Respon Beberapa Galur Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif Terhadap Cendawan Rhizoctonia solani (Kuhn)

dokumen-dokumen yang mirip
INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS/GALUR SORGUM TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA. Soenartiningsih dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc) PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

II. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

Pengaruh Waktu Inokulasi dan Jumlah Inokulum Terhadap Patogenisitas Phytophthora nicotianae pada Bibit Tembakau

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

BAHAN DAN METODE. Bahan

PENGARUH PUPUK KALIUM TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA PEMBIBITAN KARET

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

PENGGUNAAN JAMUR ANTAGONIS

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang pada bulan Agustus

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

BAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Agrobioteknologi dan di Lahan

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA

SKRIPSI OLEH : DESMAN KARIAMAN TUMANGGER Universitas Sumatera Utara

KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI)

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

Transkripsi:

Respon Beberapa Galur Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif Terhadap Cendawan Rhizoctonia solani (Kuhn) Dany Wahyu Nafriana 1, Serafinah Indriyani 1, dan Yusmani Prayogo 2 1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang 2 Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), Malang Alamat korespondensi : dhanney91@gmail.com ABSTRAK Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang banyak mengandung karbohidrat. Rhizoctonia solani merupakan salah satu patogen tular tanah yang mampu menggagalkan panen sorgum. Penelitian bertujuan untuk mempelajari respon beberapa galur sorgum koleksi Balai Penelitian Kacang - kacangan dan Umbi - umbian (Balitkabi) terhadap cendawan R. solani. Penelitian dilaksanakan mulai Oktober 2012 sampai Juni 2013 di laboratorium dan rumah kasa hama penyakit Balai Penelitian Kacang kacangan dan Umbi umbian (Balitkabi). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), 12 galur sorgum dengan perlakuan inokulasi cendawan R. solani diulang sebanyak 3 kali untuk tiap galurnya, sedangkan untuk kontrol yaitu tanpa pemberian cendawan. Data dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa inkubasi cendawan R. solani berlangsung dari 4 sampai 42 hari. Diperoleh tiga galur sorgum yang menunjukkan masa inkubasi terpendek, yaitu galur nomor 3 (4 hari), 4 (5 hari), dan 10 (6 hari). Berdasarkan tingkat serangan R. solani mengindikasikan bahwa galur nomor 1, 6, 7, 8 dan 12 merupakan galur yang sangat tahan terhadap cendawan R. solani. Galur rentan tidak didapatkan dalam penelitian ini. Kata kunci : rentan, Rhizoctonia solani, sorgum, tahan, 12 galur ABSTRACT Sorgum is one of the cereals that contain lot of carbohydrates. Disease is one of the limiting factors in efforts to increase production of sorgum. Rhizoctonia solani is a soil-borne pathogen which is able to fail the sorgum harvest. The aim of the research was to study the responses of some sorghum line against invasion of R. solani. The research was conducted from October 2012 to June 2013 in the laboratory and screen house pest of Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute (ILETRI). The research was designed using randomized block design (RBD) with three replications. The treatments were inoculated and un-inoculated (control). Data were analyzed using SPSS 16.0 for Windows. The results showed that the incubation period of the fungus R. solani between 4 to 42 days. The shortest incubation period was resulted by line 3 (4 days), 4 (5 days), and 10 (6 days). However, based on the infection rate of R. solani showed that line number 1, 6, 7, 8 and 12 were resistant to the pathogen. Susceptible line was not found in this study. Keywords: resistant, Rhizoctonia solani, sorgum, susceptible, 12 lines PENDAHULUAN Komoditi pangan yang mempunyai prospek dan nilai ekonomi cukup baik yang dapat dikembangkan di Indonesia salah satunya adalah sorgum. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan salah satu tanaman serealia yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan tumbuh. Seluruh bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan, seperti biji dapat digunakan sebagai bahan pangan ataupun pakan ternak, daun untuk hijauan pakan ternak, dan batang sebagai penghasil nira [1]. Masalah yang dihadapi dalam budidaya sorgum adalah adanya serangan penyakit tanaman, salah satunya adalah serangan patogen Rhizoctonia solani. R. solani merupakan patogen tular tanah yang banyak menyerang tanaman pertanian, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi, serta mampu bertahan dalam tanah dengan waktu yang panjang dalam bentuk sklerotia [2]. R. solani dapat menyerang benih, kecambah, maupun bagian tanaman yang lain. Adanya serangan menyebabkan daun layu sehingga biji matang prematur dan berukuran 43

kecil dengan bobot ringan [3]. Hal ini menyebabkan kerugian bagi petani. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruh pemberian R. solani terhadap 12 galur tanaman sorgum koleksi Balitkabi, sehingga didapatkan galur sorgum yang tahan terhadap serangan R. solani. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 12 galur sorgum, perlakuan inokulasi cendawan diulang sebanyak 3 kali, sedangkan untuk kontrol yaitu tanpa inokulasi cendawan. Media pertumbuhan R. solani. Media pertumbuhan yang digunakan adalah PDA (Potato Dextrose Agar). Media dibuat dengan menyiapkan kentang sebanyak 200 g yang telah dikupas dan dicuci, lalu direbus dengan 1 L aquades hingga lunak. Selanjutnya disaring, air hasil saringan ditambah dengan 20 g agar komersial dan 20 g glukosa, kemudian direbus kembali hingga mendidih dan diaduk. Selanjutnya dituang ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditutup dengan kapas, disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121 o C dan tekanan 1 atm selama 30 menit. Selanjutnya media PDA dituang ke dalam cawan Petri steril berdiameter 10 cm dan tinggi 1 cm, masing-masing ± 10 ml. Perbanyakan R. solani. Hifa dan sklerotia R. solani diambil menggunakan jarum oose steril, kemudian diinokulasikan ke dalam media PDA baru dan diinkubasi dalam suhu ruang selama ± 14 hari. Kegiatan dilakukan secara aseptis. Persiapan penanaman. Tanah digemburkan, gulma yang tumbuh dibersihkan. Tanah dimasukkan ke dalam polybag ukuran panjang x lebar x tinggi = 20x40x40 cm 3 dan diisi tanah ± 5 kg. Pengaplikasian R. solani pada sorgum. Tiga puluh enam biakan R. solani dalam cawan Petri diencerkan dengan 3600 ml aquades steril, dihomogenkan, lalu disaring. Sklerotium diambil dan dimasukkan dalam suspensi. Suspensi diaduk hingga homogen. Selanjutnya dipartisi dalam kantong plastik ukuran 10x17 cm 2 sebanyak 100 ml. Satu kantong plastik disiramkan merata pada satu polybag. Penyiraman dilakukan pada sore hari beberapa saat setelah benih sorgum ditanam. Setiap polybag ditanam 15 benih sorgum. Pengamatan. Pengamatan meliputi masa inkubasi yaitu sejak inokulasi hingga muncul 44 awal serangan, evaluasi dengan interval 1 minggu setelah inokulasi (msi) sampai 6 msi. Variabel pengamatan meliputi jumlah tanaman yang terserang pada tiap perlakuan, kejadian penyakit, tinggi tanaman dan jumlah daun yang terbentuk, dan daya tumbuh tanaman. Kejadian penyakit dihitung menggunakan rumus sebagai berikut [4] : % Kejadian penyakit = h h 100% Berdasarkan nilai % kejadian penyakit, diperoleh nilai rata rata intensitas serangan. Nilai rata-rata intensitas serangan digunakan sebagai acuan untuk menentukan ketahanan (Tabel 1). Tabel 1. Skoring tingkat serangan penyakit dan kategori ketahanan[5] Persentase Serangan (%) Kategori 0 10 >10 20 >20 40 > 40 60 > 60-100 Sangat tahan (ST) Tahan (T) Agak Tahan (AT) Rentan (R) Sangat Rentan (SR) Analisis data. Analisis data meliputi uji normalitas distribusi data, jika tidak normal maka dilakukan uji nonparametrik menggunakan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Uji lanjutan dilakukan jika terdapat perbedaan pada taraf signifikansi 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu yang dibutuhkan R. solani untuk menyerang sorgum dan ketahanan sorgum terhadap cendawan. Faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman adalah serangan hama dan penyakit. Salah satu penyakit tanaman yang menyerang tanaman sorgum adalah cendawan R. solani. Cendawan ini dapat menyebabkan benih membusuk sehingga tidak dapat berkecambah, penyakit layu, serta penyakit busuk baik pada pelepah, batang, maupun daunnya. R. solani mempunyai struktur hifa yang khas dan tidak dilengkapi dengan konidium. Ketika cendawan berada dalam lingkungan tumbuh yang kurang menguntungkan, cendawan akan membentuk sklerotia. Sklerotia dapat bertahan sampai cukup lama dan akan berkecambah jika lingkungan tumbuhnya mendukung [6]. R. solani yang diinokulasikan membutuhkan waktu untuk melakukan infeksi, sehingga memunculkan adanya serangan. Waktu yang dibutuhkan oleh R.

solani dalam menginfeksi bervariasi. Hal ini dapat dikarenakan kondisi dari masing-masing galur sorgum, drainase, serta kelembapan dari tempat tumbuhnya [7]. Masa inkubasi tercepat terdapat pada galur nomor 3 yaitu 4 hari setelah inokulasi (hsi). Namun adapula yang baru muncul ketika R. solani telah diinfeksikan setelah 3 msi (Tabel 2). Tabel 2. Masa inkubasi penyakit pada tanaman sorgum Rata-rata masa galur inkubasi keterangan penyakit (hst) 1 - Tidak ada 2 28 a 3 4 a 4 5 a 6 - Tidak ada 7 - Tidak ada 8 42 a 9 8,33 a 10 6 a 11 13 a 12 - Tidak ada 13 16,67 a Catatan : Angka dalam satu lajur yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5% menurut uji Galur nomor 1, 6, 7, dan 12 tidak menunjukkan adanya serangan. Empat galur yang tidak menunjukkan serangan diduga karena cendawan R. solani yang diinfeksikan tidak mampu melakukan infeksi terhadap tanaman. Hal ini dapat dikarenakan tanaman sorgum mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap cendawan. Gejala yang muncul berupa bintik kecil berwarna merah kecokelatan yang terdapat pada pelepah daun maupun pada batangnya (Gambar 1). Gejala penyakit busuk pelepah umumnya terjadi pada pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan. Gejala dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar ke bagian atas [8]. Gambar 1. Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh R. solani pada sorgum. Anak panah menunjukkan penyakit berupa bercak merah kecokelatan. Tabel 3 menunjukkan tingkat serangan R. solani terhadap tanaman sorgum. Gejala serangan muncul pada 8 dari 12 galur. Empat galur yang tidak menunjukkan adanya serangan termasuk dalam kategori sangat tahan. Rata rata serangan berbeda pada masing masing galur, berkisar antara 8,82 sampai 40 %. Rata rata serangan terendah terdapat pada galur 8 yaitu sebesar 8,82 %. Rata rata serangan tertinggi terdapat pada galur nomor 13 yaitu sebesar 40 %. Delapan galur tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan menurut uji Tabel 3. Tingkat serangan R. solani terhadap tanaman sorgum galur Rata-rata % serangan Kriteria ketahanan 1 0 a ST 2 16,66 a T 3 25 a AT 4 11,54 a T 6 0 a ST 7 0 a ST 8 8,82 a ST 9 25 a AT 10 30 a AT 11 25 a AT 12 0 a ST 13 40 a AT Catatan : ST = Sangat Tahan, AT = Agak Tahan, T = Tahan, R = Rentan, SR = Sangat Rentan. Angka dalam satu lajur yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada 45

taraf signifikansi 5% menurut uji Galur nomor 8 merupakan galur yang sangat tahan terhadap serangan R. solani dan mempunyai masa inkubasi paling lama dibandingkan pada galur yang lain dalam penelitian ini, sehingga galur tersebut mempunyai toleransi yang cukup baik terhadap R. solani. Galur - galur sangat tahan yang didapatkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai tetua dalam penciptaan varietas tahan terhadap R. solani. Galur nomor 2 dan 4 merupakan galur yang tahan, galur nomor 3, 9, 10, 11, dan 13 merupakan galur agak tahan terhadap serangan R. solani. Tingginya intensitas serangan pada galur nomor 13 dapat disebabkan karena kerapatan tanaman yang cukup tinggi. Tanaman yang ditanam pada jarak tanam yang sempit cenderung mengalami serangan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada jarak tanam lebar. Ketahanan pada galur tahan dapat disebabkan karena adanya mekanisme pertahanan dari tanaman sehingga mencegah masuknya atau menghambat perkembangan dan aktivitas patogen dalam jaringan tanaman. Mekanisme pertahanan ini dapat berupa mekanisme pertahanan pasif maupun aktif [9]. Pertahanan pasif sudah ada sebelum tumbuhan terinokulasi patogen dan berfungsi untuk mencegah masuk atau perkembangan patogen lebih jauh. Tumbuhan yang mempunyai ketahanan pasif mempunyai struktur morfologi yang menyebabkan sukar diinfeksi oleh patogen. Misalnya, epidermis yang berkutikula tebal, adanya lapisan lilin dan mempunyai sedikit stomata. Pertahanan ini sesuai dengan yang dimiliki oleh sorgum, sorgum mempunyai lapisan lilin pada epidermisnya. Pertahanan aktif yaitu mekanisme dalam sistem genetik dari inang dan patogen yang berinteraksi dengan reaksi inang untuk mencegah perkembangan patogen. Umumnya mekanisme pertahanan aktif terjadi lebih sering dibandingkan yang pasif [10]. Pertumbuhan vegetatif tanaman sorgum terhadap serangan R. solani. Benih sorgum yang tumbuh dilakukan evaluasi setiap minggunya. Berdasarkan evaluasi tersebut diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tinggi tanaman maupun jumlah daun yang terbentuk (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa semua galur sorgum yang digunakan mempunyai respon atau tanggapan yang sama terhadap kondisi lingkungan 46 tumbuhnya, dalam hal ini adalah iklim dan unsur hara. Pertumbuhan vegetatif tanaman sorgum berkisar 30 60 hst [11]. Tabel 4. Rata-rata jumlah daun dan tinggi tanaman dari 12 galur pada 6 mst Galur Rata-rata jumlah daun (helai) Rata-rata tinggi (cm) 1 8,5 a 22,9 a 2 8,17 a 19,41 a 3 7,5 a 18,15 a 4 6,66 a 17,43 a 6 7,25 a 15,43 a 7 9,67 a 27,03 a 8 6,58 a 16,83 a 9 7 a 21,33 a 10 7,33 a 19,12 a 11 7 a 18,3 a 12 6,5 a 16,51 a 13 6,83 a 17,50 a Catatan : Angka dalam satu lajur yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5% menurut uji Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa tidak ada perbedaan daya tumbuh setiap galur sorgum antara pemberian R. solani maupun tanpa pemberian R. solani. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis yang dilakukan terhadap masing-masing galur, diketahui bahwa daya tumbuh untuk setiap galur terdapat perbedaan. Daya tumbuh benih sorgum paling rendah dimiliki oleh galur nomor 3, yaitu 3,33 ± 1,83 %. Daya tumbuh benih sorgum paling tinggi terdapat pada galur nomor 8, yaitu 58,33 ± 2,88 %. Galur nomor 1, 2, 3, 7, dan 11 pada taraf signifikansi 5 % berbeda secara signifikan dengan galur nomor 8 (Gambar 2). daya tumbuh (%) 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 ab ab a a a 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 galur Gambar 2. Daya tumbuh benih sorgum c ab a

*) Batang grafik yang diikuti oleh huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5% menurut uji Kruskal-Wallis Rendahnya daya tumbuh galur nomor 3 dan 7 dapat disebabkan karena benih yang ditanam mempunyai kemampuan tumbuh yang rendah, namun dapat pula karena benih yang ditanam mengalami infeksi dari hifa cendawan R. solani yang ditambahkan dalam media tanam tersebut, sehingga benih menjadi busuk dan tidak mampu untuk berkecambah. Galur nomor 8 dan 13 mempunyai daya tumbuh paling tinggi dibandingkan dengan galur yang lainnya. Hal ini dapat dikarenakan galur tersebut mempunyai kemampuan tumbuh dan daya adaptasi yang tinggi sehingga cendawan tidak dapat menginfeksi pada saat benih ditanam, namun dapat pula karena cendawan tidak mampu melakukan infeksi terhadap benih tersebut. Cendawan R. solani cocok pada kondisi panas dan lembap. R. solani dapat menyebabkan busuk benih ( seed rot) dan busuk bibit ( seedling blight) pada tanaman jagung dan beberapa tanaman yang lain [12]. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian terdapat 8 dari 12 galur yang menunjukkan adanya serangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa inkubasi cendawan R. solani berlangsung dari 4 sampai 42 hari. Tiga galur sorgum menunjukkan masa inkubasi terpendek, yaitu galur nomor 3 (4 hari), 4 (5 hari), dan 10 (6 hari). Berdasarkan tingkat serangan R. solani mengindikasikan bahwa galur nomor 8 merupakan galur yang sangat tahan terhadap cendawan R. solani. Galur nomor 1, 6, 7, dan 12 juga termasuk dalam galur sangat tahan. Galur rentan tidak didapatkan dalam penelitian ini. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada semua staff Balai Penelitian Kacang - kacangan dan Umbi - umbian (Balitkabi) Malang, khususnya staff dan teknisi di Laboratorium Entomologi, Hama, dan penyakit Tanaman, yang telah memberikan ijin dan membantu dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini. DAFTAR PUSTAKA [1] ICRISAT. 1993. Collaborative Sorgum Research in Asia Report of the Asia Researcher Consultative Meeting. ICRISAT, Patancheru, AP. India. [2] Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta. [3] Pascual, C.B. & A.D. Raymundo. 1989. Epidemiological Parameters of Resistance to Rhizoctonia Sheath and Leaf Blight in Sorgum. Philipp J. Crop Sci. 14(3):133-135. [4] Karima, H.E.H. & G.E. Nadia. 2012. In Vitro Study on Fusarium solani and Rhizoctonia solani Isolates Causing the Damping Off and Root Rot Diseases in Tomatoes. Nature and Science 10(11):16-25. [5] Soenartiningsih & Rahmawati. 2011. Ketahanan Beberapa Varietas/Galur Sorgum Terhadap Penyakit Antraknosa. Seminar Nasional Serealia 489 493. [6] Schumann, G.L. & C.J. D Arcy. 2006. Essential Plant Pathology. APS Press. New York. [7] Soenartiningsih. 2010. Efektivitas beberapa Cendawan Antagonis dalam Menghambat Perkembangan Cendawan Rhizoctonia solani pada Jagung Secara Invitro. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. [8] Wakman, W. & Burhanuddin. 2005. Pengelolaan penyakit prapanen jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. [9] Agrios, G.N. 2005. Plant pathology. Academic Press. New York. [10] Semangun, H. 1993. Konsep dan asas dasar pengelolaan penyakit tumbuhan terpadu. Makalah Simposium Pendidikan Fitopatologi dan Pengendalian Hayati. Kongres Nasional XII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Yogyakarta. [11] Musofie, A. & N.K. Wardhani. 1995. Sorgum Manis, Manfaatnya sebagai Bahan Pakan dan Pengembangan Agroindustri Lahan Kering. Edisi Khusus Balitkabi 4: 294 301. [12] Sweets, L.E. & A. Wrather. 2000. Integrated Pest Management. Corn Diseases. MU Extension. University of Missouri. Columbia. 47

43