Bab VI Analisa Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. istilah urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

2016 KONFLIK PEMBEBASAN LAHAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN JATIGEDE DI DESA WADO

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pasar bebas khususnya di bidang ekonomi, terlebih kepada negara yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

PENDAHULUAN. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. pemilik (principal) dengan manajemen perusahaan (agent). Hal ini terjadi karena

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan aset dan potensi pariwisata. Sumatera Barat yang terletak

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB III DINAMIKA KONDISI PARIWISATA SRI LANKA

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi kemajuan ekonomi suatu negara. Terlebih kekayaan alam dan budaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

DAMPAK KERUSUHAN MALUKU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI STAKEHOLDER PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA PANTAI NAMALATU KOTA AMBON TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dari keadaan yang tradisional menuju kepada suatu masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. obyek wisata, serta kemudahan perjalanan wisatanya. berwisata yang berkualitas. Adanya keinginan wisatawan yang umumnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 7 PENUTUP. Terakota yang merupakan kesenian asli dari kerajaan Majapahit yang hampir punah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dipandang sebagai pemenuhan terhadap keinginan (hasrat) mendapatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi Melalui Konsep Sustainable. 2. Sarana dan fasilitas perlu ditingkatkan pengawasannya.

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan Pariwisata adalah asset yang dimiliki oleh Negara yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam bahan galian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

MENYIMAK PERANAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis yang semakin ketat persaingannya belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan, yaitu sarana akomodasi dan sarana pelengkap lainnya sebagai penunjang

PROGRAM EKONOMI PDI PERJUANGAN Oleh : Muhammad Islam

8.1 Temuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang dilalui garis Khatulistiwa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

Transkripsi:

Bab VI Analisa Pendahuluan Dalam konteks Atauro, kata kunci yang menjadi isu utama adalah hadirnya perubahan. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis di Atauro dan mengingat penulis juga mengalami fase-fase perubahan tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa masyarakat Atauro, dengan hadirnya pariwisata secara tidak sadar telah mengalami perubahan terutama pada sektor ekonomi. Para agen perubahan menjadi penggerak adanya pergantian paradigma hidup masyarakat Atauro yang sedang dalam proses peralihan kehidupan ekonomi sebagai dampak dari masuknya industri wisata. Pariwisata yang sudah berumur lebih dari satu dekade di Atauro berpotensi lebih dalam menciptakan suatu pergeseran kehidupan masyarakat Atauro. Pergeseran-pergeseran itu dapat terjadi dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Namun demikian, dalam studi ini, peneliti hanya membatasi pada perubahan pola kehidupan ekonomi rumah tangga karena masa penelitian cukup singkat sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti aspek sosial dan budaya yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Pariwisata memasuki Pulau Atauro pada tahun 2001/2002. Dalam proses selama kurang lebih 13 tahun tersebut pariwisata telah setidaknya memberikan gambaran perubahan pola ekonomi yang berbeda pada kehidupan masyarakat Atauro. Semenjak periode tersebut (2001/2002) pergolakan kehidupan, khususnya mata pencaharian masyarakat terjadi di Atauro. Masyarakat yang dulunya biasa dengan kehidupan laut dan kebun diperkenalkan dengan kegiatan baru yaitu pariwisata. Penulis, berdasarkan hasil penelitian di Atauro, menemukan adanya perbedaan basis ekonomi tradisional dalam hal ini sebagai nelayan dan petani dengan basis ekonomi pariwisata. Pada sub bab selanjutnya akan dipaparkan 69

mengenai dua hal. Pertama adalah perubahan basis ekonomi dan kedua adalah tentang peran yang dijalankan oleh para agen perubahan. Perubahan Basis Ekonomi Masyarakat Atauro dari Tradisional ke Pariwisata Ketika pariwisata diperkenalkan di pulau Atauro, secara garis besar masyarakat Atauro dalam usia produktif bisa digolongkan dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama terdiri dari masyarakat yang basisnya pertanian dan kelautan. Mereka yang basis kehidupannya pertanian dan kelautan berusia antara 40-60 mereka ini pendidikannya relatif rendah. Karena keterbatasan akses terhadap fasilitas pendidikan, mereka hanya menyelesaikan pendidikan dasar. Sementara itu, kelompok kedua terdiri dari generasi produktif yang lebih muda dengan usia antara 20-39. Kehidupan masyarakat yang menggantungkan pada mata pencaharian sebagai nelayan dan petani sangat memrihatinkan sebelum adanya pariwisata. Pendapatan dari mata pencaharian sebagai nelayan dan petani tidak selalu cukup untuk menopang kehidupan rumah tangga mereka. apabila hasilnya melebihi jumlah yang di butuhkan oleh rumah tangga mereka, barulah mereka berpikir ke pasar. Oleh karena itu sebenarnya sebelum masuknya pariwisata pola ekonomi masyarakat di Atauro adalah pola ekonomi subsistem. Masuknya pariwisata membawa perubahan pada pola ekonomi lokal hadirnya pariwisata memberikan peluang bagi para nelayan dan petani untuk melakukan diversifikasi dengan pola tertentu. Mayoritas lebih berkonsentrasi pada mata pencaharian di bidang pariwisata karena pekerjaan di bidang ini lebih menjamin pendapatan. Namun demikian karena tingkat pendidikan dan penguasaan kemampuankemampuan mengelola usaha pariwisata rendah sehingga bidangbidang yang bisa dimasuki mereka adalah pekerjaan-pekerjaan buruh atau pembuat kerajinan tangan. 70

Kelompok kedua adalah para penduduk yang lahir dan besar di era munculnya pariwisata tentu saja hal ini menjadi peluang manakala industri wisata masih terbatas dan hanya dikuasai oleh beberapa orang saja. Demikian halnya saat ini yang terjadi di Atauro, industri wisata saat ini bukan merupakan mata pencaharian tunggal masyarakat. Penulis menemukan fakta bahwa saat ini, ada beberapa kelompok masyarakat nelayan dan petani tidak secara total berpindah mata pencaharian ke sektor pariwisata. Pola yang terbangun saat ini, mata pencaharian sebagai nelayan dan petani justru menjadi mata pencaharian sambilan. Mereka secara penuh bekerja sejak hari senin hingga sabtu pada sektor pariwisata, pada hari-hari tersebut, jika memang ada waktu luang yang tidak mengganggu pekerjaan utama di sektor wisata, mereka baru mencari sambilan dengan kembali melaut dan bertani. Bagi para penduduk non nelayan dan non petani, mereka saat ini benar-benar menggantungkan kehidupan mereka pada sektor wisata. Sejak awal, mereka tidak memiliki keahlian sebagai nelayan dan petani. Kelompok ini tergolong kelompok dengan tingkat pendidikan dari SMP hingga perguruan tinggi. Keberlangsungan industri pariwisata Atauro sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup para penduduk pada kelompok ini. Saat ini, pariwisata di Atauro meskipun masih dalam tahap perkembangan, namun sudah mulai terlihat bagaimana masyarakat sudah mulai berbondong-bondong meraih hasil dari mata pencaharian yang secara ekonomis lebih menghasilkan. Dari hasil observasi di lapangan dan sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya, sektor pariwisata di Atauro saat ini menjadi lahan yang menjanjikan bagi para penduduk terutama bagi mereka yang berusia muda. Tazim (1999) menjelaskan bahwa pariwisata massal, seperti halnya yang terjadi di Atauro telah banyak digunakan sebagai alat pengembangan ekonomi secara nasional. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan terkait adanya pariwisata massal ini termasuk terancamnya keberlanjutan budaya lokal, struktur sosial dan cara 71

hidup masyarakat penggunaan atau permintaan pada sumber daya tersebut. Lebih jauh Tazim dalam penelitiannya mengenai ekowisata di Honduras Utara mengungkapkan peran agen perubahan seperti halnya dalam konteks penilitian yang penulis lakukan yaitu LSM maupun lembaga lain seperti investor dan lembaga gereja memiliki pengaruh strategis dalam upaya menyadarkan masyarakat mengenai batasanbatasan sosial ekonomi atas eksploitasi pariwisata di suatu wilayah. Dengan melihat fakta bahwa saat ini sudah semakin banyak dibangun sarana dan prasarana wisata baik oleh pemerintah maupun swasta di Atauro, penulis berpendapat bahwa ke depan, Atauro akan menjadi sebuah lokasi wisata yang akan ramai dikunjungi wisatawan. Hal ini juga akan berpengaruh pada kondisi sosial budaya masyarakat di mana perkembangan sektor wisata yang terbangun di Atauro membuat masyarakat akan tergiring kepada paradigma eksploitasi karena tuntutan pasar pariwisata. Masyarakat akan secara perlahan mulai meninggalkan mata pencaharian lama mereka sebagai nelayan dan petani, mereka akan secara massal lambat atau cepat akan memaksimalkan pekerjaan mereka pada dunia pariwisata. Industri pariwisata yang berkembang di Atauro, tidak serta merta membuat kehidupan masyarakat lokal ke depan akan ikut berkembang tanpa adanya hambatan. Konsekuensi logis dari perpindahan struktur ekonomi ke sektor wisata akan memunculkan adanya eksploitasi terhadap industri wisata di Atauro. Padahal, dalam sebuah industri pariwisata, jika terjadi adanya eksploitasi secara besarbesaran akan memunculkan beragam konflik mulai dari konflik sosial yang berupa persaingan usaha dan sebagainya hingga konflik antar kepentingan yang terkait dengan penguasaan lahan dan peristiwa politik lainnya. Oleh sebab itu, penulis menganggap bahwa konsep sustainable livelihood tidak akan bisa tercapai di Atauro apabila nantinya sektor pariwisata ini menjadi satu-satunya sektor ekonomi tunggal yang diharapkan oleh masyarakat Atauro. Sustainable livelihood akan bisa muncul apabila masyarakat Atauro memiliki sektor cadangan dalam konteks kegiatan ekonomi. Kasus nyata yang pernah terjadi seperti 72

halnya peristiwa Bom Bali pada 2002. Pada saat tersebut, kondisi ekonomi masyarakat Bali terganggu dan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan pada saat itu sektor pariwisata yang merupakan sektor utama yang menjadi mata pencaharian masyarakat Bali terganggu akibat adanya ancaman teroris, wisatawan mulai berpikir untuk tidak mendatangi pulau Bali dengan adanya travel warning dari negara-negara tempat para wisatawan berasal. Hal yang sama kemungkinan juga bisa terjadi di Atauro, apabila masyarakat tidak berpikir mengenai sektor cadangan selain pariwisata, maka apabila terjadi peristiwa bencana baik bencana alam maupun ancaman dari pihak-pihak yang dapat mengganggu keberlangsungan pariwisata di Atauro, masyarakat akan kehilangan mata pencaharian mereka tanpa bisa beralih ke sektor lainnya. Peran Agen Terhadap perubahan kehidupan masyarakat Atauro Kehidupan masyarakat Atauro tidak bisa dilepaskan dengan kehadiran agen perubahan. Agen perubahan yang dimaksud adalah mereka yang memiliki peran memberikan pencerahan terhadap masyarakat Atauro mengenai konsekuensi hadirnya industri pariwisata serta memberikan pemahaman terhadap kekayaan alam Atauro sehingga mampu dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat baik secara sosial maupun ekonomi. Dalam konteks Atauro, kata kunci yang menjadi isu utama adalah hadirnya perubahan. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis di Atauro dan mengingat penulis juga mengalami fase-fase perubahan tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa masyarakat Atauro, dengan hadirnya pariwisata secara tidak sadar telah mengalami perubahan terutama pada sektor ekonomi Pada kasus masyarakat Atauro, para agen perubahan menjadi penggerak adanya pergantian paradigma hidup masyarakat Atauro 73

yang sedang dalam proses peralihan kehidupan ekonomi sebagai dampak dari masuknya industri wisata. Pariwisata yang sudah berumur lebih dari satu dekade di Atauro berpotensi lebih dalam menciptakan suatu pergeseran kehidupan masyarakat Atauro. Pergeseran-pergeseran itu dapat terjadi dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Namun demikian, dalam studi ini, peneliti hanya membatasi pada perubahan pola kehidupan ekonomi rumah tangga karena masa penelitian cukup singkat sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti aspek sosial dan budaya yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Pariwisata memasuki Pulau Atauro pada tahun 2001/2002. Dalam proses selama kurang lebih 13 tahun tersebut pariwisata telah setidaknya memberikan gambaran perubahan pola ekonomi yang berbeda pada kehidupan masyarakat Atauro. Dalam proses perubahan itu muncul para agen perubahan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Atauro. Everett M Rogers dalam Soekanto (1992) mengatakan bahwa agen perubahan (the change agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi orang lain agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha perubahan (change agency). Pada awal masyarakat Atauro mengenali potensi wisata di dalamnya, peran NGO Roman Luan menjadi tonggak kesadaran masyarakat tentang keberlangsungan kehidupan mereka di Atauro. NGO Roman Luan menjadi agen perubahan pola pikir masyarakat dengan memperkenalkan adanya potensi wisata serta kemungkinankemungkinan ekonomis atas munculnya kehidupan pariwisata di Atauro yang sebelumnya tidak pernah di kenal oleh masyarakat. Di tangan para penggiat lingkungan NGO Roman Luan, masyarakat Atauro diajak untuk belajar mengenai bagaimana mengembangkan Atauro menjadi sebuah daerah tujuan ekowisata yang dapat merubah kehidupan masyarakat tradisional Atauro. Mengingat potensi alam yang dimiliki oleh Atauro, secara perlahan NGO memegang peranan 74

penting dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat Atauro untuk memaksimalkan keindahan dan kekayaan alam Atauro guna meningkatkan kehidupan ekonomi mereka. Finnety (2001) menjelaskan mengenai peran penting dari LSM dalam perubahan pola kehidupan masyarakat berkaitan dengan hadirnya industri pariwisata. Dalam penelitiannya mengenai perkembangan ekowisata di Belize, Amerika, Finetty mengatakan bahwa LSM memainkan peran yang sangat penting tidak hanya di sektor pariwisata tetapi dalam perkembangan negara secara umum. Dalam penelitian ini, NGO Roman Luan seperti halnya yang dijelaskan oleh Finetty, menjadi penggerak kegiatan pelayanan di Atauro dan telah mampu memperkenalkan kepada masyarakat Atauro tentang harapan-harapan baru. NGO Roman luan bekerja sama dengan berbagai peneliti dari beberapa perguruan tinggi juga memperkenalkan adanya konsep ekowisata kepada masyarakat Atauro. Potensi alam Atauro yang sangat menarik perhatian menjadi salah satu alasan bagi masyarakat Atauro untuk dengan gembira menerima kehadiran harapan baru tersebut. Kesimpulan Dalam bab analisa ini, penulis memadukan hasil temuan di lapangan dengan kajian-kajian yang relevan dengan teori pada bab tinjauan pustaka. Dalam konteks masyarakat Atauro penulis memandang bahwa masuknya industri wisata telah sedikit banyak membawa perubahan secara sosial ekonomi. Hadirnya agen perubahan seperti NGO, Investor dan lembaga gereja, telah membuka mata masyarakat tentang potensi yang bisa digali dari alam Atauro dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Masyarakat Atauro, baik dari kelompok nelayan dan petani maupun dari kelompok non nelayan dan petani seakan tertarik secara massal terhadap magnet industri bernama pariwisata. Meskipun telah 75

memunculkan harapan tentang adanya keberlangsungan kehidupan yang lebih baik, pariwisata di Atauro menyimpan adanya potensi konflik sosial yang suatu saat bisa saja mengganggu stabilitas kehidupan masyarakat. Bagaimana tidak, dengan adanya eksploitasi secara massal terhadap dunia wisata Atauro, ke depan bukan tidak mungkin, efek negatif akan bisa muncul dan akan membuat ekonomi masyarakat terganggu. Untuk itu, peran pemerintah mutlak diperlukan sebagai sebuah lembaga yang dapat membendung serta mengarahkan langkah Atauro dalam hal pariwisata agar tidak goyah terhadap gangguan yang bisa saja muncul. Pemerintah sebagai pembuat dan penegak regulasi kiranya dapat membawa langkah pariwisata Atauro kian terarah. 76