BAB III SEJARAH DAN STRUKTUR BPS

dokumen-dokumen yang mirip
PERAMALAN NILAI PENJUALAN ENERGI LISTRIK DI PT. PLN (PERSERO) CABANG BINJAI UNTUK TAHUN 2008

BAB 3 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PUSAT STATISTIK

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI PADI DI SUMATERA UTARA UNTUK TAHUN 2008 TUGAS AKHIR EFRINA SINAGA

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN

BAB 3 BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)

BAB 3 ANALISA DATA. produksi kelapa sawit dari tahun 2007 sampai dengan tahun Tabel 3.1 Data Produksi Kelapa Sawit di

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

BAB II PROFIL BADAN PUSAT STATISTIK. A. Sejarah Singkat Badan pusat Statistik (BPS) oleh Direktur Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand

TUGAS AKHIR RESTI FERONIKA PURBA

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak terjadinya krisis ekonomi, mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN NIAS PADA TAHUN RIZKA RAHMI ZEBUA

MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR BANGUNAN ATAU KONSTRUKSI TAHUN 2012 TUGAS AKHIR OLEH

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

TUGAS AKHIR NOVITA PRASASTI GRACELYA SIANTURI

PERAMALAN PRODUKSI JAGUNG KABUPATEN SIMALUNGUN PADA TAHUN 2012 TUGAS AKHIR SYAIPUL BAHRI STM

KEPPRES 6/1992, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK

MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2011 BERDASARKAN DATA DARI TAHUN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB II PROFIL BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengertian Pengolahan Data

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNANORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK

PERAMALAN NILAI PENJUALAN ENERGI LISTRIK (DALAM RUPIAH) DI PT PLN (PERSERO) CABANG MEDAN UNTUK TAHUN 2010 BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR

Badan Pusat Statistik

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dengan giat melakukan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. Sebelah Timur dengan Provinsi Riau. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 GAMBARAN UMUM. Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Negara Non Departemen. BPS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN BANYAKNYA JUMLAH AIR MINUM YANG DISALURKAN PDAM SIMALUNGUN UNTUK TAHUN 2009 TUGAS AKHIR LASRI AFRIANYTA SIRAIT

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

PERAMALAN BANYAKNYA JUMLAH SURAT KILAT YANG DIKIRIM DAN DITERIMA KANTOR POS MEDAN DAN BELAWAN TAHUN 2011 TUGAS AKHIR

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PUSAT STATISTIK

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk adalah orang-orang yang tinggal atau menetap dalam sebuah wilayah

PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2012 TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Mandailing Natal merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG

APLIKASI METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA BROWN DALAM MERAMALKAN JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA MEDAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantauprapat. Kabupaten

PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA PADA TAHUN CHRISTINE NATALIA MANURUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peramalan Jumlah Penumpang Pada Siluet Tour And Travel Kota Malang Menggunakan Metode Triple Exponential Smoothing

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pada bagian ini akan di jelaskan tentang sejarah dibentuknya BPS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PUSAT STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 2 TAHUN

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berusaha mendapatkan pemenuhan kebutuhan primer maupun sekundernya. Sumber

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN STATISTIK KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008 DEVI KNS

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK DASAR

Evelina Padang, Gim Tarigan, Ujian Sinulingga

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PADA TAHUN 2014 DI PROPINSI ACEH KHARINA PRATIWI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ekonomi makro yang berpengaruh langsung bagi

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri, barang dari luar negeri,

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA

ANALISIS PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TUNGGAL ABSTRACT

SISTEM PERAMALAN PERSEDIAAN UNIT MOBIL MITSUBISHI PADA PT. SARDANA INDAH BERLIAN MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekomoni adalah salah satu hal yang terpenting untuk dipelajari. Karena ekonomi

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. energi perlu dilaksanakan secara berdayaguna dan berhasilguna. Dilihat dari

BAB 2 LANDASAN TEORI

Selamat Pagi. Sri Kadarwati, S.Si., M.T. Kepala BPS Kabupaten Lamongan. E :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III SEJARAH DA STRUKTUR BPS 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga egara on Departemen. Badan Pusat Statistik melakukan kegiatan yang ditugaskan oleh pemerintah antara lain pada bidang pertanian, agraria, pertambangan, kependudukan, sosial, ketenagakerjaan, keuangan, pendapatan, dan keagamaan. Selain hal - hal tersebut Badan Pusat Statistik juga bertugas untuk melaksanakan koordinasi di lapangan, kegiatan statistik dari segenap instansi baik di pusat maupun daerah dengan tujuan mencegah dilakukannya pekerjaan yang serupa oleh dua atau lebih instansi, memajukan keseragaman dalam penggunaan definisi, klasifikasi, dan ukuran - ukuran lainnya. Berikut ini beberapa masa peralihan di BPS yaitu : 3.1.1 Masa Pemerintahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 1920, Kantor Statistik pertama kali didirikan oleh Direktur Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directur Vand Land Bouw ijeverbeid en

Handel), dan berkedudukan di Bogor. Kantor ini ditugaskan untuk mengelola dan mempublikasikan data statistik. Pada bulan Maret 1923, dibentuk suatu Komisi untuk statistik yang anggotanya merupakan tiap tiap Departemen. Komisi tersebut diberi tugas merencanakan tindakan yang mengarah sejauh mungkin untuk mencapai kesatuan dalam kegiatan di bidang statistik di Indonesia. Pada tanggal 24 September 1924, nama lembaga tersebut diganti dengan nama Central Kantor Vor de Statistik (CKS) atau Kantor Statistik dan dipindahkan ke Jakarta. Bersama dengan itu, beralih juga pekerjaan mekanisme statistik perdagangan yang semula dilakukan oleh Kantor Invoer Uitvoer en Accijnsen (IUA) yang disebut sekarang Kantor Bea dan Cukai. 3.1.2 Masa Pemerintahan Jepang Pada bulan Juni 1944, pemerintahan Jepang baru mengaktifkan kembali kegiatan statistik yang utamanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perang atau militer. Pada masa ini juga CKS diganti nama menjadi Shomubu Chosasitu Gunseikanbu. 3.1.3 Masa Kemerdekaan Republik

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, kegiatan statistik ditangani oleh lembaga atau instansi baru sesuai dengan suasana kemerdekaan yaitu KPPURI (Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia). Tahun 1946, kantor KPPURI dipindahkan ke Yogyakarta sebagai hasil dari perjanjian Linggarjati. Sementara itu, pemerintahan Belanda (ICA) di Jakarta mengaktifkan kembali CKS. Dengan surat Menteri Perekonomian tanggal 1 Maret 1952 o. P/44, lembaga KPS berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perekonomian. Selanjutnya, keputusan Menteri Perekonomian tanggal 24 September 1953 o. 18.009/M KPS dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu bagian research yang disebut Afdeling A dan bagian penyelenggaraan tata usaha yang disebut Afdeling B. Dengan Keputusan Presiden RI o. 131 tahun 1957, kementerian perekonomian dipecah menjadi kementerian perdagangan dan kementerian perindustrian. Untuk selanjutnya, Keputusan Presiden RI o. 172 tahun 1957, terhitung mulai tanggal 1 Juni 1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik. 3.1.4 Masa Orde Baru Sampai Sekarang Pada pemerintahan Orde Baru, khususnya untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, maka untuk mendapatkan statistik yang handal, lengkap, tepat, akurat, dan terpercaya mulai diadakan pembenahan Organisasi Biro Pusat Statistik.

Dalam masa orde baru ini BPS telah mengalami empat kali perubahan Struktur Organisasi yaitu : 1. Peraturan Pemerintah o. 16 tahun 1968 tentang Organisasi BPS. 2. Peraturan Pemerintah o. 6 tahun 1980 tantang Organisasi BPS. 3. Peraturan Pemerintah o. 2 tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi, suasana, dan tata kerja BPS. 4. Undang Undang o. 16 tahun 1997 tentang Statistik. 5. Keputusan Presiden RI o. 86 tahun 1998 tentang BPS. 6. Keputusan Kepala BPS o. 100 tahun 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPS. 7. PP 51 tahun 1999 tentang penyelenggaraan statistik. Tahun 1968, ditetapkan Peraturan Pemerintah o. 16 tahun 1968 yaitu yang mengatur organisasi dan tata kerja di pusat dan di daerah. Tahun 1980, Peraturan Pemerintah o. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti Peraturan Pemerintah o. 16 tahun 1968 di tiap Propinsi dan di Kabupaten atau Kotamadya terdapat cabang perwakilan Badan Pusat Statistik. Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai pengganti Undang - Undang omor : 6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juni 1998 dengan Keputusan RI o. 86 tahun 1998 ditetapkan Biro Pusat Statistik sekaligus mengatur tata kerja dan struktur organisasi Badan Pusat Statistik yang baru. 3.2 Visi dan Misi Badan Pusat Statistik

a. Visi Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik mempunyai visi menjadikan informasi statistik sebagai tulang punggung informasi pembangunan nasional dan regional, didukung sumber daya manusia yang berkualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang mutakhir. b. Misi Badan Pusat Statistik Dalam perjuangan pembangunan nasional, Badan Pusat Statistik mengembangkan misi mengarahkan pembangunan statistik pada penyajian data statistik yang bermutu handal, efektif, dan efisien, peningkatan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan statistik dan pengembangan ilmu pengetahuan statistik. 3.3 Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik Organisasi merupakan suatu fungsi manajemen yang mempunyai peranan dan kegiatan langsung dengan instansi sosial yang terjadi di antara individu - individu dalam rangka kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai suatu tujuan yang ditetapkan. Dengan adanya struktur organisasi maka akan jelaslah pemisahan tugas dari para pegawai/staf. Struktur organisasi yang ditetapkan di Kantor Badan Pusat Statistik adalah struktur organisasi ini dan staf. Struktur ini mengandung unsur - unsur spesialisasi

kerja, standardisasi kegiatan, sentralisasi dan desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan yang menunjukkan lokasi kekuasaan, pembuatan keputusan, dan ukuran satuan yang menunjukkan suatu kelompok kerja. Adapun tujuan dari struktur organisasi ini dan staf di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara adalah : a. Pengkoordinasian yaitu yang memungkinkan komunikasi integrasi berbagai departemen dan kegiatan - kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain. b. Pemberian saran yaitu memberikan saran atau membuat rekomendasi bagi manajemen. c. Pembuatan keputusan yaitu membuat keputusan - keputusan dan mengamati bagaimana pelaksanaan dari keputusan tersebut. Adapun bagan struktur organisasi Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : Peraturan Presiden Republik Indonesia omor : 86 tahun 1998 ditetapkan Badan Pusat Statistik sebagaimana lampiran dalam organisasi Kantor Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. Kepala Kantor dibantu tata usaha yang terdiri dari : a. Sub Bagian Urusan Dalam b. Sub Bagian Perlengkapan c. Sub Bagian Keuangan d. Sub Bagian Kepegawaian e. Sub Bagian Bina Potensi/Bina Program

Sedangkan Bidang Penunjang Statistik terdiri dari 5(lima) bidang yaitu : 1. Bidang Statistik Produksi Bidang Statistik Produksi mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan statistik pertanian, industri, konstruksi pertambangan dan energi. 2. Bidang Statistik Distibusi Bidang Statistik Distribusi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan statistik konsumen, perdagangan besar, statistik keuangan dan harga produsen serta niaga dan jasa. 3. Bidang Statistik Kependudukan Bidang BPS Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan statistik demografi dan rumah tangga, statistik tenaga kerja, serta statistik kesejahteran. 4. Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) Bidang IPDS mempunyai tugas untuk penyiapan data, penyusunan sistem, dan program serta operasional pengolahan data dengan program komputer. 5. Bidang eraca Wilayah dan Analisis Statistik Bidang eraca Wilayah dan Analisis Statistik mempunyai tugas untuk penyusunan neraca produksi, neraca konsumsi, dan akumulasi penyajian analisis serta kegiatan penerapan statistik. 3.4 Tugas dan Wewenang Masing - Masing Bagian di Badan Pusat Statistik

3.4.1 Bidang Tata Usaha 1. Menyusun program kerja tahunan bidang. 2. Mengatur dan melaksanakan perhimpunan dan penyusunan program kerja tahunan, baik rutin maupun proyek kantor BPS propinsi dan menyampaikan ke BPS. 3. Mengatur dan melaksanakan urusan dalam yang meliputi surat - surat penggandaan atau percetakan, kearsipan, rumah tangga, pemeliharaan gedung, keamanan dan ketertiban lingkungan serta perjalanan dinas dalam dan luar negeri. 4. Mengatur dan melaksanakan urusan perlengkapan dan pembekalan yang meliputi penyusunan rencana kebutuhan, penyaluran, dan pengemasan penyimpanan pergudangan, iventarisasi, penghapusan serta pemeliharaan peralatan dan perlengkapan. 5. Mengatur dan melaksanakan urusan keuangan yang meliputi tata usaha keuangan, pembendaharaan, verifikasi, dan pembukuan. 6. Mengatur dan melaksanakan urusan dan mutasi pegawai, pembinaan pegawai, kesejahteraan pegawai, administrasi jabatan fungsional, hukum, organisasi tata laksana serta penyajian. 7. Menyusun laporan kegiatan sevara berkala dan sewaktu - waktu. 8. Mengatur dan melaksanakan urusan penyelenggaraan berbagai pelatihan teknis dan pelatihan administratif. 3.4.2 Bidang Statistik Produksi

1. Menyusun program kerja tahunan bidang yang meliputi kegiatan statistik pertanian, industri, konstruksi energi, dan statistik produksi lainnya yang ditemukan. 2. Mengatur keikutsertaan program latihan yang diselenggarakan oleh pusat bidang statistik produksi. 3. Membantu kepala kantor BPS atau pimpinan proyek atau bagian proyek untuk menyiapkan program petugas bagian lapangan. 4. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di pusat pelatihan serta mengatur penjatahan pelatihan. 5. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dan pengawasan lapangan terhadap pelaksanaan lapangan produksi. 6. Mengatur dan melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan dokumen hasil pengumpulan data statistik produksi. 7. Bersama - sama dengan bidang pengolahan data, mengatur dan menyiapkan data statistik produksi melalui komputer sesuai yang diterapkan. 8. Mengatur dan melaksanakan evaluasi hasil kerja kegiatan statistik produksi. 9. Mengatur dan menyiapkan hasil pengolahan statistik produksi yang akan dikirim ke pusat melalui komputer sesuai dengan jadwal yang ditentukan. 10. Membantu Kepala Kantor Badan Pusat Statistik melakukan pembinaan secara teratur petugas pencacah, pengawas, dan pemeriksaan pengumpulan data statistik produksi, kabupaten, kotamadya maupun kecamatan. 3.4.3 Bidang Statistik Ditribusi

1. Menyusun program kerja tahunan bidang yang meliputi kegiatan statistik pertanian, industri, konstruksi energi, dan statistik produksi lainnya yang ditemukan. 2. Mengatur keikutsertaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh pusat di bidang statistik ditribusi. 3. Membantu kepala kantor BPS propinsi atau pimpinan proyek untuk menyiapkan program tugas lapangan. 4. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di pusat pelatihan serta mengatur penjatahan pelatihannya. 5. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dan pengawasan lapangan terhadap pelaksanaan lapangan statistik distribusi. 3.4.4 Bidang Pengolahan Data 1. Menyusun program kerja tahunan bidang. 2. Meneliti jenis data yang diolah melalui komputer dan bersama - sama dengan bidang yang bersangkutan serta menentukan sistem pengolahan dengan komputer. 3. Mengatur pembuatan sistem dan program pelaksanaan penyiapan data dan operasi pengolahannya. 4. Mengatur dan melaksanakan penerimaan dokumen yang diolah dengan komputer. 5. Mengatur dan melaksanakan tugas yang langsung diberikan atasan.

3.4.5 Bidang Statistik Kependudukan 1. Menyusun program kerja tahunan bidang. 2. Melaksanakan kegiatan statistik demografi dan rumah tangga, ketenagakerjaan, kesejahteraan rakyat dan statistik kependudukan lainnya yang ditentukan. 3. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan lapangan. 4. Melakukan pembinaan, pengamatan lanjut dan pengawasan lapangan terhadap pelaksanaan kegiatan statistik kependudukan. 5. Mengatur dan menyiapkan dokumen dan hasil pengolahan statistik kependudukan melalui komputer sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 3.4.6 Bidang eraca Wilayah dan Analisa 1. Menyusun program kerja tahunan. 2. Menyusun dan melaksanakan penerangan kegiatan statistik kepada masyarakat, instansi lainnya maupun media massa.

BAB IV AALISIS DA PEGOLAHA DATA 4.1 Arti dan Kegunaan Analisis Data Analisis data pada dasarnya dapat diartikan sebagai berikut: a. Membandingkan dua hal atau lebih variabel untuk mengetahui selisih atau rasionya, kemudian diambil kesimpulan. b. Menguraikan atau memecahkan suatu keseluruhan menjadi komponenkomponen yang lebih kecil, untuk: 1. Mengetahui komponen yang menonjol. 2. Membandingkan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain. 3. Membandingkan salah satu komponen dengan keseluruhan. Analisa data dilakukan agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan. Adapun data yang digunakan dalam peramalan ini adalah data PDRB Kota Sibolga Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2005-2009. Untuk menganalisis data tersebut digunakan metode pemulusan (smoothing) eksponensial ganda satu parameter dari Brown, di mana datanya adalah sebagai berikut:

TABEL 4.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Industri Kota Sibolga Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Tahun PDRB 2005 76.500,21 2006 84.843,77 2007 96.465,33 2008 110.039,28 2009 119.416,74 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Medan 140000 Grafik PRDB Kota Sibolga Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2005-2009 120000 100000 80000 60000 Periode PDRB 40000 20000 0 1 2 3 4 5 Gambar 4.1 Grafik PDRB Kota Sibolga Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2005-2009

4.2 Analisis Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial dari Brown ini, hampir sama dengan rata-rata bergerak linear karena kedua nilai pemulusan tunggal dan ganda ketinggalan dari data yang sebenarnya bilamana terdapat unsur trend. Persamaan yang dipakai dalam implementasi pemulusan eksponensial linear satu parameter dari Brown ini adalah: S ' t = αx t + (1-α)S ' t -1 S t " = αs' t + (1-α)S t " -1 a t = 2S' t - S t " b t = (S ' t - S t " ) F t+m = a t + b t m Jenis masalah ini muncul dalam setiap metode pemulusan (smoothing) eksponensial. Jika parameter pemulusan α tidak mendekati nol, pengaruh dari proses ini dengan cepat menjadi kurang berarti dengan berlalunya waktu. Tetapi, jika α mendekati nol, proses inisialisasi tersebut dapat memainkan peranan nyata selama periode waktu yang panjang. Berikut ini akan dilakukan analisis data dengan metode pemulusan (smoothing) eksponensial dimulai dari parameter α = 0,1 sampai α = 0,9. Dari hasil analisis tersebut, galat atau kesalahannya (error) akan dibandingkan satu per satu dari α = 0,1 sampai α = 0,9, sehingga parameter α, yaitu antara α = 0,1 sampai α = 0,9 yang memiliki kesalahan (error) terkecil yang akan digunakan untuk meramalkan PDRB Kota Sibolga.

Tabel 4.2 Pemulusan PDRB Kota Sibolga Berdasarkan Harga Berlaku Pada α = 0,1 X t S' t S" t a t b t F t+m e e 2 76,500.21 76,500.21 76,500.21 84,843.77 77,334.57 76,583.65 78,085.49 83.44 96,465.33 79,247.64 76,850.05 81,645.24 266.40 78,168.92 18,296.41 334,758,516.43 110,039.28 82,326.81 77,397.72 87,255.89 547.68 81,911.64 28,127.64 791,164,141.53 119,416.76 86,035.80 78,261.53 93,810.07 863.81 87,803.57 31,613.19 999,393,938.40 Untuk α = 0,1, = 5 Maka : MSE = t=1 e 2 t 2.125.316.596,36 = 5 = 425.063.319,27 TOTAL 2.125.316.596,36 Sumber : Perhitungan Tabel 4.3 Pemulusan PDRB Kota Sibolga Berdasarkan Harga Berlaku Pada α = 0,2 X t S' t S" t a t b t F t+m e e 2 76,500.21 76,500.21 76,500.21 84,843.77 78,168.92 76,833.95 79,503.89 333.74 96,465.33 81,828.20 77,832.80 85,823.60 998.85 79,837.63 16,627.70 276,480,274.27 110,039.28 87,470.42 79,760.33 95,180.51 1,927.52 86,822.45 23,216.83 539,020,972.37

119,416.76 93,859.69 82,580.20 105,139.18 2,819.87 97,108.04 22,308.72 497,679,205.77 Untuk α = 0,2, = 5 Maka : MSE = t=1 e 2 t 1.313.180.452,41 = 5 = 262.636.090,48 TOTAL 1.313.180.452,41 Sumber : Perhitungan Tabel 4.4 Pemulusan PDRB Kota Sibolga Berdasarkan Harga Berlaku Pada α = 0,3 X t S' t S" t a t b t F t+m e e 2 76,500.21 76,500.21 76,500.21 84,843.77 79,003.28 77,251.13 80,755.43 750.92 96,465.33 84,241.89 79,348.36 89,135.43 2,097.23 81,506.35 14,958.98 223,771,202.31 110,039.28 91,981.11 83,138.18 100,824.03 3,789.83 91,232.66 18,806.62 353,689,076.19 119,416.76 100,211.80 88,260.27 112,163.34 5,122.09 104,613.86 14,802.90 219,125,857.88 Untuk α = 0,3, = 5 Maka : MSE = t=1 e 2 t = 796.586.136,38 5 TOTAL 796.586.136,38 Sumber : Perhitungan

= 159.317.227,28 Tabel 4.5 Pemulusan PDRB Kota Sibolga Berdasarkan Harga Berlaku Pada α = 0,4 X t S' t S" t a t b t F t+m e e 2 76,500.21 76,500.21 76,500.21 84,843.77 79,837.63 77,835.18 81,840.09 1,334.97 96,465.33 86,488.71 81,296.59 91,680.83 3,461.41 83,175.06 13,290.27 176,631,329.83 110,039.28 95,908.94 87,141.53 104,676.35 5,844.94 95,142.25 14,897.03 221,921,645.83 119,416.76 105,312.07 94,409.75 116,214.39 7,268.21 110,521.29 8,895.47 79,129,454.84 477,682,430.50 TOTAL Sumber : Perhitungan Untuk α = 0,4, = 5 Maka : MSE = t=1 e 2 t 477.682.430,50 = 5 = 95.536.486,10 Tabel 4.6 Pemulusan PDRB Kota Sibolga Berdasarkan Harga Berlaku Pada α = 0,5 X t S' t S" t a t b t F t+m e e 2 76,500.21 76,500.21 76,500.21

84,843.77 80,671.99 78,586.10 82,757.88 2,085.89 96,465.33 88,568.66 83,577.38 93,559.94 4,991.28 84,843.77 11,621.56 135,060,656.83 110,039.28 99,303.97 91,440.68 107,167.27 7,863.30 98,551.22 11,488.06 131,975,522.56 119,416.76 109,360.37 100,400.52 118,320.21 8,959.85 115,030.56 4,386.20 19,238,750.44 Untuk α = 0,5, = 5 Maka : MSE = t=1 e 2 t 286.274.929,84 = 5 = 57.254.985,97 TOTAL 286.274.929,84 Sumber : Perhitungan Tabel 4.7 Pemulusan PDRB Kota Sibolga Berdasarkan Harga Berlaku Pada α = 0,6 X t S' t S" t a t b t F t+m e e 2 76,500.21 76,500.21 76,500.21 84,843.77 81,506.35 79,503.89 83,508.80 3,003.68 96,465.33 90,481.74 86,090.60 94,872.87 6,586.71 86,512.48 9,952.85 99,059,183.31 110,039.28 102,216.26 95,766.00 108,666.53 9,675.40 101,459.58 8,579.70 73,611,231.50 119,416.76 112,536.56 105,828.34 119,244.79 10,062.34 118,341.93 1,074.83 1,155,266.75 Untuk α = 0,6, = 5 Maka : TOTAL 173.825.681,56 Sumber : Perhitungan

MSE = t=1 e 2 t 173.825.681,56 = 5 = 34.765.136,31 Tabel 4.8 Pemulusan PDRB Kota Sibolga Berdasarkan Harga Berlaku Pada α = 0,7 X t S' t S" t a t b t F t+m e e 2 76,500.21 76,500.21 76,500.21 84,843.77 82,340.70 80,588.55 84,092.85 4,088.34 96,465.33 92,227.94 88,736.13 95,719.76 8,147.57 88,181.19 8,284.14 68,626,909.27 110,039.28 104,695.88 99,907.95 109,483.80 11,171.83 103,867.33 6,171.95 38,092,981.62 119,416.76 115,000.50 110,472.73 119,528.26 10,564.78 120,655.63-1,238.87 1,534,802.64 TOTAL 108,254,693.52 Sumber : Perhitungan Untuk α = 0,7, = 5 Maka : MSE = t=1 e 2 t 108.254.693,52 = 5 = 21.650.938,70

Tabel 4.9 Pemulusan PDRB Kota Sibolga Berdasarkan Harga Berlaku Pada α = 0,8 X t S' t S" t a t b t F t+m e e 2 76,500.21 76,500.21 76,500.21 84,843.77 83,175.06 81,840.09 84,510.03 5,339.88 96,465.33 93,807.28 91,413.84 96,200.71 9,573.75 89,849.91 6,615.42 43,763,834.70 110,039.28 106,792.88 103,717.07 109,868.69 12,303.23 105,774.46 4,264.82 18,188,665.75 119,416.76 116,891.98 114,257.00 119,526.97 10,539.93 122,171.92-2,755.16 7,590,907.07 Untuk α = 0,8, = 5 Maka : MSE = t=1 e 2 t TOTAL 69,543,407.52 Sumber : Perhitungan 69.543.407,52 = 5 = 13.908.681,50 Tabel 4.10 Pemulusan PDRB Kota Sibolga Berdasarkan Harga Berlaku Pada α = 0,9 X t S' t S" t a t b t F t+m e e 2 76,500.21 76,500.21 76,500.21 84,843.77 84,009.41 83,258.49 84,760.33 6,758.28 96,465.33 95,219.74 94,023.61 96,415.86 10,765.12 91,518.62 4,946.71 24,469,959.61 110,039.28 108,557.33 107,103.95 110,010.70 13,080.34 107,180.98 2,858.30 8,169,860.60 119,416.76 118,330.82 117,208.13 119,453.50 10,104.18 123,091.04-3,674.28 13,500,317.06 TOTAL 46,140,137.27

Untuk α = 0,9, = 5 Maka : MSE = t=1 e 2 t 46.140.137,27 = 5 = 9.228.027,45 Sumber : Perhitungan

Kemudian salah satu nilai MSE tersebut dibandingkan untuk menentukan nilai α yang memberikan MSE yang terkecil atau yang minimum. Perbandingan ukuran ketepatan metode peramalan PDRB sektor industri pengolahan Kota Sibolga dapat dilihat dari daftar MSE sebagai berikut: Tabel 4.11 Perbandingan Ukuran Ketepatan Metode Peramalan α MSE 0,1 425.063.319,27 0,2 262.636.090,48 0,3 159.317.227,28 0,4 95.536.486,10 0,5 57.254.985,97 0,6 34.765.136,31 0,7 21.650.938,70 0,8 13.908.681,50 0,9 9.228.027,45 Sumber : Perhitungan Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa yang menghasilkan nilai MSE yang paling kecil atau yang paling minimum yaitu pada α = 0,9 yaitu dengan MSE = 9.228.027,45. Dan untuk meramalkan PDRB sektor industri pengolahan berdasarkan harga berlaku Kota Sibolga 2011 digunakan α =0,9

Tabel 4.12 Aplikasi Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Linear Satu Parameter dari Brown Menggunakan α = 0,9 pada Data PDRB Kota Sibolga Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Harga Berlaku Periode Tahun X t S' t S" t a t b t F t+m e abs e e 2 1 2000 76,500.21 76,500.21 76,500.21 2 2001 84,843.77 83,175.06 81,840.09 84,510.03 5,339.88 3 2002 96,465.33 93,807.28 91,413.84 96,200.71 9,573.75 89,849.91 6,615.42 6,615.42 43,763,834.70 4 2003 110,039.28 106,792.88 103,717.07 109,868.69 12,303.23 105,774.46 4,264.82 4,264.82 18,188,665.75 5 2004 119,416.76 116,891.98 114,257.00 119,526.97 10,539.93 122,171.92-2,755.16 2,755.16 7,590,907.07 Total 8,125.08 13,635.40 69,543,407.52 Sumber : Perhitungan

Ukuran ketepatan Metode Peramalan dengan α = 0,9 : 1. ME (Mean Error) / ilai Tengah Kesalahan ME = t=1 e t = 4.130,73 5 = 826,15 2. MSE (Mean Square Error) / ilai Tengah Kesalahan Kuadrat MSE = t=1 e 2 t = 46.140.137,27 5 = 9.228.027,45 3. MAE (Mean Absolute Error) / ilai Tengah Kesalahan Absolut MAE = t=1 e t = 11.479,29 5 = 2.295,86 4. MAPE (Mean Absolute Percentage Error) / ilai Tengah Kesalahan Persentase Absolut MAPE = t=1 PE t X t Ft, PE t = 100 X t

= 16,18 5 = 3,24 5. MPE (Mean Percentage Error) / ilai Tengah Kesalahan Persentase MPE = t=1 PE t = 5,01 5 = 1,003 4.3 Penentuan Bentuk Persamaan Peramalan Setelah ditentukan harga parameter smoothing eksponensial yang besarnya 0<α<1 dengan cara trial and error didapat perhitungan peramalan smoothing eksponensial linear satu parameter dari Brown dengan α = 0,9. Perhitungan pada tabel 4.12 di atas didasarkan pada α = 0,9 dan ramalan untuk satu periode ke depan yaitu dalam perhitungan periode ke-6, serta gambar smoothing eksponensial linear satu parameter dari Brown.

140.000,00 120.000,00 100.000,00 80.000,00 60.000,00 40.000,00 20.000,00 Data Asli Pemulusan Pertama Pemulusan Kedua Ramalan - 1 2 3 4 5 Gambar 4.2 Plot Pemulusan Peramalan dengan α = 0,9 Seperti yang sudah dijelaskan pada bab 2 (tinjauan teoritis) persamaan yang dipakai dalam perhitungan peramalan ini sebagai berikut : S' t = αx t + (1 - α) S' t 1 S" t = αs' t + (1 - α) S" t 1 a t = S' t + (S' t - S" t ) = 2 S' t - S" t b t = α ( S ' S' ' ) α 1 t t F t+m = a t + b t m Berdasarkan data terakhir dapat dibuat peramalan untuk satuan tahun berikutnya dengan bentuk persamaan peramalan : F t+m = 119.453,50 + (10.104,18) (m) 4.4 Peramalan PDRB Kota Sibolga Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Harga Berlaku

Setelah diketahui bahwa error yang didapat pada model peramalan bersifat random maka dilakukan Peramalan PDRB Kota Sibolga Sektor Industri 2010-2012 dengan menggunakan persamaan : F t+m = 19.204,61 + (103,07) (m) Setelah diperoleh model peramalan PDRB Kota Sibolga Sektor Industri maka dapat dihitung untuk 3 periode ke depan, yaitu untuk tahun 2010-2012 seperti di bawah ini : a. Untuk Periode 6 (tahun 2010) F t+m = 119.453,50 + (10.104,18) (m) F 5+1 = 119.453,50 + (10.104,18) (1) F 6 = 129.557,68 b. Untuk Periode 7 (tahun 2011) F t+m = 119.453,50 + (10.104,18) (m) F 5+2 = 119.453,50 + (10.104,18) (2) F 7 = 139.661,86 c. Untuk Periode 8 (tahun 2012) F t+m = 119.453,50 + (10.104,18) (m) F 5+3 = 119.453,50 + (10.104,18) (3) F 8 = 149.766,04

Tabel 4.13 Peramalan PDRB Kota Sibolga Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Harga Berlaku Tahun Periode Peramalan (Forecasting) 2010 11 129.557,68 2011 12 139.661,86 2012 13 149.766,04 Sumber : Perhitungan BAB V IMPLEMETASI SISTEM 5.1 Pengertian Implementasi Sistem Implementasi sistem adalah prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan desain sistem yang ada dalam desain yang disetujui, menginstal, dan memulai sistem baru atau sistem baru yang diperbaiki Tahapan implementasi merupakan tahapan penerapan hasil desain tertulis ke dalam programming (coding). Dalam pengolahan data dalam karya tulis ini, penulis menggunakan satu software (perangkat lunak) sebagai implementasi sistem yaitu Microsoft Excel dalam menyelesaikan masalah untuk memperoleh hasil perhitungan.

Dalam hal pengolahan data, komputer mempunyai kelebihan dari manusia yaitu kecepatan, ketepatan, dan keandalan dalam memproses data. Dan dengan adanya perangkat lunak komputer tersebut kita sangat terbantu karena memang ada kalanya data-data yang sangat rumit dan banyak itu tidak dapat dikerjakan secara manual atau dengan menggunakan tenaga manusia yang tentunya membutuhkan waktu dan tenaga yang sangat banyak untuk mengolah data tersebut, disamping itu faktor kesalahan yang dilakukan oleh manusia relatif besar. Dan dengan adanya software (perangkat lunak), diharapkan pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, menghemat waktu dan tenaga dengan tingkat kesalahan yang relatif kecil. 5.2 Micrrosoft Excel Microsoft Excel merupakan program aplikasi lembar kerja elektronik (spread sheet) dari program paket Microsoft Office. Excel merupakan salah satu software pengolah angka yang cukup banyak digunakan di dunia. Excel merupakan program unggulan dari Microsoft Corporation yang banyak berperan dalam pengelolaan informasi khususnya data yang berbentuk angka, dihitung, diproyeksikan, dianalisis dan dipresentasikan data pada lembar kerja. Microsoft telah mengeluarkan Excel dalam berbagai versi mulai dari versi 4, versi 5, versi 97, versi 2000, versi 2002, versi 2003, dan versi 2007.

Sheet atau lembar kerja Excel terdiri dari 256 kolom dan 65.536 baris. Kolom diberi nama dengan huruf mulai dari A, B, C,, Z kemudian dilanjutkan AA, AB, AC,, sampai kolom IV. Sedangkan baris ditandai dengan angka mulai 1, 2, 3,, 65.536. 5.3 Membuka Microsoft Excel Langlah langakah untuk masuk ke program Ms. Excel, adalah: a. Klik Start yang ada pada taskbar b. Klik Menu All programs c. Klik menu Microsoft Office d. Klik Microsft Office Excel 2007 e. Maka, tampilan Microsoft Excel akan muncul Tampilan Microsoft Excel dapat dilihat pada gambar 5.1 Gambar 5.1 Tampilan Cara Mengaktifkan Excel

Gambar 5.1 Tampilan Cara Mengaktifkan Microsoft Excel 5.4 Lembar Kerja Microsoft Excel Setelah masuk ke dalam program Ms. Excel 2007, maka akan tampil lingkungan kerja (workspace) Microsoft Excel, seperti pada gambar berikut: Gambar 5.2 Tampilan Lembar Kerja Microsoft Excel 2007 Gambar 5.2 Tampilan Lembar Kerja Microsoft Excel 2007 1.5 Implementasi Sistem Peramalan PDRB Sektor Industri Pengolahan Kota Sibolga

Melalui Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown data - data tiap tahun PDRB Kota Sibolga diolah dalam Microsoft Excel. Oleh karena itu, data-data tersebut harus diketik pada worksheet atau lembar kerja Excel dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pada kolom pertama atau sel A1 ketik Tahun b. Isi kolom dibawah sel A1 dengan tahun 2005-2009 yakni pada sel A2 sampai sel A6 c. Pada kolom kedua atau sel B1 ketik PDRB d. Isi kolom di bawah sel B1dengan data-data PDRB Kota Sibolga berdasarkan harga berlaku. Tampilannya adalah sebagai berikut : Gambar 5.3 Tampilan Data PDRB Dalam Microsoft Excel Dari data di atas,dapat ditentukan besarnya forecast atau ramalan dengan α = 0,9.

Gambar 5.3 Tampilan Data PDRB dalam Microsoft Excel Dan untuk perhitungan peramalan PDRB tersebut, tabel di atas harus dilengkapi dengan pemberian nama tiap kolom sebagai berikut: a. Pada kolom ketiga ketik (Sel C1) diketik S't b. Pada kolom keempat (sel D1) ketik S"t c. Pada kolom kelima (sel E1) ketik a t d. Pada kolom keenam (sel F1) ketik b t e. Pada kolom ketujuh (sel G1) ketik F t+m f. Pada kolom kedelapan (sel H1) ketik e g. Pada kolom kesembilan (sel I1) ketik e 2 Maka perhitungan masing masing untuk pemulusan pertama (S't), pemulusan kedua (S"t), a t, b t, peramalan (F t+m ), error (e), dan e 2 adalah sebagai berikut: a. Pemulusan Pertama (S't) Untuk tahun pertama (tahun 2005), pemulusan pertamanya sama dengan tahun pertama (tahun 2005) data sebenarnya. Atau dengan kata lain pemulusan pertama tahun 2005 sama besar dengan data sebenarnya untuk tahun 2005. Sedangkan untuk periode kedua (tahun 2006) yaitu pada sel C3 dapat dihitung dengan rumus = 0,9 * B3 + (1 0,9) * C2. Dalam kasus ini, pada sel C3 dihasilkan angka : 84.009,41. Untuk periode ketiga sampai periode sembilan yang perlu dilakukan adalah menyalin rumus yang ada pada sel C3. b. Pemulusan Kedua (S"t)

Untuk tahun pertama (tahun 2005), pemulusan keduanya sama dengan tahun pertama (tahun 2005) data sebenarnya. Atau dengan kata lain pemulusan kedua tahun 2005 sama besar dengan data sebenarnya untuk tahun 2005. Sedangkan untuk periode kedua (tahun 2006) yaitu pada sel D3 dapat dihitung dengan rumus = 0,9 * C3 + (1 0,9) * D2. Dalam kasus ini, pada sel D3 dihasilkan angka : 83.258,49. Untuk periode ketiga sampai periode Sembilan yang perlu dilakukan adalah menyalin rumus yang ada pada sel D3. c. Perhitungan ilai a t ilai a yang dicari adalah nilai a mulai periode kedua (sel E3) yaitu pada tahun 2006. Rumus yang di gunakan untuk sel E3 (nilai a pada tahun 2006) adalah = (2*C3)-D3 Dalam kasus ini, pada sel E3 dihasilkan angka 84.760,33. Untuk periode ketiga sampai periode Sembilan yang perlu dilakukan adalah menyalin rumus yang ada pada sel E3. d. Perhitungan ilai b t ilai b yang dicari adalah nilai b mulai periode kedua (sel F3) yaitu pada tahun 2006. Rumus yang di gunakan untuk sel F3 (nilai b pada tahun 2006) adalah = Dalam kasus ini, pada sel F3 dihasilkan angka 6.758,28. Untuk periode ketiga sampai periode Sembilan yang perlu dilakukan adalah menyalin rumus yang ada pada sel F3. e. Perhitungan Ramalan (F t+m )

ilai Ramalan yang dicari adalah nilai ramalan mulai periode ketiga (sel G4) yaitu pada tahun 2006. Rumus yang di gunakan untuk sel G4 (nilai Ramalan pada tahun 2007) adalah = E3 + F3 Dalam kasus ini, pada sel G4 dihasilkan angka 91.518,62. Untuk periode ketiga sampai periode Sembilan yang perlu dilakukan adalah menyalin rumus yang ada pada sel G4. f. Perhitungan Error (e) ilai Error yang dicari adalah nilai error mulai periode ketiga (sel H4) yaitu pada tahun 2006. Rumus yang di gunakan untuk sel H4 (e pada tahun 2007) adalah = B4 G4. Dalam kasus ini, pada sel H4 dihasilkan angka 49.46,71. Untuk periode ketiga sampai periode Sembilan yang perlu dilakukan adalah menyalin rumus yang ada pada sel H4. g. Perhitungan Square Error (e 2 ) ilai e 2 yang dicari adalah nilai e 2 mulai periode ketiga (sel I4) yaitu pada tahun 2001. Rumus yang di gunakan untuk sel I4 (e 2 pada tahun 2002) adalah = H4 ^2. Dalam kasus ini, pada sel I4 dihasilkan angka 8.375.657.440,63. Untuk periode ketiga sampai periode Sembilan yang perlu dilakukan adalah menyalin rumus yang ada pada sel I4. Tampilan secara lengkap penjabaran diatas dalam Microsoft Excel adalah:

Gambar 5.4 Tampilan Hasil Pengolahan Data

BAB VI PEUTUP 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam perhitungan peralaman PDRB sektor industri pengelohan Kota Sibolga adalah sebagai berikut : 1. Dari plot data dapat dilihat bahwa nilai PDRB sektor industri pengolahan Kota Sibolga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. 2. ilai ramalan PDRB sektor industri pengolahan berdasarkan harga berlaku Kota Sibolga pada tahun 2012 adalah sebesar 149.766,04 3. Dari hasil peramalan PDRB kota Sibolga, maka masih sangat releavan apabila sektor industri pengolahan dijadikan sebagai kontributor utama yang menggerakkan perekonomian Kota Sibolga karena nilainya cenderung naik dari tahun ke tahun.

6.2 Saran Ada pun saran yang dapat dikemukakan penulis adalah : 1. Seiring dengan peningkatan PDRB sektor industri pengolahan diharapkan dapat meningkatkkan pendapatan perkapita masyarakat sehingga taraf hidup masyarakan Kota Sibolga akan meningkat pula. 2. Dengan adanya peramalan PDRB sektor industri pengolahan Kota Sibolga diharapkan Pemerintah maupun Swasta dapat memacu pertumbuhan pendapatan PDRB khususnya sektor industri pengolahan. 3. Diharapkan kepada Badan Pusat Statistik (BPS) agar dapat memberikan datadata mengenai PDRB yang lebih akurat dan terpercaya untuk kepentingan masyarakat luas. DAFTAR PUSTAKA