaikan nilai TSS.Tingginya nilai TSS pada setiap stasiun diakibatkan oleh pada saat pengambilan sampel pertama terjadi hujan yang menyebabkan upwelling pada perairan sehingga padatan tersuspensi naik ke atas permukaan perairan. Nilai TSS yang tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan ikan budidaya terganggu, untuk itu diupayakan agar TSS tidak mengalami peningkatan. Hal ini seperti pada pernyataan Aisyah dan Luki (2012) bahawa peningkatan padatan tersuspensi dapat membunuh ikan secara langsung. Tingginya nilai TDS pada stasiun IV yang merupakan daerah kontrol yang hanya terdapat bebatuan dan tidak adanya aktivitas masyarakat disebabkan oleh terjadinya hujan pada saat pengambilan sampel pertama sehingga membawa padatan terlarut yang berasal dari erosi tanah dan dibawa oleh aliran air menuju danau. Chandra dkk. (2012) menyatakan bahwa dalam air alami, padatan terlarut yang terutama terdiri dari karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, kalium, besi dan mangan. Mereka berasal dari pembubaran atau pelapukan batuan dan tanah, termasuk pembubaran kapur, gipsum dan tanah mineral lainnya perlahan terlarut di dalam air. Hasil pengukuran sampel nilai kecerahan terendah pada stasiun IV yang merupakan daerah kontrol disebabkan pepohonan disekitar stasiun pengamatan menghalangi masuknya cahaya kedalam perairan. Nilai kecerahan di stasiun II lebih rendah daripada stasiun I dan III disebabkan adanya kegiatan budidaya sistem KJA pada stasiun I dapat memberi pengaruh terhadap tingkat kecerahan perairan. Sulardiono (2009) menyatakan penurunan tingkat kecerahan akibat dari kegiatan keramba jaring apung disebabkan oleh sisa pakan yang tersuspensi.

8 Perairan Tigaras memiliki nilai rata-rata ph antar stasiun berada pada kisaran 7,2 7,65, secara umum nilai ph yang didapatkan masih dalam kisaran toleransi biota perairan. Hal ini sesuai dengan penelitian Barus (2004) di perairan Danau Toba bahwa pengukuran terhadap nilai ph air di lokasi pengamatan menunjukkan bahwa ph air berkisar antara 7,7-7,9. Secara umum nilai ph yang didapatkan masih dalam kisaran toleransi biota perairan. Tingginya kandungan DO pada stasiun IV disebabkan karena pengukurannya dilakukan pada saat siang hari dengan kedalaman relatif dangkal. Dan rendahnya kandungan DO pada stasiun I disebabkan oleh pengukurannya dilakukan pada pagi hari yang biasanya organisme air seperti fitoplankton memanfaatkan O 2 terlarut dalam air untuk proses respirasi. Hal ini didukung oleh penelitian Ayu (2009) di Situ Rawa Besar Depok, bahwa tingginya kandungan oksigen terlarut diduga berhubungan dengan kelimpahan fitoplankton yang tinggi. Selain itu, disebabkan karena pengukurannya yang dilakukan siang hari dengan kedalaman air di stasiun tersebut relatif dangkal. Kandungan oksigen terlarut yang rendah diduga karena pada stasiun terdapat hamparan tanaman air yang memanfaatkan O 2 terlarut di perairan untuk respirasi dan pada saat itu pengukuran DO dilaksanakan pada pagi hari. Kandungan DO yang tinggi pada stasiun IV juga diakibatkan karena stasiun ini merupakan daerah kontrol yang bebas dari aktivitas masyarakat sehingga kondisi perairan di daerah ini tidak terganggu dan masih baik. Nilai BOD tertinggi pada stasiun I mengindikasikan bahwa banyaknya kandungan bahan organik di stasiun I yang merupakan pelabuhan penyeberangan kapal selain itu stasiun I terletak berdekatan dengan stasiun II yang merupakan budidaya keramba jaring apung. Bahan organik ini diduga berasal dari aktivitas pelayaran dan perikanan yang menghasilkan limbah ke perairan, sedangkan pada stasiun IV memiliki nilai BOD terendah dikarenakan stasiun IV merupakan daerah kontrol yang belum terdapat aktivitas manusia yang menyebabkan kandungan bahan organik lebih sedikit dari stasiun lainnya. Hal ini didukung Agustiningsih dkk (2011) yang menyatakan bahwa limbah domestik mempunyai karakteristik antara lain apabila BOD dan COD tinggi disebabkan karena adanya aktivitas industri yang membuang limbah ke perairan. Tingginya nilai COD pada stasiun I yang merupakan pelabuhan penyeberangan disebabkan oleh limbah domestik yang sukar terdegradasi secara biologi berupa tumpahan minyak dari aktivitas pelayaran, sedangkan nilai terendah COD terdapat pada stasiun IV yang merupakan daerah kontrol yang belum terdapat aktivitas manusia. Hal ini sesuai dengan Soraya dkk (2014) yang menyatakan nilai COD yang cenderung tinggi menunjukan bahwa bahan organik yang ada di perairan lebih banyak berada dalam bentuk yang sukar terdegradasi secara biologis. Nilai nitrat yang didapat yaitu sebesar 0,5 mg/l dikarenakan aktivitas yang terjadi pada setiap stasiun tidak menyumbang pasokan limbah terlalu banyak ke peraian, hal ini juga didukung bahwa perairan Tigaras merupakan bagian dari wilayah Danau Toba yang termasuk ke dalam perairan oligotropik yang memiliki kadar nitrat sebesar 0-1 mg/l. Menurut Sinurat (2009), kadar nitrat yang rendah di peraian disebabkan oleh kurangnya pasokan limbah yang mengandung bahan organik dari luar yang meningkatkan kadar nitrat.

9 Didukung oleh pernyataan Effendi (2003), bahwa perairan oligotropik memiliki kadar nitrat sebesar 0-1 mg/l. Tingginya nilai fosfat pada stasiun II yang merupakan daerah budidaya keramba jaring apung disebabkan oleh hasil dekomposisi sisa pakan maupun sisa metabolisme ikan pada KJA yang terbuang ke danau. Apabila jumlah pakan yang diberikan pada KJA semakin tinggi maka semakin tinggi juga limbah yang akan terbuang ke badan air baik sebagai limbah pakan maupun limbah sisa metabolisme ikan. Hal ini didukung hasil penelitian Tobing (2014) yaitu, nilai konsentrasi fosfat yang tinggi bersumber dari hasil dekomposisi sisa pakan maupun sisa metabolisme ikan pada KJA yang terbuang ke danau. Berdasarkan hasil yang didapat diketahui bahwa nilai rata-rata total coliform stasiun I, II, dan III lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun IV, hal ini disebabkan karena pada stasiun I, II, dan III terdapat aktivitas seperti pelayaran, budidaya keramba jaring apung dan daerah wisata yang menghasilkan limbah yang mengalir ke perairan sehingga mengandung bahan organik yang cukup tinggi sebagai sumber kehidupan mikroorganisme. Sedangkan, pada stasiun IV yang merupakan daerah kontrol tidak terdapat aktivitas yang menghasilkan limbah ke perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (2003), kehadiran mikroba patogen di dalam air akan meningkat jika jumlah kandungan bahan organik di dalam air cukup tinggi, yang berfungsi sebagai tempat dan sumber kehidupan mikroorganisme. 2. Status Mutu Air Kualitas air yang ditentukan dari nilai parameter fisika, kimia dan biologi perairan dilakukan dengan menggunakan metode Storet untuk memperoleh total skor yang menunjukan status mutu air. Skor parameter kualitas air untuk baku mutu kelas I setiap stasiun diperoleh secara berurut -45, -37, -35, dan -5. Dan untuk keseluruhan perairan diperoleh nilai -25 yang artinya perairan dalam keadaan tercemar berat. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 dapat dikatakan perairan tersebut tidak cocok digunakan sebagai bahan baku air minum. Skor parameter kualitas air untuk baku mutu kelas II setiap stasiun diperoleh secara berurut -17, -15, -15, dan -5. Dan untuk keseluruhan perairan diperoleh nilai -15 yang artinya perairan dalam keadaan tercemar sedang. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 dapat dikatakan perairan tersebut tidak cocok digunakan sebagai prasarana/sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan pertanaman. Skor parameter kualitas air untuk baku mutu kelas III untuk seluruh stasiun diperoleh nilai 0 yang artinya perairan dalam keadaan tidak tercemar atau kondisi nya memenuhi nilai baku mutu. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 dapat dikatakan perairan tersebut dapat digunakan sebagai pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan pertanaman. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Nilai parameter fisika pada perairan Tigaras yaitu : suhu berkisar antara 26 o C 29 o C, TSS berkisar antara 54-56 mg/l, TDS berkisar antara 25-27,5 mg/l, dan kecerahan 180-198 m. Nilai parameter kimia pada perairan Tigaras yaitu : ph air berkisar antara 7,2-7,65, DO beriksar antara 5,35-6,45 mg/l, BOD berkisar antara 0,9-2,85 mg/l, COD berkisar antara 2,812-8,90565 mg/l, nitrat sebesar 0,5 mg/l dan fosfat berkisar antara

10 0,19-0,51 mg/l. Nilai parameter biologi yaitu total coliform berkisar antara 65,9 2505 MPN/100ml. 2. Status kualitas air perairan Tigaras berdasarkan baku mutu kelas I dan kelas II dengan nilai masing-masing yaitu -25 dan -15 dihitung menggunakan Metode storet termasuk dalam kategori tercemar sedang, sedangkan berdasarkan baku mutu kelas III adalah tidak tercemar atau memenuhi nilai baku mutu dengan nilai nol menggunakan metode storet. Saran Perairan Tigaras dapat dijadikan sebagai lokasi kegiatan perikanan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Perlu dilakukan penelitian tentang daya dukung keramba untuk memastikan berapa keramba yang dapat dibuat dan penelitian tentang daya dukung ekowisata memastikan kegiatan wisata tidak menggangu kondisi alami dari danau secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, S dan L Subehi. 2012. Pengukuran dan Evaluasi Kualitas Air Dalam Rangka Mendukung Pengelolaan Perikanan di Danau Limboto. Pusat Penelitian Limnologi. Prosiding Seminar Limnologi VI. Agustiningsih, D., S. B. Sasongko dan Sudarno. 2011. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Belukar Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 9 (1). Ayu, W.F. 2009. Keterkaitan Makrozoobenthos Dengan Kualitas Air dan Substrat di Situ Rawa Besar, Depok. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Barus, T.A. 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 11 (2): 64 72 Chandra, S., A. Singh dan P. K. Tomar. 2012. Assessment of Water Quality Values in Porur Lake Chennai Hussain Sagar Hyderabad and Vihar Lake Mumbai India. Chemical Science Transactions. 1 (3). Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanasius. Yogyakarta. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 2003. [Keputusan Menteri Lingkungan Hidup] Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. [Peraturan Pemerintah Republik Indonesia] Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta. Soraya, Z. Hanafiah dan Y. Windusari. 2014. Analisis Fisika Kimia Perairan untuk Mendeteksi Kualitas Perairan Sungai Rambang Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. 7 (2): 43-46.

11 Sulardiono, B. 2009. Analisis Dampak Budidaya Ikan Sistem KJA terhadap Tingkat Saprobitas Perairan di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. PENA Akuatika. 1 (1): 55-56. Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. Alumni. Tatangindatu, F., K. Ockstan dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano Desa Paleloan Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan. 1 (2): 8-19. Tobing, S.L. 2014. Analisis Kualitas Air Akibat Keramba Jaring Apung di Danau Toba Dusun Sualan Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.