BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. berhubungan dengan variabel-variabel pada penelitian ini. Teori-teori tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Jika pembelajaran melibatkan lebih dari satu model pembelajaran akan. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. pada diri individu. Peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan demi

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Cornelius tidak sesuai dengan kenyataan yang diperoleh Sukowono (2012 : 1) mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek penting dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi erat kaitannya dengan hasil belajar yang dicapai siswa, semakin

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

Oleh Desty Junita Sitohang Dra. Rosdiana, Siregar, M.Pd. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Endang Sudarsih* PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar matematika, maka guru perlu tahu bagaimana sebenarnya jalan atau

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N 12 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jalan HOS Notosuwiryo nomor 1 Desa Teluk kecamatan Purwokerto Selatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. menambah sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB II LANDASAN TEORI. Novi Sri Rahayu, dkk (2013) menyimpulkan bahwa s iswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. disiplin. Hal ini memberikan anggapan bahwa komunikasi dalam. komunikasi memiliki peranan penting bagi siswa antara lain dalam

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang memiliki kemampuan

MUSRIAH A

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB II KAJIAN TEORETIS. kata communication yang dalam Kamus Inggris-Indonesia berarti

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sebagai pendidik yang profesional sesungguhnya sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan umum pendidikan masa kini adalah untuk memberi bekal agar kita

BAB II LANDASAN TEORI. Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

BAB I PENDAHULUAN. memilih prosedur atau operasi tertentu, (7) mengaplikasikan konsep atau. algoritma dalam pemecahan masalah (Jihad, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

Transkripsi:

10 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada sub bab ini akan dikemukakan beberapa teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel-variabel pada penelitian ini. Teori-teori tersebut menjelaskan tentang kemampuan pemecahan masalah, model pembelajaran Student Facilita or and Explaining (SFAE), selain itu juga akan dipaparkan tentang kerangka berpikir dan hipotesis. 2.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kemampuan yaitu kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan ialah sesuatu tenaga, kesanggupan, kecakapan untuk melakukan sesuatu perbuatan. Didalam kehidupan kita sehari-hari pasti akan berhadapan dengan permasalahan-permasalahan baru. Setiap permasalahan-permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan proses penyelesaian yang benar, tepat, dan baik. Oleh karenanya memecahkan masalah-masalah tersebut merupakan aktivitas dasar kita sebagai manusia hidup dan selalu dituntut untuk bisa memecahkan masalah yang selalu datang. Beragam cara yang kita gunakan untuk menyelesaikan masalah

11 tersebut, kita akan menggunakan cara tertentu sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan. Abdurrahman (2010:254) mendefinisikan pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berbeda. Kemampuan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berpikir tentang cara memecahkan masalah dan memproses informasi matematika. Menurut Wena (2012:52), pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi presedur urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis. Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses pelajar mengemukakan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya terlebih dahulu dalam upaya mengatasi masalah yang baru dan memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya. Sehubungan dengan pemikiran baru tersebut, dimunculkan gagasan untuk menerapkan strategi pembelajaran pemecahan masalah. Pembelajaran yang menerapkan pemecahan masalah diharapkan dapat memancing siswa untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif, dan interaktif. Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan yang menghadapkan siswa kepada masalah-masalah untuk dicari penyelesaianya melalui konsep, kaidah ataupun prinsip-prinsip yang telah diterima oleh siswa tersebut.

12 Menurut Sanjaya (2009:213) penerapan kemampuan penyelesaian masalah matematika adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Ada beberapa saran dan langkah dalam menyelesaikan pemecahan masalah seperti yang dikutip Kennedy dan Lovitt dalam Abdurrahman (2010:257) menyarankan empat langkah dalam pemecahan masalah matematika,yaitu: 1. memahami masalah; 2. merencanakan pemecahan masalah; 3. melaksanakan pemecahan masalah; dan 4. memeriksa kembali. Solso dalam Wena (2012:56) mengemukakan enam tahap dalam pemecahan masalah, yaitu : 1. identifikasi permasalahan (identification the problem); 2. representasi permasalahan (representation of the problem); 3. perencanaan pemecahan (planning the solution); 4. menerapkan/mengimplementasikan perencanaan (execute the plan); 5. menilai perencanaan (evaluate the plan); 6. menilai hasil pemecahan(evaluate the solution). Dari beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kesanggupan atau potensi yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti dalam menyelesaikan soal dan mengaplikasikan matematika untuk menemukan jawabannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sehingga mencapai tujuan.

13 2.1.2 Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaning (SFAE) Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam kelompokkelompok kecil. Setiap kelompok yang memiliki kemampuan lebih dari anggota kelompoknya dijadikan ketua. Ketua kelompok tersebut yang akan membantu anggota kelompoknya yang mengalami kesulitan memahami materi. Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil dalam Uno dan Muhammad (2011:219) merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Uno dan Mohammad (2011:219) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu pola atau rancangan dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam pembelajaran, keberhasilan siswa mempelajari suatu materi pembelajaran terletak pada kemampuan siswa untuk mempresentasikan sebuah gagasan secara benar. Menurut Shoimin (2014:183), model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur rancangan pembelajaran untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi. Menurut Uno dan Mohammad (2011:88) model pembelajaran Studen Fasilitator and Explaining (SFAE) merupakan

14 pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa mempresentasi pendapat kepada rekan siswa lainnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa/peserta didik untuk menyampaikan ide/pendapat kepada rekannya atau siswa lainnya dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi. Dengan demikian, model pembelajaran Student Facilitator and Explaining akan membuat siswa lebih aktif dan siswa tidak lagi mengalami kesukaran belajar matematika, mengeluhkan pembelajaran matematikan itu membosankan dan tidak menarik. Pembelajaran seperti inilah yang akan menjadikan siswa lebih aktif berdiskusi dengan teman/siswa lainnya dan mereka saling mengemukakan pendapat. Melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining ini, siswa diajak dan diharapkan mampu mempresentasikan atau menjelaskan kepada siswa lain atau temannya untuk mengeluarkan ide atau pendapat yang dimiliki, sehingga siswa dapat lebih memahami dan cepat mengerti tentang materi yang sedang dibahas. Penggunaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) akan dilakukan secara kelompok. Dalam setiap kelompok harus memiliki siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari teman anggota kelompoknya untuk membantu masing-masing kelompok. Menurut Triyanto (2011:56) dengan dibentuknya kelompok dapat memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Oleh karena itu, penerapan model

15 pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dengan kerja secara berkelompok lebih efektif untuk diterapkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dibentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa dengan satu orang siswa sebagai ketua kelompok. Ketua kelompok inilah yang akan bertindak sebagai fasilitator bagi rekan-rekan anggota kelompoknya. Untuk pemilihan atau penentuan ketua kelompok itu sendiri dipilih oleh siswa secara demokratis karena peran ketua kelompok disini sangat besar. Adapun kriteria bagi calon ketua kelompok menurut Tuhusetya dalam Baigas (2008:4-5) adalah sebagai berikut. 1. Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas. 2. Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa. 3. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik. 4. Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama. 5. Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik. 6. Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab. 7. Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan. Adapun tugas dan tanggung jawab ketua kelompok menurut Baigas (2008:5) adalah sebagai berikut. 1. Memberi tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari dan dikoordinasi rekannya dalam mengerjakan latihan dan tugas yang diberikan guru. 2. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apa bila ada materi ajar yang sebelum dikuasai. 3. Menyusun jadwal bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

16 4. Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dihadapi. Siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata yang dapat dipilih menjadi ketua kelompok. Karena melihat tugas dan tanggung jawab sebagai ketua kelompok ini sangat besar karena ketua kelompok mempunyai tugas untuk membantu kesulitan anggota kelompoknya dalam memahami materi pelajaran yang sedang dibahas. Dengan cara seperti ini diharapkan para anggota kelompok dapat lebih mudah dalm memahami materi yang sedang dibahas dan berani menyampaikan masalah yang dihadapi. Langkah-langkah pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) menurut Suprijono (2009:128) adalah sebagai berikut. 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru mendemostrasikan/menyajikan materi. 3. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya. 4. Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa. 5. Guru menerapkan semua materi yang disajikan saat itu. 6. Penutup. Menurut Uno dan Mohamad (2011:88) langkah-langkah pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) adalah sebagai berikut. 1. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. 2. Guru menyadikan materi. 3. Siswa dapat kesempatan untuk menjelaskan kepada siswa lainnya. 4. Guru menyimpulkan gagasan dari siswa. 5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan pada saat itu. 6. Penutup. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, guru menyajikan materi, siswa diberikan kesempatan untuk

17 menjelaskan kepada siswa lainnya, guru menyampaikan dari semua pendapat siswa, guru menjelaskan dari semua materi yang dibahas dan Penutup. Model pembelajaran Studen Facilitator and Explaining ini tentunya sama dengan pembelajaran lain, yakni memiliki kelebihan dan kelemahannya. Menurut Shoimin (2014:184) kelebihan model pembelajaran student facilitator and explaining adalah sebagai berikut. 1. Materi yang dijelaskan lebih konkret 2. Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi 3. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar Kelemahan model pembelajaran student facilitator and explaining. 1. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya atau menjelaskan kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran 2. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil 3. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi ajar secara singkat 2.2 Kerangka Berpikir Kemampuan pemecahan masalah yang baik seharusnya dimiliki oleh semua peserta didik. Untuk meningkatkan dan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dipakai guru tersebut. Pada kenyataan masih banyak guru khususnya guru matematika yang masih menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru yang membuat siswa jadi jenuh dan tidak termotivasi untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah maka diperlukan model pembelajaran yang tepat. Salah

18 satunya adalah menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE). Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining diharapkan dapat membantu guru dan siswa untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik. Dalam penelitian ini akan dibuktikan apakah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining ada pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungkai Jaya tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu penerapan model matematika pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Variabel dalam penelitian ini variabel bebas (X) model pembelajaran matematika Student Facilitator and Explaining (SFAE) dan variabel terikat (Y) kemampuan pemecahan masalah matematika. Agar lebih jelasnya digambarkan sebagai berikut: (X) (Y) GAMBAR 1 PARADIGMA PENELITIAN Keterangan: X = Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining Y = Kemampuan pemecahan masalah matematika 2.3 Hipotesis

19 Hipotesis menurut Sugiyono (2012:64) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dan rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Ho : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungkai Jaya tahun pelajaran 2015/2016?. Ha : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungkai Jaya tahun pelajaran 2015/2016?.