BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur. kehamilan 20 <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERBEDAAN KADAR ELASTASE KANALIS SERVIKALIS ANTARA KEHAMILAN DENGAN ANCAMAN PERSALINAN PRETERM DAN KEHAMILAN NORMAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan preterm menurut The American College of. Obstreticians and Gynecologists (ACOG), 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persalinan. Ketuban pecah dini preterm (KPDP) adalah pecahnya ketuban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB IV HASIL PENELITIAN

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

Tugas Biologi Reproduksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM IBU PADA KEHAMILAN PRETERM DENGAN KETUBAN PECAH SPONTAN DAN KETUBAN TIDAK PECAH

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000

BAB ΙΙ TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%).

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian (morbiditas). Makin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD DR. SOESILO KABUPATEN TEGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah proses alamiah yang sudah digariskan Tuhan untuk

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan

BAB I PENDAHULUAN. berusia 37 minggu penuh. Persalinan preterm dan komplikasi yang mengiringi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI ANTARA PRIMIPARA DAN MULTIPARA. Siti Aisyah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. sebelum ada tanda tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum ada. tanda dimulainya persalinan. Ada beberapa penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih 2. Yogyakarta ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan kurang bulan merupakan masalah di bidang obstetrik dan perinatologi karena berhubungan dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Tujuh puluh persen morbiditas dan mortalitas neonatus disebabkan oleh prematuritas. Kemajuan dibidang obstetri dan perawatan neonatal telah dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi yang dilahirkan, namun bayi yang dilahirkan memerlukan perawatan khusus dan memerlukan biaya yang mahal dalam perawatan kesehatan (Cunningham, 2014). American College of Obstetrician and Gynecologist (ACOG) menyatakan bahwa definisi persalinan kurang bulan adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau kurang dari 259 hari dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Sedangkan menurut World Health Organization ( WHO ), persalinan kurang bulan didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu dengan selaput membran janin yang masih utuh (Iams, 2004). Angka kejadian persalinan kurang bulan adalah sebesar 7-10% dari seluruh kehamilan. Di Amerika Serikat, angka kejadian persalinan kurang bulan sebesar 12% dan menyebabkan 75% kematian neonatal sedangkan di Indonesia kejadian persalinan kurang bulan berkisar 10-20% (Yeast, 2005; Goldenberg, 2010; Romero, 2011). Penyebab persalinan kurang bulan adalah multifaktor. Persalinan kurang bulan disebabkan oleh faktor ibu, diantaranya umur ibu saat hamil kurang dari 18 tahun atau diatas 40 tahun, status ekonomi yang rendah, kebiasaan merokok, nutrisi yang buruk, malformasi uterus, inkompeten serviks dan infeksi dalam kehamilan (Cunningham, 2014; Rodney, 2015). 1

Infeksi intrauterin merupakan faktor utama terjadinya persalinan kurang bulan, yaitu sebesar 40% dari seluruh penyebab persalinan kurang bulan, dan lebih sering bersifat subklinis. Beberapa mekanisme yang menerangkan terjadinya infeksi intrauterin yaitu dimulai dengan adanya pertumbuhan mikroorganisme patogen di servikovaginal, kemudian menembus barrier serviks dan selanjutnya memicu perubahan pada selaput amnion dan struktur segmen bawah rahim (Romero, 2011; Klein, 2011). Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membranes (PROM) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum terjadinya persalinan. Bila terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu ini disebut sebagai KPD preterm atau Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM). Beberapa faktor penyebab terjadinya KPD adalah infeksi, riwayat KPD sebelumnya, overdistensi uterus, kelainan pada serviks, malposisi dan malpresentasi janin, merokok, dan faktor stres psikologik maternal. Tetapi faktor yang paling sering menyebabkan KPD adalah faktor eksternal yaitu infeksi 60-70% (Mochtar, 2012; Rodney, 2015). Ketuban pecah dini (KPD) atau merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan komplikasi kelahiran berupa prematuritas dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas perinatal serta menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayi (Mochtar, 2012). Insidensi ketuban pecah dini sebesar 8-10% dari jumlah kehamilan dan biasanya dari kasus ketuban pecah dini akan diikuti dengan persalinan. Ketuban pecah dini memberikan kontribusi 30% persalinan preterm dan 75% kasus ketuban pecah dini akan terjadi persalinan (Wiknyosastro, 2008). Korioamnionitis merupakan proses inflamsi atau infeksi pada plasenta, cairan amnion, selaput korioamnion dan atau uterus yang timbul segera sebelum atau pada saat persalinan. Penelitian menunjukkan bahwa secara histologis, korioamnionitis terjadi pada 2

20% kasus persalinan cukup bulan dan 50% kasus persalinan kurang bulan. Korioamnionitis klinis terjadi pada 1-2% persalinan cukup bulan dan 5-10% persalinan kurang bulan. Insidensi ini meningkat pada kasus ketuban pecah dini (Rodney, 2015). Infeksi akan merangsang dikeluarkannya mediator inflamasi melalui aktivitas makrofag dan sel-sel leukosit Polimononuklear ( PMN ) pada desidua maternal dan membran korioamnion. Mediator inflamasi yang dikeluarkan saat terjadi infeksi akan memicu terjadinya persalinan preterm. Peningkatan yang signifikan dari mediator inflamasi akan memicu dikeluarkannya suatu zat yang berfungsi sebagai regulator dari respons inflamasi. Protease inhibitor berfungsi sebagai pengatur respons inflamasi (Helmig, 2012; Doumas, 2013). Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) merupakan protease inhibitor yang paling poten dalam menghambat proses inflamasi. SLPI juga dapat menghambat pelepasan prostaglandin E 2 (PGE 2 ) dan matrix metalloproteinase serta dapat melakukan perbaikan ( remodeling ) selaput membran yang robek dengan cara menghambat cyclooxygenase-2 (Zhang, 2007). SLPI berfungsi membatasi rangkaian proses inflamasi yang terjadi saat persalinan, sebagai pelindung dari invasi mikroorganisme, memberikan respons terhadap infeksi dan menghambat proses inflamasi dengan cara menghambat produkproduk bakteri, serta SLPI juga berfungsi memberi perlindungan bagi membran janin dan serviks (Puchner, 2006). Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) berfungsi sebagai pelindung dari efek sitokin dan elastase yang dapat menyebabkan robeknya selaput amnion dan selanjutnya memicu pecahnya ketuban. Beberapa penelitian menyebutkan terjadi penurunan konsentrasi SLPI dalam cairan amnion pada kasus ketuban pecah dini, terutama pada persalinan kurang bulan. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan aktivitas anti-protease, sedangkan protease sendiri memiliki kemampuan dalam degradasi membran (King, 2010). 3

B. Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan konsentrasi Secretory Leukocyte Protease Inhibitor pada pasien ketuban pecah dini preterm antara yang mengalami korioamnionitis dan yang tidak mengalami korioamnionitis? C. Tujuan Penelitian Mengetahui perbedaan konsentrasi Secretory Leukocyte Protease Inhibitor pada pasien ketuban pecah dini preterm antara yang mengalami korioamnionitis dan yang tidak mengalami korioamnionitis. D. Kerangka Pemikiran Beberapa penelitian menyebutkan bahwa infeksi berperanan penting dalam patogenesis ketuban pecah dini (KPD) preterm. Mikroorganisme penyebab infeksi menembus barrier serviks kemudian memicu perubahan pada selaput amnion dan struktur segmen bawah rahim. Mikroorganisme tersebut akan menginisiasi KPD preterm melalui beberapa cara. Cara yang paling besar pengaruhnya adalah efek dari pelepasan toksin-toksin bakteri yang akan menginisiasi proses inflamasi pada desidua dan korioamnion. Pelepasan mediator-mediator inflamasi dari sel desidua dapat langsung menstimulasi sel-sel miometrium, sehingga akan terjadi persalinan kurang bulan. Cara lain adalah mikroorganisme memicu persalinan kurang bulan dengan cara merusak selaput membran melalui pelepasan protease. Protease tersebut dapat menurunkan kekuatan selaput membran janin, dan selanjutnya memicu persalinan. Pelepasan mediator inflamasi pada saat terjadinya infeksi akan merangsang dilepaskannya suatu zat yang berfungsi untuk mengontrol proses inflamasi. Proteinase inhibitor adalah segolongan molekul yang mampu membatasi fungsi zat-zat patogen yang potensial dapat 4

menimbulkan kerusakan jaringan. Proteinase inhibitor berperan penting dalam efek proteksi terhadap regulasi sekresi proteinase oleh PMN. Protease inhibitor berperan dalam mengontrol proses inflamasi. Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) adalah salah satu inhibitor protease. SLPI juga berperan sebagai mediator imunitas mukosa serta mengatur respons proses inflamasi, dengan cara mengurangi ekspresi gen inflamasi dan mengurangi akumulasi sel-sel inflamator, dan juga memberi kontribusi dalam keseimbangan imunitas. Secara garis besar, SLPI memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi, antivirus, anti-bakteri. SLPI secara spesifik terdapat pada sel-sel di permukaan mukosa, seperti pada paru-paru, serviks, duktus parotis, vesikula seminalis, epitel pada traktus genitalia wanita (uterus, tuba falopii) dan juga ditemukan pada cairan-cairan tubuh, seperti sekresi kelenjar parotis, lendir serviks, dan cairan asites. Selama kehamilan, Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) berfungsi sebagai barrier utama terhadap terjadinya infeksi pada saluran genitalia selama kehamilan. Secara immunohistokimia, ekspresi sel-sel spesifik dari SLPI lebih dominan pada sel sel desidua parietalis yang melekat pada chorion leave dan miometrium serta desidua basalis. Sehingga diduga, pada uterus hamil SLPI juga di lepaskan oleh desidua, membran janin, dan dari paru-paru janin. Meningkatnya konsentrasi SLPI akan membentuk suatu interaksi inflamasi dalam mempertahankan kehamilan dan selanjutnya membatasinya pada saat persalinan. Peranan penting SLPI selama kehamilan adalah sebagai pelindung terhadap protease dan sitokin yang dapat memicu timbulnya ketuban pecah dini dan kontraksi uterus. Persalinan merupakan keadaan yang berhubungan dengan reaksi inflamasi. Terdapat peningkatan pelepasan dan ekspresi IL-1 dan IL-6 di dalam cairan amnion dan desidua, yang akan menstimulasi proses inflamasi. Peningkatan dari konsentrasi IL-1 dan IL-6 tersebut akan memicu pelepasan SLPI dari sel epitel amnion, mukosa saluran 5

pernafasan janin, dan desidua. SLPI berfungsi membatasi rangkaian proses inflamasi yang terjadi saat persalinan, sebagai pelindung dari invasi mikroorganisme, dan memberikan respons terhadap infeksi serta menghambat proses inflamasi dengan menghambat produk-produk bakteri berupa lipopolisakarida. Pada persalinan kurang bulan, khususnya pada keadaan terjadinya infeksi intrauterin, akan tampak ekspresi anti-mikrobial. Terjadi penurunan konsentrasi SLPI dalam cairan amnion pada kasus-kasus ketuban pecah dini. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan aktivitas anti-protease, sedangkan protease sendiri memiliki kemampuan dalam degradasi membran. Karena adanya penurunan konsentrasi SLPI, maka akan menurun pula efek antimikrobial SLPI pada uterus, sehingga akan memungkinkan terjadinya infeksi. Puchner dkk menyebutkan bahwa konsentrasi SLPI lebih tinggi pada pasien persalinan kurang bulan spontan maupun persalinan cukup bulan dengan ketuban yang masih utuh dibandingkan pada persalinan yang didahului pecahnya ketuban. Konsentrasi SLPI dalam cairan amnion pada kehamilan midtrimester menurun secara signifikan bila didahului oleh pecah ketuban. Didapatkan nilai cut off point dari konsentrasi SLPI pada persalinan kurang bulan adalah 56,5 ng/ml (Punchner, 2006). Helmig dkk menyebutkan bahwa pada kehamilan kurang bulan yang didahului pecahnya ketuban, memiliki nilai rata-rata SLPI yang lebih rendah dibandingkan pada kehamilan dengan ketuban yang masih utuh, yaitu 579 mg/ml pada kehamilan dengan ketuban yang sudah pecah dan 1038 ng/ml pada kehamilan dengan ketuban yang masih utuh. 6

E. Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan konsentrasi Secretory Leukocyte Protease Inhibitor pada pasien ketuban pecah dini preterm antara yang mengalami korioamnionitis dan yang tidak mengalami korioamnionitis. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Secara keilmuan penelitian diharapkan dapat menambah wawasan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi Secretory Leukocyte Protease Inhibitor pada pasien ketuban pecah dini preterm antara yang mengalami korioamnionitis dan yang tidak mengalami korioamnionitis. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian lanjutan mencari cutt off point konsentrasi Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) pada pasien ketuban pecah dini preterm antara yang mengalami korioamnionitis dan yang tidak mengalami korioamnionitis. 7