BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas, persaingan dalam dunia bisnis tidak. bisa dihindarkan lagi. Bahkan persaingan tersebut kian hari kian

PENGARUH ATMOSFER TOKO TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengajukan pertanyaan pada responden. Metode survei dalam

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan. Hal ini terlihat dari semakin banyak bermunculannya pusat UKDW

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

Perbaikan Atmosfer Plaza Purwakarta Berdasarkan Perbandingan dengan Toserba Yogya Purwakarta

Peranan Store Atmosphere Dalam Meningkatkan Keputusan Pembelian

DETERMINAN ATMOSFER KAFE UNIK DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami. peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini.

Analisa Faktor Suasana Toko (Store Atmosphere) Pada Distro Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KUBIK KOFFIE PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang berada pada sistem perekonomian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menghidupi banyak orang dan memberi banyak keuntungan bagi sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. keinginan saja, tetapi juga mencakup pengharapan konsumen, dan hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KOPI SELASAR BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan di Indonesia diikuti pula dengan. perkembangan di bidang ekonomi. Sejalan dengan kemajuan tersebut

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENELITIAN. pengembangan hipotesis penelitian ini. Uraian dalam bab ini mencakup teori

BAB II KERANGKA TEORI. persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih,

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN BONG KOPITOWN. Maria Stefany Harsono. C. Handoyo Wibisono. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Philip Kotler (2006;6) pengertian manajemen pemasaran secara sosial, yaitu:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

II. LANDASAN TEORI. barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. kegiatan usaha manajemen yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian kecil dari kegiatan pemasaran. Pemasaran harus secara

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Toko PD MEMEY adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERSEPSI STORE ATMOSPHERE NANNY S PAVILLON HOME (Studi Deskriptif Pada Konsumen Nanny s Pavillon Home Bandung)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI ULANG. Studi Kasus pada Konsumen Mirota Batik SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Retailing (eceran) adalah kegiatan menyalurkan barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik

BAB I PENDAHULUAN. tempat pariwisata yang menarik. Berdasarkan data. Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, hingga bulan September 2011 sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Muhammad Fakhri Rijal 1 & AMA Suyanto, Ir., MBA, DBA 2 ABSTRAK

Struktur Dasar Bisnis Ritel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

BAB I PENDAHULUAN. Ritel adalah sebuah set aktivitas bisnis untuk menambahkan nilai pada produk

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. naik, dengan omset penjualan naik maka pendapatan akan naik dan berakibat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB V. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis yang telah. dikemukakan pada bab bab terdahulu mengenai hubungan rancangan suasana toko

BAB II KERANGKA TEORI. Kerangka teori merupakan kemampuan seorang peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian. Pengecer yang kini melihat ke masa depan harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS. Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan zaman saat ini, terjadi peningkatan yang signifikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA SWALAYAN JADI BARU DI KEBUMEN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, perekonomian Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan eceran. Di banyak Negara, termasuk negara-negara industri terkemuka seperti Prancis, Inggris, dan AS, bisnis eceran merupakan salah satu sektor utama perekonomian yang mendatangkan keuntungan besar. Dimana, bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang menghidupi banyak orang dan memberi banyak keuntungan bagi sementara orang lainnya. Hendri Ma ruf ( 2005: xiii) Industri eceran merupakan suatu kegiatan usaha yang menjual langsung produknya pada konsumen akhir berupa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dimana pada mulanya toko kelontong, yang menjadi salah satu alternatif utama dalam mendirikan Pasar Swalayan (Supermarkets). Pasar Swalayan (Supermarkets) sebagai alternatif lain yang menyediakan beraneka ragam barang kebutuhan sehari-hari secara eceran dan lengkap. Kegiatan ritel merupakan salah satu profesi yang paling menantang dan paling tua saat ini. Sebagian orang menghubungkan kegiatan ritel dengan belanja, dan peritel dengan staf penjualan. Namun pada kenyataannya, kegiatan ritel lebih dari sekedar menjual dan berbelanja, memenuhi hak dasar menjadi langkah dasar 1

2 yang penting bagi setiap peritel. Lynda Wee Keng Neo dan Cynthia Ng-Tang Lai Mun (200: 1) Disamping itu menurut Hendri Ma ruf (2005: 7) bahwa peritel sebagai matarantai perdagangan, dalam pengertian lazimnya yaitu peritel atau retailer adalah mata rantai terakhir dalam proses distribusi. Peritel merupakan mitra dari agen atau distributor yang memiliki nama wholesaler (pedagang partai besar), dimana arti pasar besar disini adalah volume. Menurut Hendri Ma ruf (2005:9 ) bahwa sejak pertengahan tahun 1990-an banyak produsen besar dan banyak distributor besar yang terjun langsung ke bisnis ritel. Peritel kecil yang berkembang menjadi peritel besar mempunyai pengaruh pada perubahan produk yang diproduksi oleh produsen. Micky Mouse merupakan jenis toko Swalayan yang berada di pusat kota Wonosobo dan letaknya sangat strategis, oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menganalisa store atmosphere Micky Mouse, dimana penataan toko di Micky Mouse mempunyai keunikan tersendiri. Banyaknya jenis usaha dalam retail maka konsumen akan lebih leluasa untuk menentukan dan mempertimbangkan dalam memilih toko yang akan dijadikan tempat berbelanja. Micky Mouse tentu menyadari hal itu sepenuhnya dan antisipasi yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelayanan yang optimal kepada konsumen, menyediakan barang-barang yang lengkap dengan harga yang terjangkau konsumen serta melakukan penataan store atmosphere dengan baik, dengan harapan dapat meningkatkan minat beli konsumenya

3 Rancangan store atmosphere merupakan suatu strategi penting untuk menciptakan suasana toko yang aman dan nyaman, sehingga menciptakan image tertentu dari toko dan mempengaruhi emosi konsumen untuk berbelanja di tempat tersebut. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi suatu pasar swalayan mempertimbangkan store atmosphere sebagai salah satu aspek dalam menghadapi persaingan untuk menarik dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Elemen utama dari rancangan store atmosphere menurut Berman dan Evans (1995: h.550) adalah Exterior, General Interior, Store Layout dan Interior Point of Purchase Displays. Berdasarkan pengamatan kegiatan berbelanja yang dilakukan oleh konsumen bukan hanya kegiatan untuk membeli barang-barang kebutuhan saja tetapi juga kegiatan pengisi waktu, hiburan, kontak sosial, rekreasi atau bahkan pelepas stress. Atmosphere toko mempangarui konsumen dari keinginan untuk melihat-lihat saja menjadi membeli produk yang disediakan toko. Atas dasar ini penulis mengambil judul Pengaruh Rancangan Store Atmosphere Terhadap Minat Beli konsumen Di Swalayan Mickey Mouse Wonosobo 1.2. Identifikasi Masalah Terciptanya rancangan Store Atmosphere yang baik tergantung dari seberapa baik retail mengenal kebutuan dan keinginan konsumenya dan seberapa jauh kebijakan rancangan store atmosphere mempengarui minat beli konsumenya.

4 Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penataan rancangan Store Atmosphere yang diciptakan oleh Swalayan Micky Mouse wonosobo? 2. Bagaimana penilaian konsumen terhadap penataan rancangan store atmosphere Swalayan Micky Mouse Wonosobo? 3. Sejauh mana penataan rancangan Store atmosphere mempengarui minat beli di Swalayan Micky Mouse Wonosobo? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis di Swalayan Micky Mouse adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui rancangan Store Atmosphere yang diciptakan Swalayan Micky Mouse. 2. Untuk mengetahui bagaimana Penilaian konsumen terhadap penataan store atmosphere di Swalayan Micky Mouse. 3. Untuk mengungkap apakah dengan penataan store atmosphere menarik minat beli konsumen di Swalayan Micky Mouse.

5 1.4. Kerangka Pemikiran Pengertian Atmosphere yaitu suatu lingkungan yang di dikemas dengan tujuan tertentu yang terdiri dari rangkaian visual, perasaan dan pendengaran yang dapat merangsang seseorang untuk mencapai tujuanya. Dalam mempertahankan dan menarik miat beli konsumen, maka berbagai upaya dilakukan oleh perusahaan mulai dari keputusan ragam produk dan pelayanan sampai menciptakan suasana toko (store atmosphere) yang menarik. Hal ini dapat dilakukan dengan merancang desain interior yang baik, store layout yang baik, serta interior pop display yang baik pula, diantaranya seperti: penerangan toko yang baik, kebersihan toko, keteraturan lalu lintas di dalam toko, kenyamanan temperatur ruangan toko, musik yang mengalun dan lain-lain. Rancangan store atmosphere yang baik diharapkan dapat menciptakan nilai positif yang dapat menarik minat beli dan memberikan kenyamanan bagi konsumen. Elemen rancangan store atmosphere dapat digunakan untuk membangun image dan menarik minat beli konsumen. Elemen rancangan store atmosphere yang dikemukakan oleh Berman dan Evans (1995:550) terdiri dari

6 Gambar 1.1 Diagram Elemen Store Atmosphere Exterior - Store front - Visibility - Marquee - Uniqueness - Entrances - Surrounding stores - Display windows - Surounding area - Height of building - Parking - Size of building - Congestion General Interior - Flooring - Dead area - Colors - Personnel - Lighting - Self-service - Scents and sounds - Merchandise - Fixtures - Price (Levels and - Wall textures displays) - Temperature - Cash register place- - Width of aisles ment - Dressing facilities - Technology / Moder- - Vertical transportation nization - Cleanliness Store Layout - Alocation of floor space for selling, merchandise, personnel and customer - Product grouping - Traffic flow - Space / merchandise category - Departement locations - Arrangements within departements Interior Point of Purchase Displays - Assortment - Cut cases and dump bins - Theme-setting - Mobiles - Ensamble - Posters, sign and cards - Racks and cases - Wall decorations Sumber: Barry Berman and Joel R. Evans (1995:550)

7 Untuk itu perusahaan harus mengetahui store atmosphere yang bagaimana yang konsumen inginkan, berikut bagan tentang bagaimana store atmosphere berpengaruh terhadap miat beli konsumen: Gambar 1.2 Skema Kerangka Pemikiran

8 Proses pembelian berkaitan erat dengan minat beli dan pengaruh lingkungan. minat beli adalah prediksi yang meliputi kapan, dimana dan bagaimana konsumen bertindak terhadap suatu produk maupun merk dan dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu pengaruh situasi lingkungan merupakan faktor penting yang dapat menimbulkan minat beli konsumennya, di dalam lingkungan eceran seperti pasar swalayan hal yang perlu diperhatikan yaitu store atmosphere termasuk di dalamnya tata letak dan peragaan produk dan barang juga area pembelian di dalam toko (interior point of purchase). Pokok paling penting di sini adalah untuk menyadari cara di mana pertimbangan situasi ini dapat mempengaruhi pilihan dan untuk menghindari situasi yang tidak menguntungkan seperti kehabisan stok dan peragaan yang tidak memadai.