BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah kualitatif (data yang tidak berupa angka-angka) 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Penentuan dan teknik yang digunakan haruslah dapat mencerminkan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ramadhan Halal Yayasan Darul Qur an. yang kemudian menggunakan model semiotik Roland Barthes. Semiotika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

ANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian untuk Film Hiphopdinigrat dari JHF ini adalah metode penelitian kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digali sedalam-dalamnya serta tidak mengutamakan jumlah populasi atau sampling.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berbicara. mengenai makna apa yang mengandung pesan dakwah anak dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang atas dasar konvensi sosial yang terhubung sebelumnya - dapat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang spesifik. Paradigma ini meliputi asumsi asumsi tentang berbagai hal dari

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang


BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam komunikasi, manusia menggunakan berbagai media untuk menyampaikan pesan.

BAB III METODE PENELITIAN. menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terlaksananya kegiatan komunitas IBLBC yang dilakukan di sekitaran Panahan,

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM TARIAN DOLALAK

Bab III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

Hasil Wawancara: Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber dalam beberapa periode sesuai perkembangan Tari Dolalak :

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah film Sang Penari, karena penulis

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...i. LEMBAR PERNYATAAN...ii. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI...ix. DAFTAR TABEL...xv. DAFTAR GAMBAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. massa yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan bisnis, organisasi non profit dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

11ILMU. Modul Perkuliahan XI. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Semiotik. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KABUPATEN PURWOREJO. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mengintepretasikan hasil penelitian menggunakan kata kata yang di rangkai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksplanatif. Penelitian deskriptif eksplanatif merupakan penelitian yang mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variable dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya; serta menjelaskan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif guna menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan wawancara mendalam sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas (Moleong, 2005; 6). Peneliti berusaha mencari makna yang ada dibalik simbol-simbol yang digunakan dalam pertunjukan Tari Dolalak versi Mlaranan dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Setelah pemaknaan tersebut dilakukan, akan mempermudah penulis untuk melihat sejauh mana pergeseran yang terjadi tentang makna pertunjukan Tari Dolalak versi Mlaranan. 3.2 Unit Amatan Dan Unit Analisa Unit Amatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang suatu analisis (Ihalauw, 2003: 178). Unit Amatan dari penelitian ini adalah penari Dolalak, busana, alat musik pengiring, syair lagu, gerakan Dolalak, tata urutan pementasan tari Dolalak, sesaji, trance dalam bentuk visualisasi bentuk sajian tarian Dolalak yang bersumber dari youtube, dan hasil wawancara dengan pamong budaya,pemilik sanggar dan masyarakat kota Purworejo mengenai tarian Dolalak. Unit Analisa merupakan unit yang akan diteliti atau dianalisa (Masri dan Sofian, 2006: 155). Unit Analisa dalam penelitian ini adalah pergeseran pementasan tari Dolalak versi pakem hingga versi Mlaranan. 3.3 Lokasi Penelitian Tarian Dolalak berasal dari Kota Purworejo, berikut adalah letak geografis kota Purworejo: Kabupaten Purworejo terletak pada posisi 109 o 47 28 110 o 8 20 Bujur Timur dan 7 o 32 7 o 54 Lintang Selatan. Karesidenan Kedu yang letaknya berada di 25

Selatan bagian Timur Jawa Tengah, merupakan salah satu Karesidenan dari enam karesidenan yang berada di provinsi Jawa Tengah. Karesidenan kedu terdiri dari enam Daerah tingkat dua, yaitu : Daerah Tingkat II Kotamadya Magelang, Daerah Tingkat II Kabupaten Temanggung, Daerah Tingkat II Kabupaten Wonosobo, daerah Tingkat II Kabupaten Purworejo, dan Daerah Tingkat II Kabupaten Kebumen. Kabupaten Purworejo dengan luas wilayah 1.034,80 km 2 dengan batas wilayah: Sebelah Barat-Kabupaten Kebumen; Sebelah Utara- Kabupaten Magelang dan Kabupaten Wonosobo; Sebelah Timur- Kabupaten Kulonprogo (DIY); Sebelah Selatan: Samudra Hindia. Secara topografis Purworejo merupakan wilayah beriklim tropis basah dengan suhu antara 19C - 28C, sedangkan kelembaban udara antara 70% - 90% dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember 311 mm dan bulan Maret 289 mm. Kabupaten Purworejo memiliki 16 kecamatan, yaitu: Kecamatan Purworejo, Kecamatan Bayan, Kecamatan Banyuurip, Kecamatan Kaligesing, Kecamatan Kutoarjo, Kecamatan Grabag, Kecamatan Butuh, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Pituruh, Kecamatan Bruno, Kecamatan Loano, Kecamatan Bener, Kecamatan Gebang, Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Ngombol, dan Kecamatan Bagelen. Gambar 5 Gambar Peta Purworejo 3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini proses pengumpulan data ditempuh dengan tiga cara, yaitu: a. Studi Pustaka Dan Dokumentasi Studi kepustakaan dan dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. 26

Dalam penelitian ini sumber atau data tertulis berupa jurnal tulisan Isbandi Sutrisno mengenai Perubahan Orientasi Pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni Tradisional Angguk dan Dolalak b. Wawancara mendalam (indepth interview) Wawancara merupakan proses untuk memperoleh data dengan melakukan tanya jawab dan tatap muka secara langsung dengan informan atau narasumber yang dianggap memahami dan menguasai permasalahan. Komunikasi akan berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu wawancara tidak menangkap pemahaman dan ide, tetapi juga perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh responden bersangkutan (Gulo, 2002: 14). c. Observasi Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan peneliti selama penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian ( Bungin: 2007 ). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi nonpartisipasi (Gulo, 2002: 159). Observasi nonpartisipasi adalah proses pengamatan yang menjadikan pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan. Metode observasi dilakukan peneliti dengan mengamati dan melihat langsung proses latihan tari dan pementasan tari Dolalak. 3.5 Validitas Data Untuk menguji validitas data, dalam hal penelitian menggunakan Trianggulasi data. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Teknik ini dibedakan menjadi empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong, 2000: 178). Teknik trianggulasi yang digunakan oleh penulis berdasarkan sumber dan teori. Trianggulasi dengan memanfaatkan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Teknik ini dapat dicapai dengan cara; 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara: 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi: 3. Membandingkan apa yang dikatakan 27

orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggimorang berada, orang pemerintah; 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Trianggulasi dengan teori beranggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya hanya dengan satu atau lebih teori. Jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan penyertaan penjelasan yang muncul dari analisis, makan penting sekali untik mencari tema atau penjelasan pembandingan atau penyaing. Dalam hal ini jika peneliti gagal menemukan bukti yang cukup kuat terhadap penjelasan alternatif dan justru membantu peneliti dalam menjelaskan derajat kepercayaan atau hipotesis asli, hal ini merupakan penjelasan utama peneliti. Melaporkan hasil penelitiam disertai penjelasan jelas akan meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh (Moleong, 2002:178). Teknik-teknik tersebut dimaksudkan untuk mengetahui makna dan fungsi apa saja yang ada dalam Pementasan Tari Dolalak Versi Mlaranan. Cara ini mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber yang tersedia, untuk cross check keabsahan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa sumber baik itu tekstual maupun dalam bentuk wawancara dengan informan yang mengetahui dan menangani Tari Dolalak Versi Mlaranan, Bapak Wardoyo sebagai pakar Tari Dolalak. Dan penelitian ini menekankan mengenai adanya saweran yang pada awalnya tidak ada dalam pementasan Tari Dolalak dan sekarang ada pada Tari Dolalak Versi Mlaranan. 3.6 Informan Kegiatan pencarian data dilakukan dengan metode wawancara (interview) dan informan kunci. Pemilihan informan atau responden, penulis menggunakan sampling purposive yaitu memilih informan yang memiliki karakteristik tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dalam penelitian ini (Purnomo, 2014 : 23) Adapun karakteristik informan yang ditetapkan menjadi informan dalam penelitian ini adalah : 1. Bapak Irianto, Kepala Dinas Kebudayaan Purworejo (Informan untuk data historis) 2. Ibu Untariningsih sebagai pemilik, pelatih, dan pamong budaya dari sanggar Tari Prigel dimana para penari Dolalak yang Ia latih masih menggunakan pakem-pakem tarian asli Dolalak. (Informan untuk data historis, dan hasil wawancara). 28

3. Bapak Wardoyo selaku pamong Tari Dolalak Mlaranan, pemilik Sanggar, Mardi Laras di Seren - Gebang, kab. Purworejo, dan pelaku dari tari Dolalak Mlaranan. 4. Dua masyarakat Purworejo sebagai penonton Tari Dolalak 3.7 Teknis Analisis Data Pendekatan semiotik Roland Barthes secara khusus tertuju kepada sejenis tuturan yang disebut dengan mitos. Menurut Barthes (Budiman, 2003: 63), bahasa membutuhkan kondisi tertentu untuk dapat menjadi mitos, yaitu yang secara semiotic dicirikan oleh hadirnya sebuah tataran signifikasi yang disebut sebagai sistem semiologis tingkat kedua. Roland Barthes meneruskan pemikitan tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan cultural penggunaannya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). 1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda) 3. Denotative sign (tanda denotative) 4. Connotative Signifier (penanda konotatif) 6. Connotative Sign (Tanda Konotatif) Tabel 2 5. Connotative Signified (peta konotatif) Peta Tanda Roland Barthes (Penjelasan Hal. 16) Sumber: Paul Cobley & Litza Janz, 1999. Introducing Semiotics, NY: Totem Books, hlm 51 (Sobur, 2004: 69) Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotatif adalah penanada konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotative yang melandasi keberadaanya (Sobur, 2004: 69). Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah berbentuk sestem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang 29

kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut menjadi mitos. a. Motivasi Komunikator Semiologi komunikasi menurut tafsir tanda itu sendiri dalam hubungannya dengan maksud komunikator memposisikan diri sebagai apa, dalam memburu target yang ingin dicapai, dan bagaimana melakukan konstruksi agar pesan tersebut berhasil optimal (Purwasito, 2003: 37). b. Konteks Fisik dan Sosial Semiologi komunikasi menafsirkan tanda berdasarkan konteks sosial dan budaya, lingkungan konteks fisik, konteks waktu dan tempat dimana tanda itu diletakkan. Dasar argumentasi ini memperjelas uraian diatas, bahwa pesan dikonstruksikan oleh komunikator dengan mempertimbangkan norma dan sosial, mitos dan kepercayaan, serta dipertimbangkannya tempat dimana pesan itu akan disalurkan kepada publiknya (penerima). Pesan juga menunjuk pada ruang dan waktu, kapan dan dimana pesan itu diletakkan (Purwasito, 2003: 38). c. Intertekstualitas Semiologi komunikasi memperkuat tafsir dan argumentasinya dengan cara memperbandingkan dengan fungsi tanda pada teks-teks lain. Julia kristiva menyebut intertekstualitas, yaitu upaya untuk mendalamu tafsir dengan cara mencari sumber-sumber sejenis. Hal ini berhubungan dengan eksistensi tanda yang bersifat universal. Tanda digunakan oleh komunitas lain, dalm konteks dan referensi budaya yang berbeda (Purwasito, 2003 : 39). d. Intersubjektivitas Semiologi komunikasi memberi tafsir tanda-tanda dengan cara memperoleh dukungan dari penafsir lain dalam tanda-tanda yang mempunyai hubungan yang relevan. Inilah yang disebut dengan intersubjektivitas, yaitu pandangan dari beberapa ahli, yang biasanya juga saling bertentangan, disini peneliti mengambil sikap atas makna tanda berdasarkan konteksnya. Dalam hal ini disebut sebagai referensi, seperti buku-buku yang relevan dan data-data pendukung lainnya (Purwasito, 2003: 40). 30