BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. optimal bagi manusia. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia, membagi

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

Tidur dan Ritme Sirkadian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia sehat, dalam Indonesia sehat diharapkan setiap warga negara Indonesia tinggal dalam

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

SKRIPSI SULASTRI J

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik pada saluran nafas terhadap partikel atau gas berbahaya (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2013). Definisi terbaru PPOK menekankan bahwa PPOK adalah penyakit sistemik dengan manifestasi luar paru seperti miopati, osteoporosis, anemia, dan depresi. PPOK juga terkait dengan komorbid penyakit kardiovaskuler dan penyakit keganasan. Prevalensi dan mortalitas PPOK meningkat lebih cepat dalam dua dekade terakhir. Diperkirakan pada tahun 2020 PPOK menyusul stroke sebagai penyebab kematian tertinggi ketiga di dunia. (Owens & Malhotra, 2010). Negara berkembang seperti Indonesia, terjadi transisi epidemiologi penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Insidensi penyakit tidak menular tersering yaitu penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, penyakit vaskuler perifer, keganasan dan PPOK meningkat dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Ini disebabkan ketidaktahuan individu terhadap paparan faktor risiko. Peningkatan usia harapan hidup juga memunculkan penyakit kronis dan disabilitas yang menimbulkan beban kesehatan. Tahun 2004, 34,5% penduduk Indonesia adalah perokok dan 28,4% diantaranya merokok tiap hari (Pradoyo, 2010). 1

2 Penyakit paru obstruksi kronik termasuk penyakit kronik yang dapat berdampak psikologis, baik depresi maupun ansietas. Gangguan kesehatan mental seperti gejala depresi dan ansietas pada pasien PPOK, menimbulkan gangguan tidur atau sering disebut insomnia. Hasil penelitian Astori (2009), menunjukkan bahwa PPOK berhubungan dengan insomnia dan masalah tidur lainnya. Gangguan tidur tentunya dapat memperburuk kondisi fisik penderita serta memperlambat proses pemulihan pasien. Kualitas tidur berkaitan dengan jenis atau tipe tidur Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM). Kualitas tidur mengandung arti kemampuan individu untuk dapat tetap tidur dan bangun dengan jumlah tidur REM dan tidur NREM yang sesuai. Kualitas tidur yang baik akan ditandai antara lain dengan tidur yang tenang, merasa sangat segar saat bangun tidur dan individu merasa penuh semangat untuk melakukan aktivitas hidup lainnya. Kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti usia, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress psikologis, alkohol, diet, merokok, motivasi dan keadaan sakit (Kozier, 2009). Keadaan sakit dan dirawat di rumah sakit sering kali terjadi dua hal yang berlawanan, disatu sisi pasien mengalami peningkatan kebutuhan tidur untuk mempercepat proses pemulihan, sementara disisi yang lain pola tidur pasien yang menjalani rawat inap dapat dengan mudah berubah atau mengalami gangguan pola tidur sebagai akibat kecemasan akan kondisi sakitnya atau akibat rutinitas rumah sakit (Potter & Perry, 2005). 2

3 Kualitas tidur yang buruk akan mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lambat menghadapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi. Masalah tidur pada seseorang biasanya ditandai dengan sulit untuk mulai tidur, tidur gelisah, sering terbangun atau periode bangun tidur panjang (Lanywati, 2006). Pengaruh lain yang dapat terjadi akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tidur antara lain pasien sering menjadi letih, lelah dan mempunyai kemampuan pengendalian yang buruk terhadap emosinya (Kozier, 2009). Dampak lain yang ditimbulkan akibat kualitas tidur yang buruk dapat memberikan pengaruh yang jelek terhadap fisik, kemampuan kognitif, dan gangguan psikologis sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup, kehidupan sehari-hari, memperberat keluhan penyakit serta memperpanjang lama perawatan (Lanywati, 2006). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, dari data rekam medik RSUP Sanglah Denpasar jumlah penderita PPOK yang di rawat selama kurun waktu tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 jumlah pasien PPOK yang dirawat sebanyak 675 orang, tahun 2013 menjadi 789 orang dan pada semester pertama tahun 2014 terdapat 543 pasien. Rata-rata pasien PPOK yang dirawat setiap bulannya sebanyak 20-35 orang pasien. Pasien yang dirawat tersebar dibeberapa ruangan seperti ruang Angsoka II dan ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar. Hasil wawancara kepada 10 orang pasien PPOK tentang kondisi fisik dan psikologis selama dirawat, keluhan yang paling sering disampaikan selama menjalani rawat inap adalah sesak nafas, lemas, tidak bisa beraktivitas, sulit tidur, 3

4 sering terbangun dan sulit untuk tidur kembali. Pasien mengatakan sulit memulai tidur atau sering terbangun karena sesak, batuk dan juga karena mendengar suara kereta perawat ketika melaksanakan tindakan keperawatan. Upaya yang dilakukan selama ini dalam mengurangi keluhan yang disampaikan pasien adalah melalui pemberian obat yang bertujuan membuat pasien mudah tertidur dan tenang, namun dampak yang ditimbulkan pemberian obat dalam jangka waktu yang lama tidak baik untuk proses pemulihan pasien. Upaya lain yang mungkin dapat dilakukan adalah melalui cara non farmakologi salah satunya adalah relaksasi nafas dalam. Relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat meningkatkan kualitas tidur, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Brunner & Suddart, 2002). Seseorang yang mengalami frustasi, stress atau gangguan pikiran serta gangguan tidur agar sesering mungkin menarik nafas panjang (Astori, 2009). Hal ini terkait dengan ketika seseorang dibebani masalah, suplai oksigen ke paru paru dan darah menjadi berkurang. Mengambil oksigen menarik nafas dalam saat pikiran sedang kacau bisa membantu menenangkan diri sendiri (Lanywati, 2006). Menarik nafas panjang, tahan dan buang pelan-pelan dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak oksigen sehingga pikiran lebih tenang, rileks dan secara tidak langsung akan membuat kualitas tidur lebih baik. 4

5 Penelitian yang serupa dengan penelitian ini adalah penelitian dari Utami pada tahun 2012, yang berjudul pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap kualitas tidur lansia di Banjar Abian Kapas Kaja Denpasar. Desain penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen, dengan jenis Pretest-Postest With Control Group Design dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara Quota sampling dengan menggunakan analisis data Wilcoxon Signed Rank Test. Dari hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap kualitas tidur lansia di Banjar Abian Kapas Kaja Denpasar (p<0,05). Perbedaan antara penelitian Utami, dengan penelitian ini terletak pada subjek penelitian. Subjek pada penelitian ini adalah pasien PPOK sedangkan subjek penelitian Utami (2012) adalah Lansia. Penelitian lain yang serupa dengan penelitian ini adalah penelitian Mayanti (2010), tentang pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus di ruang Abimayu RSUD Sanjiwani Gianyar. Desain penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen, dengan jenis Pretest-Postest With Control Group Design dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara Quota sampling dengan menggunakan analisis data Paired-t test. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan relaksasi nafas dalam, dimana tingkat kecemasan pasien sebelum diberikan relaksasi nafas dalam sebesar 78,4%, tingkat kecemasan setelah hari pertama pemberian perlakukan sebesar 56,8%, hari kedua perlakuan menjadi 42,8% dan setelah hari ketiga pemberian nafas dalam tingkat kecemasan pasien menurun sampai 18,6%. Perbedaan antara penelitian Mayanti, dengan 5

6 penelitian ini terletak pada subjek penelitian dan variabel terikat. Subjek pada penelitian ini adalah pasien PPOK sedangkan subjek penelitian Mayanti adalah pasien diabetes mellitus. Variabel terikat pada penelitian Mayanti adalah tingkat kecemasan sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah kualitas tidur. Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap kualitas tidur pasien PPOK di RSUP Sanglah Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut Apakah ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap kualitas tidur pasien PPOK di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap kualitas tidur pasien PPOK di RSUP Sanglah Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kualitas tidur sebelum diberikan relaksasi nafas dalam (prettest) pada pasien PPOK di RSUP Sanglah Denpasar. b. Mengidentifikasi kualitas tidur setelah diberikan relaksasi nafas dalam (posttest) pada pasien PPOK di RSUP Sanglah Denpasar 6

7 c. Menganalisis pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap kualitas tidur pasien PPOK di RSUP Sanglah Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah: a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai evidence base tentang pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap kualitas tidur pasien PPOK. b. Sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut terutama dalam penggunaan teknik non farmakologi yaitu relaksasi nafas dalam untuk membantu memenuhi kebutuhan rasa nyaman pasien. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat secara praktis dari penelitian ini meliputi: a. Bagi perawat Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada perawat akan pentingnya pemberian relaksasi nafas dalam sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan. b. Bagi pasien Pemberian relaksasi nafas dalam dapat membantu dalam proses pemulihan pasien sehingga lama perawatan tidak panjang. 7