HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang 22-24 Januari 2015 ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA () MUKADDIMAH Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sesungguhnya mahasiswa peternakan Indonesia merupakan insan pembangunan nasional yang memiliki moral, intelektual, dan kinerja yang mampu berperan sebagai agen perubahan untuk membawa dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Mahasiswa peternakan Indonesia sebagai generasi penerus perjuangan bangsa dituntut untuk mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap realita masyarakat dan mampu menjawab setiap permasalahan yang timbul dengan didasarkan kepada nilai nilai kebenaran dan keadilan untuk dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dalam semua aspek kehidupan, khususnya melalui sektor peternakan. Atas dasar kesadaran dan tuntutan tanggung jawab tersebut, maka diperlukan satu kesatuan arah pemikiran dan gerak langkah mahasiswa peternakan Indonesia. Oleh karena itu kami sebagai mahasiswa peternakan Indonesia menghimpun diri dalam suatu wadah Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia. HASIL MUNAS XIII BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT PEMBENTUKAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Organisasi ini bernama Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia yang kemudian disingkat
Pasal 2 Waktu dan Tempat Pembentukan dibentuk pada tanggal 18 April 1983 di Baturraden, Jawa Tengah Pasal 3 Tempat Kedudukan Sekretariat Nasional (SETNAS) berkedudukan dimana perangkat tertinggi berada. BAB II ASAS, SEMANGAT DAN SIFAT Pasal 4 Asas dan Semangat berasaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan semangat kekeluargaan, kegotongroyongan dan nasionalisme Pasal 5 Sifat merupakan wadah mahasiswa yang bersifat keprofesian dan independen BAB III TUJUAN DAN FUNGSI Pasal 7 Fungsi berfungsi : 1. Membina dan meningkatkan kerjasama dengan stakeholder peternakan khususnya dan masyarakat pada umumnya 2. Berperan serta dalam mengembangkan nalar dan keterampilan masyarakat dalam bidang peternakan 3. Memberi kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya dunia peternakan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa 4. Sebagai mediator dan akselerator bagi seluruh stakeholder peternakan dalam pembangunan peternakan Indonesia 5. Menyikapi kondisi peternakan nasional dan melakukan fungsi kontrol terhadap kebijakan pemerintah tentang peternakan baik di tingkat wilayah dan nasional berbentuk Federasi BAB IV BENTUK DAN KEKUASAAN Pasal 8 Bentuk Pasal 9 Kekuasaan Kekuasaan tertinggi berada pada Musyawarah Nasional (MUNAS) untuk tingkat nasional dan Musyawarah Wilayah (MUSWIL) untuk tingkat wilayah Pasal 6 Tujuan bertujuan meningkatkan peran aktif mahasiswa peternakan Indonesia untuk memajukan dunia peternakan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
BAB V KEORGANISASIAN Pasal 10 Keanggotaan beranggotakan seluruh mahasiswa peternakan Indonesia yang diwakili oleh lembaga eksekutif mahasiswa peternakan dari suatu perguruan tinggi Pasal 11 Badan Kelengkapan Badan Kelengkapan terdiri dari : 1. Pengurus yang terdiri dari : a. Pengurus Besar yang selanjutnya disebut PB b. Pengurus Wilayah yang selanjutnya disebut PW 2. Majelis Pekerja yang terdiri dari : a. Majelis Pekerja Nasional yang selanjutnya disebut MP NAS b. Majelis Pekerja Wilayah yang selanjutnya disebut MP WIL Pasal 12 Kepemimpinan Kepemimpinan terdiri dari : 1. Pada tingkat nasional dipimpin oleh Ketua Umum PB yang berkoordinasi dengan MP NAS 2. Pada tingkat wilayah dipimpin oleh Koordinator Wilayah yang berkoordinasi dengan MP WIL Pasal 13 Keuangan Keuangan diperoleh dari usaha-usaha yang halal, sah, dan tidak mengikat BAB VI ATRIBUT ORGANISASI Pasal 14 Lambang dan Bendera Lambang dan Bendera sesuai hasil ketetapan MUNAS XI tahun 2010 di Baturraden Pasal 15 Hymne Hymne sesuai hasil ketetapan MUNAS XI tahun 2010 di Baturraden BAB VII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 16 Perubahan Anggaran Dasar 1. Perubahan Anggaran Dasar (AD) hanya dapat dilakukan dalam MUNAS dan atau Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) 2. Usulan Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan apabila diusulkan oleh anggota kepada MP NAS sebelum dilaksanakan MUNAS dan atau MUNASLUB Pasal 17 Pembubaran Organisasi Pembubaran hanya dapat dilakukan dalam MUNAS atau MUNASLUB
BAB VIII ATURAN PENUTUP Pasal 18 Penutup Anggaran dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur selanjutnya dalam Anggaran Rumah Tangga (ART). ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA () BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota Anggota adalah lembaga tertinggi mahasiswa peternakan yang bersifat eksekutif dari Perguruan Tinggi se-indonesia yang telah disahkan oleh Ketua Umum PB Pasal 2 Persyaratan Persyaratan untuk menjadi anggota adalah : 1. Mendaftarkan diri sebagai calon anggota kepada PB melalui PW 2. Mengikuti minimal 1 kali kegiatan baik di tingkat nasional atau wilayah dalam satu periode kepengurusan Pasal 3 Hak dan Kewajiban 1. Hak anggota, antara lain : a. Mengikuti secara aktif kegiatan b. Menjadi penyelenggara kegiatan c. Dipilih dan memilih Badan Kelengkapan d. Meminta dan mendapatkan informasi yang berhubungan dengan e.memberikan kritik, saran dan solusi kepada Badan Kelengkapan untuk memajukan 2.Kewajiban anggota, antara lain :
a. Mentaati AD/ART b. Menjunjung tinggi dan memelihara nama baik c. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan d. Wajib memberitahukan secara lisan dan tulisan kepada panitia penyelenggara apabila berhalangan hadir dalam mengikuti kegiatan nasional dengan tembusan kepada PB e. Setiap institusi memiliki kewajiban memperkenalkan pada mahasiswa f. Setiap institusi memiliki kewajiban melakukan kegiatan dalam pengkaderan yang dikoordinir oleh Korwil dan PB Pasal 4 Hilangnya Keanggotaan Keanggotaan dapat hilang, antara lain apabila : 1. Atas permintaan sendiri dengan memberikan surat pernyataan tertulis kepada PB 2. Lembaga yang menjadi anggota dinyatakan telah bubar 3. Dicabut keanggotaannya oleh MUNAS atau MUNASLUB Pasal 5 Pembagian Wilayah Keanggotaan dibagi menjadi wilayah I, II, III, IV dan V BAB II BADAN KELENGKAPAN Pasal 6 Pengurus Besar 1. PB merupakan eksekutif tertinggi di tingkat nasional 2. PB dipimpin oleh Ketua Umum PB yang mendapat mandat dari MUNAS 3. PB merupakan representasi dari setiap wilayah yang tergabung dalam 4. Dalam menjalankan tugasnya Ketua Umum PB dibantu oleh : a. Ketua I Bidang Administrasi dan Keuangan b. Ketua II Bidang Kaderisasi c. Ketua III Bidang Advokasi, Propaganda dan Aksi d. Ketua IV Bidang Keilmuan dan Keprofesian e. Ketua V Bidang Informasi dan Komunikasi 5. Perangkat PB bertanggung jawab kepada Ketua Umum PB 6. Perangkat PB dilantik oleh Ketua Umum PB melalui MUNAS Pasal 7 Ketua Umum PB 1. Ketua Umum PB dipilih langsung oleh anggota melalui MUNAS 2. Ketua Umum PB tidak diperkenankan merangkap jabatan struktural dalam satu periode kepengurusan yang bersamaan 3. Ketua Umum PB bertanggung jawab kepada anggota melalui MUNAS atau MUNASLUB 4. Apabila Ketua Umum PB tidak dapat menjalankan tugasnya selama maksimal 3 bulan, maka dalam kurun waktu tersebut fungsi eksekutif sementara dijalankan oleh perangkat PB lainnya yang diberi mandat oleh Ketua Umum PB Pasal 8 Hak dan Kewajiban Pengurus Besar 1. Menjunjung tinggi dan melaksanakan AD/ART 2. Melaksanakan hasil ketetapan MUNAS 3. Menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) 4. Menyusun dan menetapkan program kerja 5. Memberikan Laporan Kerja setiap 6 bulan sekali kepada MP NAS secara tertulis dan lisan 6. Segera menyampaikan segala informasi penting mengenai kepada seluruh anggota
7. Menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Organisasi (APBO) dengan pertimbangan MP NAS 8. Memperhatikan serta menindaklanjuti kritik, saran, dan teguran MP NAS maupun anggota 9. Menampung dan menindaklanjuti saran dan aspirasi PW 10. PB terpilih berhak mendapatkan jaringan kerja dari PB demisioner Pasal 9 Majelis Pekerja Nasional 1. MP NAS adalah Badan yang mengawasi pelaksanaan hasil-hasil MUNAS dan mempersiapkan MUNAS berikutnya 2. MP NAS dibentuk dan ditetapkan oleh MUNAS 3. MP NAS terdiri dari 1 orang perwakilan masing-masing wilayah yang dipimpin oleh Koordinator merangkap anggota 4. Pemilihan koordinator melalui mekanisme internal anggota MP NAS Pasal 10 Hak dan Kewajiban Majelis Pekerja Nasional 1. Menjunjung tinggi dan melaksanakan AD/ART 2. Mengawasi PB terhadap pelaksanaan ketetapan-ketetapan MUNAS 3. Memberikan kritik, saran, solusi dan teguran untuk kemajuan kepada PB 4. Memperhatikan dan menindaklanjuti kritik dan saran anggota 5. Membentuk Badan Pekerja MUNAS dan bersama-sama mempersiapkan materi MUNAS dan atau MUNASLUB 6. Menyampaikan Laporan Pelaksanaan Kerja kepada MUNAS dan atau MUNASLUB 7. Menyelenggarakan MUNAS danatau MUNASLUB 8. Mensosialisasikan Laporan Kerja per 6 bulan PB kepada anggota 9. MP NAS harus menghadiri kegiatan nasional minimal 1 orang pengurus MP NAS Pasal 11 Pengurus Wilayah 1. PW merupakan eksekutif tertinggi di tingkat wilayah 2. PW dipimpin oleh Koordinator Wilayah yang mendapat mandat dari MUSWIL 3. Dalam menjalankan tugasnya Koordinator Wilayah dibantu oleh perangkat PW 4. Perangkat PW dipilih oleh koordinator wilayah yang berkordinasi dengan PB 5. Perangkat PW bertanggung jawab kepada Koordinator Wilayah 6. Perangkat PW dilantik oleh Koordinator Wilayah dan diketahui oleh PB Pasal 12 Koordinator Wilayah 1. Koordinator Wilayah dipilih langsung oleh anggota wilayah melalui MUSWIL 2. Koordinator Wilayah berhak mengangkat dan memberhentikan perangkat PW lainnya secara musyawarah 3. Koordinator Wilayah tidak diperkenankan merangkap jabatan struktural dalam satu periode kepengurusan yang bersamaan 4. Koordinator Wilayah bertanggung jawab kepada anggota wilayah melalui MUSWIL dan menjalankan koordinasi instruktif dengan PB 5. Apabila Koordinator Wilayah tidak dapat menjalankan tugasnya selama maksimal 3 bulan, maka dalam kurun waktu tersebut fungsi eksekutif sementara dijalankan oleh perangkat PW lainnya yang diberi mandat oleh Koordinator Wilayah
Pasal 13 Hak dan Kewajiban Pengurus Wilayah 1. Menjunjung tinggi dan melaksanakan AD/ART 2. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan MUNAS dan MUSWIL 3. Menyelenggarakan Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL) 4. Menyikapi setiap kebijakan-kebijakan PB 5. Melakukan koordinasi dengan anggota-anggota wilayahnya 6. Menampung dan menindaklanjuti saran dan aspirasi anggota wilayah 7. Membantu kelancaran kegiatan nasional yang diselenggarakan di wilayahnya 8. PW wajib melaksanakan program nasional yang direkomendasikan oleh PB yang telah disepakati dalam RAKERNAS 9. PW berhak mengusulkan anggota baru kepada PB untuk selanjutnya ditetapkan dalam MUNAS 10. Memperhatikan dan menindaklanjuti kritik, saran, solusi dan teguran MP WIL 11. PW terpilih berhak mendapatkan jaringan kerja dari PW demisioner 12. PW terpilih berkewajiban memperkuat jaringan kerja yang lama dan memperluas jaringan kerja yang baru 1. Menjunjung tinggi dan melaksanakan AD/ART 2. Mengawasi PW terhadap pelaksanaan ketetapan-ketetapan MUNAS dan MUSWIL 3. Memberikan kritik, saran, solusi dan teguran untuk kemajuan kepada PW 4. Memperhatikan dan menindaklanjuti kritik dan saran anggota 5. Membentuk Badan Pekerja MUSWIL dan bersama-sama mempersiapkan materi MUSWIL dan atau MUSWILLUB 6. Menyampaikan Laporan Pelaksanaan Kerja kepada MUSWIL dan atau MUSWILLUB 7. Menyelenggarakan MUSWIL danatau MUSWILLUB Pasal 16 Periode Kepengurusan Periode kepengurusan Badan Kelengkapan adalah 2 tahun sejak ditetapkan BAB III STRUKTUR ORGANISASI Pasal 17 Struktur Organisasi Struktur adalah sebagai berikut : MUNAS Pasal 14 Majelis Pekerja WIL 1. MP WIL adalah Badan yang mengawasi pelaksanaan hasil-hasil MUSWIL dan mempersiapkan MUSWIL berikutnya. 2. MP WIL dibentuk dan ditetapkan oleh MUSWIL 3. MP WIL terdiri dari 3 orang anggota yang dipimpin oleh Koordinator merangkap anggota 4. Pemilihan koordinator melalui mekanisme internal anggota MP WIL Pasal 15 Hak dan Kewajiban MP WIL MUSWIL PB MP WIL PW Garis Instruksi Garis Koordinasi BAB IV MUSYAWARAH NASIONAL Garis Pertanggungjawaban MP NAS
Pasal 18 Musyawarah Nasional 1. Musyawarah Nasional (MUNAS) adalah musyawarah anggota yang merupakan kekuasaan tertinggi di tingkat nasional. 2. MUNAS diadakan 1 kali pada akhir periode kepengurusan 3. MUNAS dinyatakan sah apabila dihadiri 2/3 dari jumlah anggota + 1 anggota 4. Apabila ketentuan ayat (3) tidak terpenuhi, maka MUNAS ditunda 2x5 menit dan selanjutnya MUNAS dinyatakan quorum 5. Dalam keadaan luar biasa, MUNAS dapat diadakan sewaktu-waktu yang selanjutnya disebut MUNASLUB 6. Pimpinan MUNAS dipilih dari dan oleh peserta MUNAS Pasal 19 Kekuasaan dan Wewenang 1. Menetapkan AD/ART 2. Menetapkan Ketua Umum PB 3. Menetapkan MP NAS 4. Merekomendasikan perangkat PB 5. Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Kerja (GBHK) 6. Menetapkan Garis-garis Besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi (GBAPBO) 7. Menetapkan waktu dan tempat MUNAS selanjutnya 8. Meminta Laporan Kerja MP NAS dan Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum PB 9. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum PB 10. Menerima, menolak, dan memberhentikan keanggotaan 11. Mengangkat dan memberhentikan Ketua Umum PB dan MP NAS Pasal 20 Musyawarah Nasional Luar Biasa 1. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) adalah Musyawarah Nasional yang diadakan antara lain karena hal-hal sebagai berikut: a. Terjadi pelanggaran AD/ART oleh PB b. PB tidak bisa menjalankan tugasnya lebih dari 3 bulan berturut-turut c. Adanya ancaman terhadap keberlanjutan organisasi 2. Mekanisme MUNASLUB a. Diusulkan oleh anggota kepada MP NAS b. MP NAS menerima, mempelajari, dan mensosialisasikan kepada seluruh anggota maksimal 1 bulan setelah usulan diterima c. 2/3 anggota menyatakan persetujuannya dalam bentuk tertulis BAB V MUSYAWARAH WILAYAH Pasal 21 Musyawarah Wilayah 1. Musyawarah Wilayah (MUSWIL) adalah musyawarah anggota yang merupakan kekuasaan tertinggi di tingkat wilayah. 2. MUSWIL diadakan 1 kali pada akhir periode kepengurusan wilayah dan dilaksanakan selambat-lambatnya 2 bulan setelah MUNAS 3. MUSWIL dinyatakan sah apabila dihadiri 2/3 dari jumlah anggota + 1 anggota wilayah 4. Apabila ketentuan ayat (3) tidak terpenuhi, maka MUSWIL ditunda 2x5 menit dan selanjutnya MUSWIL dinyatakan quorum 5. Dalam keadaan luar biasa, MUSWIL dapat diadakan sewaktu-waktu yang selanjutnya disebut MUSWILLUB 6. Pimpinan MUSWIL dipilih dari dan oleh peserta MUSWIL Pasal 22 Kekuasaan dan Wewenang 1. Menetapkan Koordinator Wilayah 2. Menetapkan MP WIL 3. Menetapkan waktu dan tempat MUSWIL selanjutnya 4. Meminta Laporan Kerja MP WIL dan Laporan Pertanggungjawaban Koordinator Wilayah
5. Mengangkat dan memberhentikan Koordinator Wilayah dan MP WIL 6. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Koordinator Wilayah Pasal 23 Musyawarah Wilayah Luar Biasa 1.Musyawarah Wilayah Luar Biasa (MUSWILLUB) adalah Musyawarah Wilayah yang diadakan antara lain karena hal-hal sebagai berikut: a. Terjadi pelanggaran AD/ART oleh PW b. Koordinator Wilayah tidak bisa menjalankan tugasnya lebih dari 3 bulan berturut-turut 2. Mekanisme MUSWILLUB a. Diusulkan oleh anggota kepada MP WIL b. MP WIL menerima, mempelajari, dan mensosialisasikan kepada seluruh anggota maksimal 1 bulan setelah usulan diterima c. 2/3 anggota menyatakan persetujuannya secara tertulis BAB VI RAPAT KERJA NASIONAL Pasal 24 Rapat Kerja Nasional 1. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) adalah forum tertinggi PB dan PW 2. RAKERNAS dilaksanakan selambat-lambatnya 4 bulan setelah MUNAS dan selambat-lambatnya 2 bulan setelah MUSWIL 3. Pimpinan RAKERNAS adalah Ketua Umum PB 4. Tempat dan waktu pelaksanaan RAKERNAS ditentukan oleh PB 5. Peserta RAKERNAS adalah badan kelengkapan 6. RAKERNAS dianggap sah apabila dihadiri oleh seluruh PB dan PW 7. Apabila ketentuan pada ayat (6) tidak terpenuhi maka RAKERNAS ditunda selama 2x5 menit dan selanjutnya RAKERNAS dianggap sah Pasal 25 Kekuasaan dan Wewenang Menyusun dan menetapkan program kerja Nasional BAB VII RAPAT KERJA WILAYAH Pasal 26 Rapat Kerja Wilayah 1. Rapat kerja wilayah (RAKERWIL) adalah forum tertinggi Wilayah 2. RAKERWIL dilaksanakan selambat-lambatnya 2 bulan setelah MUSWIL 3. Pimpinan RAKERWIL adalah Koordinator Wilayah 4. Tempat dan waktu pelaksanaan RAKERWIL mengacu pada pelaksanaan tempat RAKERNAS 5. RAKERWIL dianggap sah apabila dihadiri oleh seluruh PW 6. Apabila ketentuan pada ayat (5) tidak terpenuhi maka RAKERWIL ditunda selama 2x5 menit dan selanjutnya RAKERWIL dianggap sah Pasal 27 Kekuasaaan dan Wewenang Menyusun dan menetapkan program kerja wilayah BAB VIII KEUANGAN Pasal 28 Keuangan
Segala sesuatu yang menyangkut masalah keuangan harus dibukukan, disertai bukti yang sah, dan dipertanggungjawabkan dalam MUNAS untuk PB dan dalam MUSWIL untuk PW BAB IX LAMBANG DAN BENDERA Pasal 29 Lambang 1. Latar merah putih simbol bendera Republik Indonesia 2. Simbol buku terbuka melambangkan keilmuan 3. Segi lima melambangkan Pancasila 4. Lingkaran dengan tulisan Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia melambangkan persahabatan 5. Ternak menghadap kekanan melambangkan profesi 6. Genggaman tangan melambangkan rasa kekeluargaan 7. warna hitam pada lambang melambangkan solidaritas yang kokoh Pasal 30 Bendera 1. Bendera berwarna dasar merah 2. Bentuk persegi panjang 3. Ditengah-tengah terdapat lambang 4. Tulisan berwarna hitam BAB X SANKSI Pasal 31 Sanksi Anggota Pelanggaran terhadap setiap keputusan organisasi dapat dikenakan sanksi berupa : 1. Sanksi administratif antara lain : a. Institusi yang bersangkutan dicabut hak dipilih dan memilih selama satu periode kepengurusan b. Selama 1 periode tidak boleh menjadi penyelenggara kegiatan baik di tingkat nasional maupun wilayah c. Membuat surat permohonan maaf yang disampaikan kepada badan Kelengkapan dan tembusan kepada seluruh anggota 2. Diberhentikan dengan tidak hormat dari keanggotaan Pasal 32 Sanksi Badan Kelengkapan Pelanggaran yang dilakukan oleh Badan Kelengkapan akan diberikan sanksi antara lain : 1. Wajib menanggung segala biaya yang telah dikeluarkan akibat yang ditimbulkan 2. Institusi dimana Badan Kelengkapan berada menanggung sanksi sesuai aturan yang berlaku di BAB XI PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 33 Perubahan Anggaran Rumah Tangga 1. Perubahan ART dapat dilakukan dalam MUNAS danatau MUNASLUB 2. Usulan perubahan ART hanya dapat dilakukan apabila diusulkan oleh anggota kepada MP NAS sebelum dilaksanakannya MUNAS danatau MUNASLUB BAB XII ATURAN PENUTUP
Pasal 34 Penutup Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur selanjutnya dalam peraturan tersendiri yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga