BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu menghadapi masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses pencapaian tujuan tersebut membutuhkan ketersediaan dana yang cukup untuk membeli aktiva tetap, membeli persediaan barang jadi, penjualan dan membeli surat berharga baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan. Dana yang dibutuhkan oleh perusahaan bersumber dari pemilik perusahaan (modal sendiri) dan dari pinjaman. Tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat Return on Investment yang diharapkan dengan return yang sebenarnya. Jika return yang diharapkan lebih kecil daripada return yang aktual, maka investasi dikatakan sangat baik. Menurut Abdullah (2005:57), Return on Investment (ROI) sering juga disebut Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. Profitabilitas perusahaan sangatlah penting karena untuk dapat melangsungkan kegiatan operasionalnya, suatu perusahaan harus selalu berada dalam keadaan menguntungkan agar dapat menarik modal dari luar. Jika perusahaan ingin tetap bertahan, maka perusahaan tentunya harus menghasilkan
laba guna membiayai kegiatan operasionalnya karena pada umumnya perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa adanya kemampuan menghasilkan laba. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dihitung dengan menggunakan informasi dari pos aktiva dan hutang lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya (Harahap, 2004:301). Selain likuiditas, masalah profitabilitas perusahaan juga penting sebagai dasar penilaian terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan atau dengan kata lain suatu perusahaan harus selalu berada pada keadaan yang menguntungkan. Dengan keadaan yang diperoleh akan mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan modal dari pihak luar maupun kegiatan operasional perusahaan. Peningkatan jumlah aktiva lancar akan mengakibatkan peningkatan likuiditas perusahaan diasumsikan jika hal lainnya tetap, dan sebaliknya, jika terjadi penurunan jumlah aktiva lancar akan mengakibatkan penurunan likuiditas perusahaan. Penurunan jumlah aktiva lancar akan mengakibatkan peningkatan profitabilitas perusahaan (diukur dengan ROI). Tingkat kas, piutang atau investasi yang lebih rendah akan mengurangi jumlah penyebut (total aktiva) pada persamaan return on investment, sehingga return on investment akan mengalami peningkatan. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa return on investment berbanding terbalik dengan likuiditas (Van Horne dan Wachowicz, 2006 :312).
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Nilai perusahaan ditentukan oleh struktur modal. Diketahui bahwa perusahaan dengan rasio hutang yang relatif tinggi memiliki pengembalian yang lebih tinggi dalam situasi perekonomian normal, tetapi akan menghadapi resiko kerugian ketika perekonomian berada dalam kondisi resesi. Perusahaan dengan rasio hutang yang rendah akan mempunyai risiko yang lebih kecil, tetapi juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan pengembalian atas ekuitas. Prospek pengembalian yang tinggi sangat diinginkan oleh pemegang saham, tetapi pemegang saham enggan menghadapi risiko. Oleh karena itu, keputusan penggunaan hutang mengharuskan perusahaan untuk menyeimbangkan pengembalian yang lebih tinggi terhadap kenaikan risiko. Perusahaaan dapat melakukan pembiayaan dengan hutang. Rasio leverage dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio leverage terdiri dari: rasio hutang (debt ratio), rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) (Sawir, 2005:13). Dengan menggunakan lebih banyak hutang berarti memperbesar resiko yang ditanggung perusahaan. Begitu juga sebaliknya, dengan menggunakan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian diharapkan (Brigham dan Weston, 2005:5). Salah satu alat ukur yang lazim digunakan untuk mengukur keefektifan manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimiliki dalam melaksanakan kegiatannya adalah dengan menggunakan rasio aktivitas. Analisis rasio aktivitas perusahaan dapat diukur dengan menggunakan berbagai rasio aktivitas yaitu rasio
perputaran total aktiva tetap (fixed asset turnover ratio), rasio perputaran piutang dagang (account receivable turnover ratio), rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio). Rasio-rasio ini akan dapat digunakan oleh manajer perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaannya telah beroperasi dengan efektif, dimana apabila perusahaan telah beroperasi dengan efektif maka kemampuan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba juga semakin besar. Pendapatan yang maksimal hanya diperoleh dari pemanfaatan sumber daya yang efisien dan efektif. Unsur-unsur aktiva seperti persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lainnya mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat laba yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan penjualannya. Pencerminan efektif tidaknya pemanfaatan sumber daya keuangan tersebut akan terlihat dari tingkat penjualan yang tinggi tentu saja akan mendukung pencapaian laba yang maksimum. Kelompok perusahaan yang tergabung ke dalam perusahaan makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai perusahaan yang diteliti dengan mempertimbangkan persaingan yang tinggi, sehingga menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan, baik bersaing dengan perusahaan yang telah go public maupun yang belum go public. Disamping itu, industri ini menyediakan kebutuhan primer manusia sehingga tetap dapat menjadi prioritas utama konsumen meskipun kondisi perekonomian kurang mendukung. Bagaimanapun buruknya kondisi kehidupan ekonomi konsumen, mereka masih tetap membutuhkan makanan dan minuman untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tabel 1.1 menunjukkan rasio likuiditas, rasio leverage,
dan rasio aktivitas terhadap return on investment dari tahun 2006-2009 pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia yang mengalami perkembangan sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Aktivitas terhadap ROI Perusahaan Makanan dan Minuman Di BEI Periode 2006-2009 Keterangan Tahun Current Ratio (x) PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD, Tbk PT.CAHAYA KALBAR,Tbk PT. DAVOMAS ABADI, Tbk PT. DELTA JAKARTA, Tbk PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk PT. MULTI BINTANG INDONESIA, Tbk PT. MAYORA INDAH, Tbk PT. PRASIDHA ANEKA NIAGA, Tbk PT. SEKAR LAUT, Tbk Sumber: www.idx.co.id, (Data Diolah) Debt to Equity Ratio (x) Inventory Turnover (x) ROI (%) 2006 1.08 2.82 4.47 0.04 2007 0.91 3.65 4.57 3.05 2008 0.87 1.60 2.50 2.82 2009 1.17 2.14 2.27 2.80 2006 2.47 0.43 4.28 5.44 2007 1.36 1.80 2.97 4.02 2008 7.35 1.58 16.98 4.60 2009 4.89 0.89 10.41 8.70 2006 5.98 1.77 5.76 7.24 2007 9.27 2.27 8.96 5.38 2008 27.49 4.37 4.34-14.10 2009 113.72 5.28 2.87-8.08 2006 3.75 0.32 17.97 7.57 2007 4.17 0.29 29.08 7.99 2008 3.79 0.34 15.95 11.99 2009 4.70 0.27 19.01 16.63 2006 1.19 2.10 7.36 4.06 2007 0.92 2.62 6.68 3.32 2008 0.88 3.08 6.40 2.61 2009 1.16 2.45 7.26 5.14 2006 3.76 2.08 11.65 12.05 2007 0.59 2.14 15.11 13.57 2008 0.93 1.73 12.84 23.93 2009 0.66 8.44 14.63 34.26 2006 3.91 0.58 8.55 6.02 2007 2.93 0.73 10.60 7.47 2008 2.19 1.32 7.31 6.71 2009 2.29 1.03 10.42 11.46 2006 2.17 1.86 6.41 4.11 2007 2.22 2.12 8.89-2.96 2008 2.78 1.62 9.71 3.29 2009 1.56 1.43 5.36 9.17 2006 1.74 0.79 7.78 4.89 2007 1.53 0.90 8.38 3.14 2008 1.70 1.00 7.19 2.12 2009 1.89 0.73 6.09 6.52
Berdasarkan fenomena pada Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan current ratio, debt to equity ratio, inventory turnover terhadap Return on Investment dari Perusahaan Makanan dan Minuman periode 2006-2009 yang mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Pada tahun 2006 dari 9 (sembilan) perusahan tersebut yang paling tertinggi adalah variabel Berdasarkan uraian tersebut maka penulis melakukan penelitian lebih lanjut tentang Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, dan Rasio Aktivitas terhadap Return on Investment perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : Apakah Current Ratio, Cash Ratio, Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Fixed Asset Turnover Ratio, Account Receivable Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return on Investment pada perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai 2009? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio aktivitas terhadap Return on Investment pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai 2009.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen perusahaan mengenai pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio aktivitas terhadap return on investment sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan atau keputusan di masa depan yang lebih efektif yang akan mendukung peningkatan kemampuan perusahaan memperoleh laba. b. Bagi Peneliti Sebagai penambah wawasan serta pola pikir ilmiah bagi peneliti dalam bidang manajemen khususnya mengenai pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio aktivitas terhadap return on investment perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat memberikan informasi, wawasan dan referensi tambahan yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang khususnya mengenai kemampuan perusahaan memperoleh laba yaitu return on investment dalam pengaruhnya terhadap rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio aktivitas.