BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 yang bertujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangkatan anak merupakan suatu kebutuhan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. martabat serta hak-hak asasi yang harus dijunjung tinggi. 1 Hak-hak asasi yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

III.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif-empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

III. METODE PENELITIAN. berdasarkan logika berpikir. Metodologi artinya ilmu tentang cara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

2015 PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Penelitian Hukum Normatif (Legal Reasearch). Metode penelitian hukum

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

I. METODE PENELITIAN. tertentu dengan cara menganalisanya. Untuk usaha mencari dan mendapatkan jawaban atas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. seolah sudah menjadi tradisi tahunan yang wajib dirasakan apabila musim

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

METODE PENELITIAN. ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya. 55

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak dan perlindungannya tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan, dimana negara, masyarakat, dan orang tua maupun keluarga

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945)

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi anak Indonesia. Problematika perlindungan anak Indonesia masih sangat banyak, mulai dari kebijakan tentang perlindungan anak, pemahaman tentang perlindungan anak dikalangan pengambil kebijakan, hingga isu yang terkait langsung dengan anak seperti pernikahan dini, perdagangan anak, anak berhadapan dengan hukum (ABH), identitas anak, hingga pengasuhan anak. 1 Sesungguhnya isu perlindungan anak jauh lebih kompleks karena usia anak yang masih belia, belum memiliki akses pada pengambilan kebijakan, serta masih tergantung pada orang dewasa. Kehadiran Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II adalah sebuah langkah maju. Namun demikian kementerian ini belum memiliki taring yang tajam untuk melakukan pengarusutamaan isu perlindungan anak serta menerapkannya. Selain karena tidak memiliki perpanjangan tangan kebijakan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota, pelaksana program perlindungan anak juga lebih banyak di Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta bidang lintas sektoral lainnya. Sedangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebagai lembaga negara yang melakukan pengawasan terhadap praktek perlindungan anak di Indonesia belum memiliki KPAI di tingkat Propinsi dan 1 Nasyiatul Aisyiyah, Problematika Perlindungan Anak di Indonesia, Kesejahteraan Gender dan Perlindungan Anak, Penerbit buku Kompas Sari, Jakarta, 2014,hal.1. 1

2 Kabupaten/Kota. Faktanya proses penerapan dan pengawasan terhadap perlindungan di wilayah Indonesia yang sangat luas memerlukan institusi yang lebih mengakar. Kekerasan terhadap anak baik berupa pelecehan seksual, kekerasan fisik dan psikis masih sering kita baca di media. Menurut data Menkokesra (2013), 3 dari 100 anak Indonesia pernah mengalami kekerasan. Sejumlah 70,5% pelaku kekerasan terhadap anak lebih banyak dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak itu sendiri, misalnya orang tua, kerabat dekat, tetangga, hingga guru. Rumah dan sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman bagi anak, ternyata bagi sebagian anak menjadi tempat yang tidak ramah bagi anak. Pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi bagi anak-anak sesuai umurnya penting diberikan agar anak-anak terhindar dari pelecehan seksual. Kepedulian orang tua, tetangga, guru, hingga aparat pemerintah jika ada tanda-tanda kekerasan terhadap anak dilingkungannya menjadi upaya pencegahan kekerasan terhadap anak. 2 Di Indonesia praktik panti asuhan masih populer sebagai alternatif tempat pengasuhan pengganti ketika orang tua tidak lagi mampu. Hubungan orang tua dan anak juga seringkali tidak lancar ketika anak di panti asuhan. Seharusnya panti asuhan menjadi alternatif terakhir ketika orang tua tidak dapat mengasuh sendiri dan harus diimbangi dengan hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Target waktu pembinaan orang tua hingga mampu mengasuh anaknya kembali dan merekondisikan anak kembali pada orang tua harus tetap dipenuhi. Berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan 2 Anis Mubasyiroh, Children in Need of Special Protection.http://www. beastudiindonesia.net/en/beastudi-etos-58/391-children-in-need-of-special-protection, 2014, hal.1.

3 anak telah diterbitkan. Bahkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak telah diatur dengan jelas tentang perlindungan anak sampai kepada aturan sanksi pidana bagi yang melanggar hak anak. Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa penyelenggaraan perlindungan anak adalah orang tua, keluarga, pemerintah dan negara. Merebaknya berbagai kasus perlindungan anak tentu saja memprihatinkan kita semua. Keluarga sebagai institusi utama dalam perlindungan anak ternyata belum sepenuhnya mampu menjalankan peranannya dengan baik. Kasus perceraian, disharmoni keluarga, keluarga miskin, perilaku ayah atau ibu yang salah, pernikahan siri dan berbagai permasalahan lainnya menjadi salah satu pemicu terabaikannya hak-hak anak dalam keluarga. Pada kenyataannya berbagai persoalan pelanggaran hak anak kerap masih terjadi dan dianggap biasa oleh masyarakat kita, bahkan kalau diperkirakan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya masalah krisis seperti kemiskinan, ketidakadilan, kerawanan bencana baik bencana alam maupun bencana sosial, akses pornografi dan pornoaksi, disintegrasi bangsa, sindikat perdagangan narkoba dan sebagainya. Berita dari berbagai media baik media cetak, online maupun elektronik terhadap maraknya kasus tindakan kekerasan pada anak maupun anak yang berhadapan hukum merupakan informasi yang tidak dapat disangkal bahwa kasus-kasus tersebut sering menghiasi pemberitaan di media massa. Belum lagi kasus yang tidak terungkap, karena luput dari pemberitaan media atau memang sama sekali tidak ada yang mengetahui maupun melaporkan tentang pelanggaran terhadap hak anak tersebut. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), seperti yang diamanatkan

4 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, juga bertugas menerima pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan perlindungan anak. Melalui Bidang Data dan Pengaduan yang dibentuk oleh KPAI, berbagai macam kasus kasus perlindungan anak terus mengalir datang dan diadukan kepada KPAI. Pada sisi lain perlindungan terhadap anak yang terlibat tindak pidana pelanggaran hukum sering diperlakukan seperti orang dewasa. Hal ini juga merupakan pelanggaran terhadap hak anak. Tindak kekerasan terhadap anak semakin bervariasi ragam, bentuk dan tempatnya, mulai terjadi dari lingkungan rumah tangga, yayasan/panti asuhan, sekolah, pondok pesantren dan tempat umum lainnya (jalanan, terminal, stasiun) yang tidak banyak diketahui kejadiannya, karena kurangnya kepedulian masyarakat terhadap perlindungan anak. Masalah pokok perlindungan anak bidang keluarga dan pengasuhan alternatif didominasi oleh kasus-kasus yang berakar dari kerentanan keluarga baik rentan secara ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan religiusitas keagamaan, diantaranya : a. Penelantaran anak menjadi masalah serius dan seperti fenomena gunung es, yang terus menunjukkan trend peningkatan. Kasus-kasus penelantaran anak memiliki motif yang sangat beragam, kasus yang dominan adalah kasus anak jalanan, pembuangan dan penelantaran bayi serta anak telantar karena orang tua bekerja. b. Perebutan hak kuasa asuh anak, perceraian orang tua adalah sumber dari masalah perebutan hak kuasa asuh anak. Kasus perceraian tidak lepas dari rendahnya kualitas perkawinan, maraknya perkawinan siri, kawin kontrak, perkawinan campuran dan perkawinan di usia dini menjadi sumber

5 masalah perceraian, pada hal semestinya perkawinan adalah sebuah perjanjian luhur antara dua insan yang salah satu fungsinya merupakan lembaga reproduksi untuk mempertahankan dan melanjutkan keberlangsungan kehidupan yakni lahirnya keturunan (anak). c. Angka perkawinan dini, di Indonesia secara nasional sangat tinggi, yakni mencapai 34,5 %. Dengan jumlah angka perkawinan mencapai 2,5 juta pasangan pertahun, berarti ada sekitar 600 pasangan perkawinan dini. Tingginya angka perkawinan di usia dini sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan karena perkawinan dini diduga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi di Indonesia yakni 34/1000 perkawinan. Banyak perkawinan dini dilakukan pada usia 11-13 tahun, yang secara fisik belum siap untuk reproduksi. Perkawinan dini sebagian besar dilakukan tanpa pencatatan oleh negara (nikah siri) karena petugas pencatat perkawinan (penghulu) tidak bersedia mencatat karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan. d. Perwalian dan pengangkatan anak, praktek perwalian dan pengangkatan anak mayoritas dilakukan secara adat, sehingga proses pengangkatan anak tidak diputuskan melalui putusan pengadilan dan mayoritas tidak tercatat di dinas sosial, sehingga berakibat pada kaburnya silsilah keluarga anak dan juga berpengaruh terhadap hak kewarisan anak. Perkawinan campuran berbeda kewarganegaraan juga memunculkan masalah perwalian, karena menyangkut keabsahan kewarganegaraan anak yang dilahirkan, maka diperlukan kejelian hakim dalam memutuskan perwalian anak dengan mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak.

6 e. Rendahnya kualitas lembaga pengasuhan alternatif, berdasarkan penelitian Save The Children, Unicef dan Kementerian Sosial Republik Indonesia pada tahun 2007 terdapat 5.000-8.000 lembaga pengasuhan alternatif di Indonesia dalam bentuk Panti Asuhan Anak. Penyelenggara panti asuhan anak ini mayoritas dimiliki oleh masyarakat yakni sebesar 99% dan hanya 40 panti asuhan anak yang dimiliki oleh pemerintah. Anak-anak ditempatkan di Panti asuhan didasarkan atas alasan kemiskinan yakni sebesar 90% dan karena alasan yatim piatu sebesar 6%. Kualitas panti asuhan masih sangat rendah, rasio perbandingan pengasuh dengan anak yang di asuh tidak seimbang, kualitas pengasuh panti tidak sesuai standar, bahkan kasus kekerasan anak dengan dalil penegakan disiplin dan agama juga ditemui dalam sistem pengasuhan berbasis panti. Sarana prasarana yang terbatas menyebabkan anak tidak dalam situasi yang lebih baik berada di panti asuhan. 3 Selanjutnya anak yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, belum tentu terpenuhi kesejahteraannya secara wajar dan dalam hal ini dapat mengakibatkan anak menjadi terlantar. Keadaan terlantar ini juga dapat disebabkan oleh hal-hal lain seperti kemiskinan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Kesejahteraan anak merupakan tanggungjawab utama dari orang tua dalam lingkungan keluarga, tetapi jika hal itu tidak dapat terlaksana maka ada pihak lain yang diserahi hak dan kewajiban tersebut. Jika memang tidak ada pihak yang dapat melaksanakannya sesuai dengan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 3 David Setyawan, Peta Permasalahan Perlindungan Anak di Indonesia, http://www.kpai.go.id/artikel/peta-permasalahan -perlindungan-anak-di-indonesia/.2014.

7 bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, pelaksanaan hak dan kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan anak menjadi tanggungjawab negara. Perwalian dapat dilakukan oleh seseorang dan atau suatu badan atau yayasan. Dalam perwalian yang dilakukan oleh seseorang /yayasan wajib menyelenggarakan kepentingan anak yang belum dewasa yang berada di bawah perwaliannya. Hal itu dilakukan agar seorang anak yang berada di bawah perwaliannya dapat merasakan cinta kasih dan terlindungi hak-haknya, seolaholah ia berada dalam kekuasaan orang tuanya sendiri. Pasal 365 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa dalam segala hal apabila hakim harus mengangkat seorang wali maka perwalian itu dapat diperintahkan dan diserahkan pada perkumpulan yang berbadan hukum yang berkedudukan di Indonesia. Hal tersebut tergantung pula pada anggaran dasar, akta pendiriannya atau peraturan-peraturan yang bertujuan untuk memelihara dan mengasuh anak-anak yang masih di bawah umur untuk waktu yang lama sampai anak itu menjadi dewasa. 4 Salah satu pihak yang melaksanakan perwalian adalah panti asuhan, untuk melaksanakan fungsi perwalian terdapat ketentuan-ketentuan mengenai perwalian yang ditentukan dengan undang-undang dan sebagai wali maka terdapat kewajiban-kewajiban yang berkaitan dalam pemenuhan kesejahteraan anak yang berada di bawah perwaliannya. Selain itu sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, panti asuhan juga harus memiliki kewajiban-kewajiban tertentu terhadap usaha perwujudan 4 Frisca Putri Prihandini, Pelaksanaan perwalian anak oleh Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali Berdasarkan Hukum yang Berlaku Di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008, hal.1.

8 kesejahteraan anak 5 Panti asuhan sebagai lembaga perwalian bertindak sebagai wali bagi anak-anak yang mengalami gangguan ekonomi atau anak terlantar. Anak yatim piatu, anak terlantar dan anak tidak mampu merupakan anak-anak yang terganggu kesejahteraannya sehingga membutuhkan penanganan dari panti asuhan yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak bahwa usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Diserahkannya anak-anak tersebut pada panti asuhan maka mereka akan mendapatkan pengawasan dan pembinaan yang lebih baik. Dengan demikian tujuan menyelenggarakan panti asuhan adalah dalam jangka waktu tertentu memberikan pelayanan sosial yang meliputi perawatan, bimbingan, pendidikan, pengembangan dan rehabilitasi serta kemudian menyerahkan mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup lebih layak dan penuh tanggungjawab sebagaimana mestinya terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Sedangkan fungsi panti asuhan adalah sebagai pengganti keluarga dalam mengembangkan pribadi anak yang meliputi aspek fisik, psikis maupun sosial untuk menyiapkan anak-anak asuh yang berdiri sendiri dan bertanggungjawab baik dalam ekonomi, mental maupun sosial 6. Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang pelaksanaan perwalian anak yang dilakukan oleh panti asuhan berdasarkan atas hukum yang berlaku di Indonesia pada saat ini, maka penulis berminat 5 Dewi Andika Putri, peran dan fungsi perwalian anak dalam mengasuh anak, skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2011, hal. 12. 6 Wahyuddin Lukman, Sosialisasi di Panti Asuhan dalam Membentuk Tingkah Laku Anak (Kasus di Panti Asuhan Abadi Aisyiyah Kecamatan Soreang, Kota Parepare).Skripsi pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar,2012,hal.15.

9 melakukan suatu penelitian dengan mengambil judul PELAKSANAAN PENGANGKATAN WALI SERTA PERLINDUNGAN ANAK DI PANTI ASUHAN GELORA KASIH SIBOLANGIT B. Permasalahan Adapun yang merupakan permasalahan dalam penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hubungan hukum antara anak dengan orang tua setelah adanya pengangkatan wali di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit? 2. Bagaimanakah hak-hak anak setelah adanya perwalian di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit? 3. Bagaimanakah pelaksanaan pengangkatan wali serta perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hubungan hukum antara anak dengan orang tua setelah adanya pengangkatan wali di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. 2. Untuk mengetahui hak-hak anak setelah adanya perwalian di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan pengangkatan wali serta perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. D. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut : 1. Secara Teoretis Kiranya penulisan skripsi ini dapat mengembangkan khasanah ilmu

10 pengetahuan hukum perdata sekaligus dapat menambah literatur khususnya mengenai perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. 2. Secara Praktis Secara praktis penulisan skripsi ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang proses pemberian perlindungan anak yang diberikan oleh Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit sehingga masyarakat mengetahui tentang arti pentingnya pemberian perlindungan anak bagi para wali khususnya. E. Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah 7. Oleh karena itu penelitian merupakan suatu sarana ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam suatu penelitian diperlukan adanya metodologi penelitian yang disesuaikan dengan ilmu pengetahuan tersebut. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu metode penelitian yang menekankan pada teori-teori hukum dan aturanaturan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Aspek yuridis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih 7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2004, hal. 1.

11 Sibolangit antara lain : a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 c. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1/HUK/1998 tentang Penyelenggaraan Asuhan Bagi Anak Terlantar d. Perjanjian perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. Aspek normatif yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah perjanjian perlindungan anak yang dibuat antara Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit dengan keluarga anak. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian dalam penulisan skripsi ini termasuk penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskriptif) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau peristiwa hukum yang terjadi di dalam masyarakat 8. Metode deskriptif analisis tersebut menggambarkan peraturan yang berlaku yang kemudian dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut perlindungan hukum bagi peserta dalam perjanjian perlindungan anak yang terdapat di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. 3. Sumber dan jenis data Secara umum jenis data yang diperlukan dalam suatu penelitian hukum terarah pada penelitian data sekunder dan data primer. Penelitian ini menggunakan jenis sumber data sekunder yang didukung dengan data primer, yaitu data yang 8 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 50.

12 mendukung keterangan atau menunjang kelengkapan data sekunder yang diperoleh dari perpustakaan dan koleksi pustaka pribadi penulis yang dilakukan dengan cara studi pustaka atau literatur. Data Sekunder terdiri dari : a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari undang-undang perlindungan anak. b. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan tentang bahan hukum primer, terdiri dari buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan data sekunder yang didukung oleh data primer. c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 4. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data difokuskan pada pokok-pokok permasalahan yang ada sehingga dalam penelitian ini tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan dalam pembahasan. Data yang diperlukan dalam penulisan ini diperoleh melalui : a. Studi kepustakaan (library research) Informasi data yaitu informasi yang berupa tulisan yang berbentuk skripsi, buku ilmiah, hasil penelitian, majalah yang kemudian disimpulkan. Dengan demikian data yang diteliti dalam suatu penelitian dapat berwujud data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan dan / atau secara langsung dari masyarakat. b. Studi lapangan (field research)

13 Wawancara adalah cara memperoleh data / informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan sebagai pelengkap dari data sekunder yang ada. 5. Analisis data Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Seluruh data yang diperoleh yaitu data-data dari bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan hukum yang mengikat seperti Undang-Undang Perlindungan Anak dan data dari lapangan sebagai data pendukung, yang berupa hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden akan dianalisis secara keseluruhan di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. Seluruh data primer maupun data sekunder yang terkumpul setelah dianalisis, selanjutnya ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci, kemudian disusun supaya lebih sistematis dan selanjutnya ditarik kesimpulan. Hasil dari kesimpulan yang merupakan data yang tersaji dalam bentuk sistematis tersebut dijadikan dasar yang dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi ini. F. Keaslian penulisan Berdasarkan penelusuran yang dilakukan pada Perpustakaan Fakultas Hukum, bahwa penulisan skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pengangkatan Wali Serta Perlindungan Anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit, pada prinsipnya merupakan buah pikiran penulis sendiri, dibuat dengan melihat beberapa referensi sumber bacaan seperti buku-buku dari perpustakaan, media cetak, ataupun media elektronik yang memiliki hubungan dengan judul skripsi ini, sekaligus bersumber dari riset lapangan di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit sebagai sumber langsung dari penyusunan skripsi ini.

14 Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada Perpustakaan Fakultas Hukum, bahwa judul skripsi ini tidak memiliki kesamaan dengan judul skripsi yang telah ada sebelumnya, karena terdapat perbedaan dalam rumusan permasalahannya. Adapun judul-judul skripsi yang telah ada tersebut, antara lain : 1. Pelaksanaan Perwalian Anak oleh Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali Berdasarkan Hukum Yang Berlaku di Indonesia, Oleh : Frisca Putri Prihandini Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (NIM:E.000 4170) 9 Pada skripsi ini membahas permasalahan mengenai : a. Bagaimana prosedur perwalian anak pada Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali? b. Apa sajakah hak-hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perwalian anak pada Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali? c. Permasalahan apa saja yang timbul dalam pelaksanaan perwalian anak pada Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali dan bagaimana upaya untuk mengatasinya? 2. Pengangkatan Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Anak (Studi Kasus Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta) di Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunankalijaga Oleh Endang Sri Utami (NIM : 10340012) 10 Pada skripsi ini membahas permasalahan mengenai : 9 Frisca Putri Prihandini, Pelaksanaan perwalian anak oleh Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali Berdasarkan Hukum yang Berlaku Di Indonesia, Skripsi pada, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta,2008, hal.15. 10 Endang Sri Utami, Pengangkatan Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Anak (Studi Kasus Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta), Skripsi pada, Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta,2014.

15 a. Bagaimanakah pelaksanaan pengangkatan anak di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta/bagaimana kaitannya dengan usaha pemenuhan hak anak? b. Bagaimanakah akibat hukum pengangkatan anak yang di angkat baik terhadap orangtua angkat maupun orangtua kandung? 3. Tanggungjawab Panti Asuhan sebagai Wali terhadap Anak Asuhnya. Oleh : Puteri Riskia (NIM : 040710101030) 11 Pada skripsi ini membahas permasalahan mengenai : a. Bagaimana kewajiban panti asuhan sebagai wali terhadap anak asuhnya? b. Akibat hukum apabila panti asuhan melalaikan kewajiban terhadap anak asuhnya? G. Sistematika penulisan Judul dalam penulisan skripsi ini berjudul Pelaksanaan Pengangkatan Wali Serta Perlindungan Anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : RUANG LINGKUP TENTANG WALI Pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan asas perwalian, syarat menjadi wali, tugas dan kewajiban seorang wali dan berakhirnya perwalian. 11 Puteri Riskia, Tanggungjawab Panti Asuhan sebagai Wali terhadap Anak Asuhnya. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Skripsi pada,universitas Jember Fakultas Hukum,2012.

16 BAB III : PERLINDUNGAN ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2014 Pada bagian ini akan membahas tentang asas-asas perlindungan anak, hak-hak anak dan tanggungjawab pemerintah dalam perlindungan anak. BAB IV : PELAKSANAAN PENGANGKATAN WALI SERTA PER LINDUNGAN ANAK DI PANTI ASUHAN GELORA KASIH SIBOLANGIT Pada bagian ini berisikan mengenai hubungan hukum dengan anak setelah ada pengangkatan di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit, hak-hak anak setelah adanya perwalian di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit dan pelaksanaan pengangkatan wali bagi anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian penutup dalam skripsi ini yang berisikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dari penulis.