8.1. Keuangan Daerah APBD

dokumen-dokumen yang mirip
B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L P E M E R I N T A H K A B U P A T E N J E M B R A N A

Keuangan Daerah APBD BAB VI EKONOMI

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2010

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2016

BERITA RESMI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2017 STATISTIK

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2015

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JUNI 2017

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2013

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2016

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Pemerintah Provinsi Bali

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2016

Produk Domestik Bruto (PDB)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH NOVEMBER 2008 SEBESAR PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2016

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2015

Transkripsi:

S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan pada pembangunan individu, kelompok maupun golongan, akan tetapi pembangunan ekonomi makro sebagaimana di Kabupaten Jembrana didasarkan pada beberapa penekanan seperti pencapaian terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pertumbuhan investasi. Sebagai komponen ekonomi makro, maka keberadaan PDRB, APBD, PAD dan investasi seringkali menjadi komoditas politik. Kendatipun hal tersebut di Kabupaten Jembrana masih berkembang dalam batas-batas normatif. 8.1. Keuangan Daerah 8.1.1. APBD Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 tehun 2006 tentang Pendanaan Pengelolaan Keuangan Daerah ditetapkan bahwa struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah meliputi : a). Pendapatan Daerah ; b) Belanja Daerah ; c) Pembiayaan Daerah. 1. Pendapatan Daerah. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, menambah akuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah yang dimaksud dikelompokkan atas : 159 Bab 8

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. 2. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus 3. Lain lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang terdiri dari Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Kepada Kabupaten/ Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan Dari Propinsi atau Dari Pemerintah Daerah Lainnya. Sesuai dengan Undang Udnang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak dan Retribusi Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Daerah Sumber Pendapatan Daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain lain Pendapatan Daerah Yang Sah. 160 Bab 8

No. Uraian B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L Tabel 8. 1 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Jembrana 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 A. Pendapatan Asli 12.768.467.264,64 16.975.878.104,12 21.235.505.863,05 33.952.879.718,41 41.994.591.088,90 Daerah 1. Pajak Daerah 3.307.382.070,00 3.982.690.076,64 3.867.573.849,25 4.384.491.273,00 5.294.407.262,00 2. Retribusi Daerah 1.665.424.687,58 6.254.688.030,00 7.840.165.186,28 16.882.015.659,58 8.129.803.867,29 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 1.278.507.470,29 1.378.637.069,40 1.775.835.485,09 2.039.752.869,15 2.305.409.239,69 4. Lain lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 6.517.153.036,77 5.359.862.928,08 7.751.931.342,43 10.646.619.916,68 26.264.970.719,92 B. Dana Perimbangan 295.658.524.842,00 340.897.722.906,00 377.967.921.731,00 384.853.878.416,00 371.898.146.572,00 1. Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 15.233.524.842,00 19.617.722.906,00 23.768.285.731,00 26.594.057.416,00 28.610.314.572,00 2. Dana Alokasi Umum 255.025.000.000,00 278.583.000.000,00 304.078.636.000,00 306.361.821.000,00 308.567.032.000,00 3. Dana Alokasi Khusus 25.400.000.000,00 42.697.000.000,00 50.121.000.000,00 51.898.000.000,00 34.720.800.000,00 C. Lain lain 38.026.776.981,15 49.182.195.136,91 55.728.641.216,90 58.708.735.551,76 75.090.137.846,09 Pendapatan Daerah yang Sah 1. Hibah 1.307.760.000,00 10.000.000.000,00 3.000.000.000,00 0,00 0,00 2. Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 161 Bab 8

No. Uraian 3. Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 4. Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus 5. Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Lainnya Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 25.773.888.000,00 26.932.590.221,41 26.208.624.000,00 39.587.223.000,00 40.888.836.526,48 2.143.000.000,00 604.040.904,00 4.429.805.763,00 6.082.350.000,00 28.413.200.400,00 7.447.234.482,15 11.645.564.011,50 22.090.211.453,90 12.769.162.551,76 5.788.100.919,61 6. Pendapatan Lainnya 1.354.894.499,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total Pendapatan 346.453.769.087,79 407.055.796.147,03 454.932.068.810,95 477.515.493.686,17 488.982.875.506,99 Sumber : Bagian Keuangan Setda Kab. Jembrana 162 Bab 8

2. Belanja Daerah B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L Belanja Daerah sebagaimana tertuang dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/ Kota yang terdiri dari urusaan wajib, urusan pilihan atau urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dilaksanakan bersama antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perudang undangan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 beserta revisinya dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Struktur Belanja Kabupaten Jembrana untuk tahun anggaran 2008 2010 dikelompokkan menjadi : 1. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. 2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang dianggarkan pada belanja SKPD yang bersangkutan sepereti : Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal. Tabel 8. 2 Realisasi Belanja Daerah Kab. Jembrana Tahun 2008-2010 No. Uraian 2008 2009 2010 1 Belanja Tidak Langsung 268.786.068.638,00 297.047.882.978,95 347.243.048.402,66 2 Belanja Langsung 176.485.478.535,00 182.086.926.139,76 149.064.728.314,75 Total 445.271.547.173,00 479.134.809.118,71 496.307.776.717,41 Sumber : Bagian Keuangan Setda Kab. Jembrana 3. Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah terdiri dari : 1. Penerimaan Pembiayaan yang mencakup : sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan 163 Bab 8

yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. 2. Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup : pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah serta antara Anggaran Pendapatan Daerah mengakibatkan surplus atau deficit anggaran. Berikut adalah tabel realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2008 2010 sebagai berikut : Tabel 8. 3 Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2008-2010 Tahun No. Uraian 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 1 Pendapatan Daerah 454.932.068.810,95 477.515.493.686,17 488.982.875.506,99 2 Belanja Daerah 445.271.547.173,00 479.134.809.118,71 496.307.785.717,41 3 Pembiayaan Daerah 4.500.000.000,00 4.500.000.000,00 4.500.000.000,00 a. Penerimaan Pembiayaan - - - b. Pengeluaran Pembiayaan 4.500.000.000,00 4.500.000.000,00 4.500.000.000,00 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 53.265.369.227,03 65.906.206.814,98 63.194.541.382,44 Sumber : Bagian Keuangan Setda Kab. Jembrana 8.1.2. Produk Domestik Regional Bruto Dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jembrana ditandai adanya perubahan atau pergeseran dalam kontribusi sektor ekonomi terhadap produk daerah sebagai akibat terjadinya pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian (primer) ke sektor industri (sekunder), kemudian kearah sektor jasajasa (tersier). Hal ini sesuatu yang sangat wajar dan biasa terjadi di daerah yang sedang membangun dan berkembang seperti Kabupaten Jembrana. Pergeseran atau transformasi sektor ekonomi telah membawa berbagai implikasi. Salah satu implikasi tersebut adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB di Kabupaten Jembrana merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dan pembentukannya dipengaruhi oleh berbagai variabel. PDRB dapat dilihat dari dua sisi yaitu; PDRB atas dasar harga konstan yang perhitungannya dari jumlah produk yang dihasilkan setiap tahun dan dikalikan dengan harga tahun dasar. Dari sisi lain, besarnya PDRB atas dasar harga yang 164 Bab 8

berlaku adalah jumlah produk yang dihasilkan oleh masyarakat setiap tahun dikalikan dengan perubahan harga setiap tahun. Sebagimana dijalaskan di atas bahwa PDRB merupakan salah satu indikator dalam pembangunan ekonomi makro. Dalam kaitan dengan hal tersebut berikut ini disajikan perkembangan PDRB Kabupaten Jembrana atas dasar harga berlaku dari tahun 2006-2010 seperti tabel berikut ini. Tabel 8. 4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010 No. Lapangan usaha Tahun (Jutaan) 2006 2007 2008 2009* 2010** 1 Pertanian 611.602,64 669.541,64 758.355,40 857.113,42 903.027,21 a. Tanaman Bahan Makanan 231.346,65 256.057,00 281.901,91 318.524,02 341.423,45 b. Tanaman Perkebunan 87.020,71 96.690,59 114.005,98 130.198,92 144.371,25 c. Peternakan dan Hasil hasilnya 92.025,08 104.938,69 121.439,19 137.492,31 151.953,53 d. Kehutanan 395,11 410,08 445,14 496,65 539,67 e. Perikanan 200.815,06 211.445,28 240.563,18 270.401,52 264.739,31 2 Pertambangan dan Penggalian 11.237,36 12.297,37 14.236,99 15.894,51 17.685,84 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - c. Penggalian 11.237,36 12.297,37 14.236,99 15.894,51 17.685,84 3 Industri Pengolahan 153.654,02 173.226,42 211.185,16 244.703,82 280.344,61 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 153.654,02 173.226,42 211.185,16 244.703,82 280.344,61 4 Listrik, Gas & Air Bersih 34.132,16 38.626,42 46.479,57 54.449,25 62.017,73 a. Listrik 25.496,08 29.421,26 34.675,98 40.688,73 46.607,67 b. Gas - - - - - c. Air Bersih 8.636,08 9.205,16 11.803,59 13.760,52 15.401,06 5 Bangunan 130.442,09 144.732,49 178.073,18 211.532,26 237.085,91 6 Perdag., Hotel & Restoran 540.892,40 616.909,85 704.045,71 802.114,91 899.558,40 a. Perdagangan Besar & 423.291,10 484.221,24 549.248,28 622.404,31 697.190,23 165 Bab 8

No. Lapangan usaha Tahun (Jutaan) 2006 2007 2008 2009* 2010** Eceran b. Hotel 1.963,47 2.291,80 2.737,66 3.354,47 3.695,26 c. Restoran 115.637,83 130.396,81 152.059,77 176.656,12 198.672,91 7 Pengangkutan & Komunikasi 345.564,50 383.709,19 473.999,84 528.581,81 582.575,18 a. Pengangkutan 338.095,62 374.916,79 463.371,63 516.493,68 568.412,43 b. Komunikasi 7.468,88 8.792,40 10.628,22 12.358,13 14.162,75 8 Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan 107.621,00 116.993,11 136.040,37 158.883,19 175.114,91 a. Bank 5.539,10 6.173,19 7.001,33 7.811,54 8.655,61 b. Lembaga Keuangan Tanpa bank 14.150,73 16.058,27 19.893,14 22.195,21 23.651,35 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - d. Sewa Bangunan 76.160,87 81.873,06 94.170,49 111.868,05 124.502,68 e. Jasa Perusahaan 11.770,30 12.888,59 14.975,40 17.008,38 18.305,26 9 Jasa - Jasa 292.868,60 319.310,72 369.242,58 403.766,27 446.728,59 a. Pemerintahan Umum 166.103,04 186.064,00 216.697,10 233.958,01 259.716,79 b. Swasta 126.765,56 133.246,72 152.545,48 169.808,26 187.011,81 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Berdasarkan tabel di atas, bahwa kontribusi dibidang pertanian masih dominan disusul bidang perdagangan, hotel dan restauran serta bidang pengangkutan dan komunikasi, terlihat bahwa kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB di Kabupaten Jembrana setiap tahun mengalami peningkatan, peningkatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah peningkatan jumlah produksi (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh lapangan usaha serta peningkatan tersebut dipengaruhi oleh perubahan harga yang terjadi setiap tahun. Untuk lebih jelasnya, PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2010 dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 166 Bab 8

Pertanian 5% 12% 25% Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 16% 25% 7% 8% 2% 0% Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan Gambar 8. 1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 1,000,000.00 800,000.00 600,000.00 400,000.00 200,000.00 0.00 2006 2007 2008 2009* 2010** Tahun (Jutaan) Pertanian Industri Pengolahan Bangunan Pengangkutan & Komunikasi Jasa - Jasa Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas & Air Bersih Perdag., Hotel & Restoran Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan Gambar 8. 2 Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Selanjutnya perkembangan PDRB di Kabupaten Jembrana atas dasar harga konstan dapat dilihat seperti tabel di bawah ini. 167 Bab 8

Tabel 8. 5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010 No. Lapangan usaha Tahun (Jutaan) 2006 2007 2008 2009* 2010** 1 Pertanian 391.822,21 403.726,37 410.460,68 427.339,17 426.675,35 a. Tanaman Bahan Makanan 140.966,00 146.518,67 147.124,43 152.509,12 152.408,39 b. Tanaman Perkebunan 55.707,55 58.463,37 58.422,77 61.551,69 63.390,98 c. Peternakan dan Hasil hasilnya 55.921,26 59.565,81 62.605,63 65.828,87 68.802,91 d. Kehutanan 253,19 252,43 259,91 269,24 279,10 e. Perikanan 138.974,21 138.926,09 142.027,94 147.180,24 141.793,97 2 Pertambangan dan Penggalian 5.747,06 6.011,99 6.205,10 6.494,56 6.830,33 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - c. Penggalian 3 Industri Pengolahan a. Industri Migas 5.747,06 6.011,99 6.205,10 6.494,56 6.830,33 105.913,67 114.689,65 123.845,06 129.251,21 134.104,37 b. Industri Tanpa Migas 4 Listrik, Gas & Air Bersih 105.913,67 114.689,65 123.845,06 129.251,21 134.104,37 11.456,27 12.224,82 13.068,94 13.875,80 15.033,39 a. Listrik 8.094,90 8.818,21 9.354,71 9.956,34 10.836,14 b. Gas - - - - - c. Air Bersih 3.361,37 3.406,61 3.714,23 3.919,46 4.197,25 5 Bangunan 6 Perdag., Hotel & Restoran a. 74.647,12 79.350,66 82.809,95 88.502,29 92.938,77 354.047,41 378.509,43 403.012,32 428.700,73 454.544,92 Perdagangan Besar & Eceran 272.640,39 291.092,36 306.901,96 325.602,78 342.619,94 b. Hotel 1.148,85 1.303,29 1.430,17 1.538,80 1.618,19 c. Restoran 80.258,17 86.113,78 94.680,19 101.559,15 110.306,79 7 Pengangkutan & Komunikasi 205.220,06 216.119,38 231.545,14 241.136,21 254.287,18 a. Pengangkutan 201.833,43 212.315,69 227.437,86 236.517,48 249.332,55 168 Bab 8

No. Lapangan usaha Tahun (Jutaan) 2006 2007 2008 2009* 2010** b. Komunikasi 3.386,63 3.803,69 4.107,28 4.618,73 4.954,63 8 Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan 70.174,47 73.274,02 76.416,87 80.481,18 86.113,71 a. Bank 3.504,06 3.652,31 3.833,18 4.100,53 4.485,13 b. Lembaga Keuangan Tanpa bank 8.011,28 8.742,70 9.493,48 10.082,25 10.580,41 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - d. Sewa Bangunan 50.988,41 52.800,47 54.497,62 57.203,42 61.335,30 e. Jasa Perusahaan 7.670,72 8.078,54 8.592,60 9.094,98 9.712,88 9 Jasa - Jasa 218.117,45 226.606,35 239.441,65 247.664,30 268.775,67 a. Pemerintahan Umum 13.010.097,00 138.049,75 148.298,02 156.033,13 169.182,58 b. Swasta 88.016,48 88.556,60 91.143,63 91.531,17 99.573,10 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 5% 15% 25% Pertanian Pertambangan dan Penggalian 15% 26% 5% 8% 1% 0% Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - Jasa Gambar 8. 3 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 169 Bab 8

500,000.00 450,000.00 400,000.00 350,000.00 300,000.00 250,000.00 200,000.00 150,000.00 100,000.00 50,000.00 0.00 2006 2007 2008 2009* 2010** Tahun (Jutaan) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Gambar 8. 4 Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Bila dilihat perkembangan masing-masing lapangan usaha dari tahun 2006-2010 di Kabupaten Jembrana, juga mengalami peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah produk yang dihasilkan setiap tahun oleh masyarakat di Kabupaten Jembrana dikalikan dengan harga tahun dasar. Bila dilihat dari perkembangan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Jembrana setiap tahun selalu meningkat. Hal ini mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi bersamaan dengan peningkatan pendapatan perkapita, pemerintah memberikan berbagai subsidi kepada masyarakat sehingga turut serta mendongkrak kesejahteraan. Tabel 8. 6 Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2006 s/d 2010 No. Tahun PDRB/ Kapita (Rp). 1. 2006 Rp 8.883.064,76 2. 2007 Rp 9.745.538,22 3. 2008 Rp 11.282.672,90 4. 2009 Rp 12.678.719,17 5. 2010 Rp 13.742.703,73 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana 170 Bab 8

PDRB/ Kapita (Rp). Rp8,883,064.76 Rp9,745,538.22 Rp13,742,703.73 Rp12,678,719.17 Rp11,282,672.90 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 8. 5 Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2006 s/d 2010 8.1.3. Realisasi Investasi dari PMDN dan PMA Relisasi investasi di Kabupaten Jembrana berasal dari Alokasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). PMA hanya tercatat pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi Bali, sedangkan untuk PMDN tercatat di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah & Penanaman Modal Kabupaten Jembrana. Tabel 8. 7 Realisasi Sumber Penanaman Modal di Kabupaten Jembrana Tahun No. Jenis Investasi 2006 2007 2008 2009 Total 1. Penanaman Modal Asing - 9.505.936 3.640.000 22.091.706 37.967.102 (PMA) 2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tercatat pada BPMD - 3.100.000 - - 3.100.000 Propinsi Tercatat pada 12.749.994 62.742.599 53.603.997 41.674.820 202.166.636 Penanaman Modal Kabupaten Total 12.749.994 75.347.995 57.243.977 63.766.526 243.233.738 Sumber : Bappeda dan PM Kab. Jembrana Berdasarkan tabel diatas nilai kontribusi Penaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Jembrana adalah masih sedikit dibandingkan dengan Penanaman Modal Dalam Negeri yang sebesar 84,4 % dibandingkan dengan total realisasi 171 Bab 8

penanaman modal di Kabupaten Jembrana baik tercatat di Bappeda dan PM maupun pada BPMDN Propinsi, sedangkan sisanya sekitar 15,6 % merupakan PMA. 8.2. Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Sektor perdagangan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang perekonomian di Kabupaten Jembrana. Apabila dikelola dengan baik, hasil kekayaan alam yang melimpah tersebut, yang terdiri potensi laut dan darat akan dapat dijadikan komoditas ekspor ke luar daerah sehingga dapat memajukan perekonomian daerah. Beberapa komoditas yang banyak dikenal dan dihasilkan di Kabupaten Jembrana tersebut beberapa adalah produksi kakao dan ikan laut, Sektor tersebut berdasarkan data dari Dinas Perindagkop mampu menyerap tenaga kerja yang semakin bertambah setiap tahunnya. Tabel 8. 8 Jumlah Pedagang dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Jembrana No. Tahun Jumlah Pedagang Penyerapan Tenaga Kerja Formal Non Formal Formal Non Formal 1. 2006 4.179 6.043 6.947 8.325 2. 2007 4.328 6.285 7.395 8.598 3. 2008 4.536 6.504 8.075 9.011 4. 2009 4.720 6.727 16.067 10.568 5. 2010 4.877 6.770 16.544 18.198 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan & Koperasi Kab. Jembrana Untuk menunjang sektor perdagangan sehingga memiliki daya saing yang tinggi, diperlukan dukungan dari sektor industri dan kerajinan. Dengan adanya sektor tersebut, maka nilai ekonomi suatu barang akan semakin meningkat sehingga akan semakin menambah daya jual. Potensi sumber daya alam yang melimpah di Kabupaten Jembrana, yang dapat dijadikan sebagai bahan mentah, menjadikan sektor industri dan kerajinan memiliki prospek untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Dinas Perindagkop, jenis industri di Kabupaten Jembrana yang terdiri dari 6 (enam) jenis mengalami kenaikan setiap tahunnya. 172 Bab 8

No. B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L Tabel 8. 9 Perkembangan Industri dan Kerajinan di Kabupaten Jembrana Jenis Industri Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 1. KLP. Pangan 388 626 881 936 865 2. Industri Aneka 395 910 1.154 1.223 1.257 3. Tenun 1.505 2.028 1.906 1.907 1.907 4. KLP. Logam 60 38 39 48 51 5. KLP. Industri Kayu 183 120 120 151 174 6. KLP. Bahan 972 1.627 1.275 1.318 1.334 Bangunan Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan & Koperasi Kab. Jembrana Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam hal ini, apabila dilihat perkembangan jumlah koperasi dan anggota setiap tahunnya di Kabupaten Jembrana selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa jenis usaha koperasi di Kabupaten Jembrana masih diminati oleh masyartakat. Tabel 8. 10 Data Koperasi di Kabupaten Jembrana No Uraian Satuan Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 1 Jumlah Koperasi Unit 143 198 201 214 218 2 Jumlah Anggota Anggota 43.364 45.308 45.328 46.448 46.570 3 Koperasi Aktif Unit 129 184 187 199 203 4 Koperasi Tidak Aktif Unit 14 14 14 15 15 Sumber Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Jembrana 8.3. Pertumbuhan Ekonomi 8.3.1. Laju Inflasi Perhitungan laju inflasi hanya dilakukan di BPS Propinsi Bali, sehingga untuk mengetahui angka inflasi di Kabupaten Jembrana menggunakan acuan perhitungan angka inflasi di kota terdekat, yaitu Kota Denpasar. Selain dilakukan di Kota Denpasar, perhitungan angka inflasi tersebut dilaksanakan di 66 kota di Indonesia yang secara periodik diumumkan oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Bali. 173 Bab 8

Tabel 8. 11 Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2006 s/d 2010 No. Inflasi 2006 2007 2008 2009 2010 1. Juli 0,47 0,06 1,63 0,38 2,33 2. Januari Juli (Tahun 3,01 2,49 6,89 1,90 5,09 Kalender) 3. Juli (tahun n) terhadap Juli (Tahun n 1 )(Year on Year) 11,57 3,77 8,86 4,50 7,63 Sumber : BPS Propinsi Bali Perkembangan laju inflasi di Kota Denpasar selama periode 2006 s/d 2010 adalah mengalami fluktuasi. Laju inflasi paling tinggi adalah laju inflasi tahun kalender (Januari Juli) 2008 sebesar 6,89 %. Sedangkan laju inflasi year on year paling tinggi adalah pada tahun 2006 sebesar 11,57 %. Untuk laju inflasi tahun kalender (Januari Juli) 2010 adalah sebesar 5,09 % dan laju inflasi year on year adalah sebesar 7,63 %. 14 12 10 8 6 4 2 0 2006 2007 2008 2009 2010 Juli Januari Juli (Tahun Kalender) Juli (tahun n) terhadap Juli (Tahun n 1 )(Year on Year) Gambar 8. 6 Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2006 s/d 2010 8.3.2. Indeks Gini Gini rasio merupakan salah satu indikator yang dapat melihat ketimpangan pendapatan antar golongan penduduk, untuk melihat karakteristik ketimpangan lainnya dapat menggunakan data PDRB perkapita sebagai proxy pendapatan perkapita. indikator yang memberikan gambaran proporsi tingkat pendapatan yang dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan daerah secara umum serta sebagai bahan evaluasi pembangunan daerah. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. 174 Bab 8

Tabel 8. 12 Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2006 s/d 2010 No. Tahun Indeks Gini (%) 1. 2006 23,25 2. 2007 23,85 3. 2008 25,83 4. 2009 23,69 5. 2010 25,75 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana Angka ketimpangan (gini ratio) di Kabupaten Jembrana masih berada pada katagori rendah, namun angkanya masih cenderung berfluktuasi meskipun hanya sedikit mengalami perubahan. Berdasarkan data selama lima tahun terakhir angka gini ratio Kabupaten Jembrana berada pada kisaran 23,25 % sampai 25,83 % atau berada pada katagori ketimpangan rendah. 26.5 26 25.5 25 24.5 24 23.5 23 22.5 22 21.5 2006 2007 2008 2009 2010 Indeks Gini (%) Gambar 8. 7 Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2006 s/d 2010 8.3.3. Rata rata Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan Besaran pengeluaran untuk konsumsi masyarakat Kabupaten Jembrana, dengan rata-rata pendapatan perkapita perbulannya yang sebesar Rp. 492.840,00 digunakan untuk konsumsi makanan sebesar Rp. 268.893,50 (54,56 %) sedangkan untuk konsumsi non makanan sebesar 45,44 % atau sekitar Rp. 223.946,49. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat Kabupaten Jembrana masih berorientasi pada makanan ( food oriented ). 175 Bab 8

Tabel 8. 13 Pengeluaran Pddk/ Bulan dan Prosentase Pengeluaran Non-Pangan No. Tahun Pengeluaran Pdkk/ bulan (Rp.000) Pengeluaran Non-Pangan (%) 1. 2006 334,54-2. 2007 364,26-3. 2008 505,51 54,29 4. 2009 486,10 46,30 5. 2010 492,84 45,44 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana 8.4. NTP ( Farmers Term Of Trade) NTP ( Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar ( term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan pada bulan Agustus 2010, NTP Bali turun sebesar 0,12 persen dibanding bulan Juli 2010, yaitu dari 103,86 menjadi 103,73. Turunnya NTP ini disebabkan karena meningkatnya indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumahtangga maupun yang dikonsumsi untuk keperluan produksi pertaniannya lebih besar daripada meningkatnya indeks harga hasil produksi pertanian yang diterima petani. Turunnya NTP ini dirasakan oleh petani hortikultura. 176 Bab 8

Tabel 8. 14 Nilai Tukar Petani Bali Per Subsektor dan Perubahannya Agustus 2010 No. Subsektor 1. Tanaman Pangan Bulan Juli 2010 Agustus 2010 Persentase Perubahan a. Indeks yang Diterima (It) 117,74 119,03 1,10 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,88 126,89 0,80 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 93,54 93,81 0,29 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) 166,18 164,67-0,91 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,62 125,57 0,76 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 133,36 131,14-1,66 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) 135,00 137,39 1,77 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,89 125,57 0,55 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 108,10 109,41 1,22 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) 118,46 119,33 0,73 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,30 128,05 0,59 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 93,06 93,19 0,14 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima (It) 113,67 114,84 1,04 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,82 126,35 0,42 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 90,34 90,89 0,61 Provinsi Bali a. Indeks yang Diterima (It) 130,70 131,42 0,55 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,85 126,70 0,68 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 103,86 103,73-0,12 Sumber : BPS Propinsi Bali Perbandingan NTP Agustus 2010 terhadap Juli 2010 menunjukkan bahwa NTP-H turun sebesar 1,66 persen sedangkan 4 (empat) subsektor lainnya mengalami peningkatan NTP. Subsektor tanaman pangan (NTP-P) meningkat sebesar 0,29 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) meningkat sebesar 1,22 persen, subsektor peternakan (NTP-Pt) meningkat sebesar 0,14 persen, dan subsektor perikanan (NTP-Pi) meningkat sebesar 0,61 persen. 177 Bab 8

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompokkan dalam lima subsektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Indeks Harga yang diterima Petani (It) di lima subsektor tersebut menunjukkan fluktuasi harga yang beragam. Pada bulan Agustus 2010, indeks harga yang diterima petani (It) meningkat sebesar 0,55 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 130,70 menjadi 131,42. Meningkatnya It kali ini didorong oleh naiknya It pada empat subsektor. Subsektor tanaman perkebunan rakyat memberikan sumbangan paling besar terhadap peningkatan It. Subsektor ini mengalami peningkatan It sebesar 1,77 persen. Tiga subsektor lainnya yang juga mengalami peningkatan It yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor perikanan, dan subsektor peternakan masing-masing mengalami peningkatan It sebesar 1,10 persen, 1,04 persen, dan 0,73 persen. 2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Indeks harga yang dibayar petani menggambarkan harga barang dan jasa yang dibeli petani untuk digunakan baik dalam proses produksi lahan atau usaha pertaniannya maupun untuk konsumsi rumahtangga petani. Barang dan jasa tersebut meliputi barang-barang kebutuhan pokok; bibit; obat- obatan dan pupuk; sewa, pajak lahan, dan pengeluaran; transportasi; sewa alat dan hewan; barang modal; dan upah buruh tani. Pada bulan Agustus 2010, indeks harga yang dibayar (Ib) petani di Provinsi Bali meningkat sebesar 0,68 persen bila dibandingkan Juli 2010, yaitu dari 125,85 menjadi 126,70. Meningkatnya Ib terjadi pada semua subsektor yaitu subsektor tanaman pangan (0,80%), subsektor hortikultura (0,76%), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,55%), subsektor peternakan (0,59%), dan subsektor perikanan (0,42%). Kenaikan Ib disebabkan karena kenaikan harga barang-barang konsumsi rumahtangga seperti cabe hijau, kentang, beras, daging ayam, dan minyak goreng. Selain itu kenaikan harga pupuk dan obat-obatan, biaya pengairan lahan, dan harga minyak tanah mulai dirasakan petani. 178 Bab 8

8.5. Bank dan LPD Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Disamping Bank, terdapat pula Lembaga Perkreditan Desa ( LPD ). LPD merupakan salah satu lembaga pengelola dana non bank diharapkan dapat menggerakkan perekonomian secara optimal apalagi di Kabupaten Jembrana hampir di setiap desa pekraman sekarang sudah berdiri LPD. Tabel 8. 15 Fasilitas Perekonomian Bank dan LPD di Kabupaten Jembrana Tahun 2010 No. Kecamatan Bank LPD 1. Negara 2 9 2. Mendoyo 4 15 3. Pekutatan 2 10 4. Melaya 5 13 5. Jembrana 9 9 Jumlah 22 56 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana 179 Bab 8

Contents 8.1. Keuangan Daerah... 159 8.1.1. APBD... 159 8.1.2. Produk Domestik Regional Bruto... 164 8.1.3. Realisasi Investasi dari PMDN dan PMA... 171 8.2. Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi... 172 8.3. Pertumbuhan Ekonomi... 173 8.3.1. Laju Inflasi... 173 8.3.2. Indeks Gini... 174 8.3.3. Rata rata Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan... 175 8.4. NTP ( Farmers Term Of Trade)... 176 8.5. Bank dan LPD... 179 Tabel 8. 1 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Jembrana 2006-2010... 161 Tabel 8. 2 Realisasi Belanja Daerah Kab. Jembrana Tahun 2008-2010... 163 Tabel 8. 3 Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2008-2010... 164 Tabel 8. 4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010... 165 Tabel 8. 5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan... 168 Tabel 8. 6 Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2006 s/d 2010... 170 Tabel 8. 7 Realisasi Sumber Penanaman Modal di Kabupaten Jembrana... 171 Tabel 8. 8 Jumlah Pedagang dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Jembrana... 172 Tabel 8. 9 Perkembangan Industri dan Kerajinan di Kabupaten Jembrana... 173 180 Bab 8

Tabel 8. 10 Data Koperasi di Kabupaten Jembrana... 173 Tabel 8. 11 Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2006 s/d 2010... 174 Tabel 8. 12 Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2006 s/d 2010... 175 Tabel 8. 13 Pengeluaran Pddk/ Bulan dan Prosentase Pengeluaran Non-Pangan... 176 Tabel 8. 14 Nilai Tukar Petani Bali Per Subsektor dan Perubahannya Agustus 2010... 177 Tabel 8. 15 Fasilitas Perekonomian Bank dan LPD di Kabupaten Jembrana Tahun 2010... 179 Gambar 8. 1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku... 167 Gambar 8. 2 Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku... 167 Gambar 8. 3 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan... 169 Gambar 8. 4 Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan... 170 Gambar 8. 5 Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2006 s/d 2010... 171 Gambar 8. 6 Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2006 s/d 2010... 174 Gambar 8. 7 Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2006 s/d 2010... 175 181 Bab 8