BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
MEMUDARNYA BARI DAN KELEMBAGAAN MABARI ( STUDI PADA KOMUNITAS PETANI KELAPA DI DUA DESA DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT ) MUHAMMAD SYARIF A.

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Potensi perpustakaan umum dalam menciptakan modal sosial di seluruh

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB VII KESIMPULAN. dan berkuasa dalam aspek pendidikan dan politik, bahkan dipandang lebih superior

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab Tiga Belas Kesimpulan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

PENGANTAR PERKOPERASIAN

BAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipergunakan guna menjawab tujuan penelitian (Soehartono, 1999: 9). Oleh karena itu, pada

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kebanyakan orang percaya bahwa jika suatu pekerjaan dikerjakan

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

B. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seni tidak selalu diwujudkan dalam bentuk seni musik, seni rupa, seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB VI PENUTUP. penggerak perubahan dan dinamika sosial di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tri Suryani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB VIII PENUTUP. Protes dan perlawanan yang dilakukan masyarakat lokal terhadap pemerintah

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

HUBUNGAN GOTONG ROYONG DENGAN EKSISTENSI PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BIRO HUKUM DAN HUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

Mencari Format Kerangka Kebijakan yang Ramah Bagi Masyarakat Lokal : Sebuah Diskusi Awal. Indriaswati Dyah Saptaningrum

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setelah kebutuhan primer. Salah satu perkembangan teknologi

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Baik keberagaman hayati

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

Transkripsi:

BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak ada masyarakat yang tidak berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Tidak jarang dalam perubahan tersebut terdapat nilai yang ditransformasikan. Bahkan, seiring perubahan tersebut tidak jarang ada inovasi budaya baru, sehingga mengikis budaya lama. Situasi ini juga dialami oleh masyarakat di dua desa, Susupu dan Lako Akelamo yang terletak di Kabupaten Halmahera Barat.. Masyarakat di dua desa itu menghadapi perubahan akibat pesatnya modernisasi dan menguatnya birokorasi pemerintahan. Pembangunan infrastruktur, pembukaan jalan akses, yang juga mengikuti modernisasi dan penguatan birokrasi ke dua desa tersebut memasukkan informasi dan teknologi baru, sehingga makin mendorong arus perubahan. Proses yang di satu sisi, turut mempercepat perkembangan desa. Namun di sisi lain, masyarakat di dua desa itu juga menggeliat, menerima, mengadaptasi, bahkan ada juga yang melawan sumber-sumber perubahan yang ada. Dengan demikian, gejala tersebut menjadi satu bukti modernisasi di pedesaan Kabupaten Halmahera Barat sebagai sumber pembangunan dan perubahan. Meskipun demikian, menjadi naif apabila terdapat pandangan yang menilai bahwa modernisasi hanya membawa kemajuan terhadap perkembangan masyarakat. Tidak semua perubahan yang dibawa modernisasi dapat membawa perubahan yang membangunkan. Akhir-akhir ini ada gejala di desa-desa di Kabupaten Halmahera Barat mulai mengalami pengikisan kohesivitas sosial. Kebersamaan dan solidaritas dirasakan memudar sehingga tanggung jawab sosial kolektif di masyarakat mulai berkurang. Contohnya, ada dalam keseharian masyarakat di pertemuan untuk membicarakan pembangunan desanya sendiri mulai menanyakan tentang uang saku untuk rapat. Laju perkembangan pembangunan dan globalisasi ternyata menumbuhkan tidak saja kemajuan, tetapi juga menguatkan individualitas dan sikap-sikap komersial. Artinya, dibalik menguatnya individualitas diikuti oleh menipisnya kohesifitas sosial. Masyarakat seakan-akan merapuh dari dalam tubuhnya sendiri. Satu contoh yang dialami sendiri ketika setahun lalu di RSU Boesori Ternate, melihat orang sakit menjadi sekarat di depan UGD (Unit Gawat

2 Darurat) karena tidak mendapatkan tindakan medis, karena hanya soal biaya administrasi yang belum diselesaikan. Begitu pun, ketika ada yang tidak dapat menebus mayat karena tak sanggup membayar biaya mobil jenazah. Gejala melemahnya kohesifitas sosial diperkirakan berkaitan dengan melemahnya bari atau nilai-nilai sosial yang mengatur pola dan semangat hidup yang di dasarkan pada kepercayan, keterbukaan, saling peduli, saling menghargai, dan saling menolong diantara anggota kelompok masyarakat yang dikenal masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat. Untuk diketahui, Bari merupakan nilai dasar kelembagaan masyarakat yang dikenal sebagai Mabari, yang keberadaan kelembagaan tersebut sebagai pranata sosial dengan dasar proses sosial yang bersifat assosiatif. Mengikuti pandangan Ibrahim (2003), kelembagaan yang demikian merupakan unit sosial penting karena dilandasi oleh nilai-nilai sosial yang di dalamnya berbentuk kerjasama/gotong royong, dan tolong menolong. Mabari di dua desa kajian menemukan implementasi bari sebagai nilai sosial ke dalam bentuk aktifitas masyarakat sebagai mabari. Bentuk aktifitasnya baik didalam kegiatan sosial ekonomi, maupun keagamaan masyarakat, seperti mulai dari kegiatan perkawinan, kedukaan, serta kegiatan berkebun kelapa (mulai pembukaan lahan, penanaman, hingga pemanenan). Mabari ini oleh masyarakat di dua desa kajian masih dianggap sebagai pola perilaku warisan leluhur yang dilembagakan, sehingga telah menjadi sebuah kebiasaan aktifitas sosial, dan ruang publik (public sphere) untuk mencairkan serta merajut pertentangan atau perselisihan dalam komunitas masyarakat sehingga tercipta rasa solidaritas masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan kemudian adalah pengikisan fungsi mabari berpotensi menurunkan solidaritas sosial, dan bahkan memudahkan perpecahan di kalangan masyarakat. Kejadian konflik horisontal Maluku Utara khususnya di Halmahera Barat pada dekade terakhir ini boleh menjadi bukti bari mengalami pengikisan, sehingga mabari tidak mampu menjadi peredam konflik. Meskipun selanjutnya, ternyata mabari diketahui masih berfungsi secara sosial pasca konflik. Misal, Soemake (2005) yang meneliti tentang konflik di Desa Idam Dehe Halmahera Barat memperlihatkan rekonsiliasi konflik dapat dilakukan melalui kerja sama, peningkatan tenggang rasa, sukarela dan partisipatif masyarakat. Melalui komunikasi membuat komunitas Idam Dehe yang dulunya tercabik-cabik akibat konflik ternyata dapat dipulihkan melalui pemanfaatan kembali mabari.

3 Sarana yang dipakai untuk menuju rekonsiliasi adalah kerja sama melibatkan dua komunitas yang berkonflik pada melakukan kegiatan memperbaiki atau membangun kembali sekolah yang rusak akibat konflik. Aktifitas mabari saat ini di Kabupaten Halmahera Barat cenderung mengalami kemandekan dan hidup berbeda-beda di desa-desa. Berdasarkan diskusi-diskusi dengan tokoh-tokoh masyarakat dan pengamatan sendirii diidentifikasi, bahwa mabari memang masih ada dan fungsinya beragam di desadesa. Mabari sebagai lembaga lokal sering hidup menjadi komplementer dengan organisasi pemerintah desa. Lembaga ini terlihat bersifat tradisional, sehingga berbeda dengan ciri peran organisasi atau kelembagaan baru yang mengikuti perkembangan birokrasi pemerintah. Mabari mempunyai kekhasan yang khusus dalam menggalang proses sosial kerjasama, maupun dalam proses produksi di dua desa lokasi kajian masih dapat dilihat dalam pengorganisasian perkebunan kelapa rakyat. Berdasarkan perkembangan Mabari yang demikian, maka menjadi menarik melakukan kajian keberadaan dan perkembangan Nilai Bari dan Mabari. Hal ini penting juga karena ada bukti, bahwa mabari sebagai kelembagaan lokal dapat didayagunakan untuk menjaga solidaritas masyarakat dalam pembangunan. Bahkan, ada pandangan, bahwa pemanfaatan kelembagaankelembagaan lokal tersebut dapat dijadikan sarana efektif untuk percepatan pembangunan pedesaan di Kabupaten Halmahera Barat. Dengan dasar pemikiran, bahwa nilai-nilai budaya dan pengetahuan lokal yang telah lama tertanam dalam masyarakat menjadi modal yang berharga pembangunan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk mengungkap sejauhmana dampak perubahan sosial terhadap keberadaan nilai bari dan kelembagaan mabari.di pedesaan Kabupaten Halmahera Barat. 1.2. Perumusan Masalah Bari sebagai nilai sosial lokal dan kelembagaan pemberdayaan masyarakat dan desa memerlukan dukungan bagi semua pihak untuk meletakan bari sebagai nilai dasar kelembagaan pemberdayaan masyarakat dan desa di Kabupaten Halmahera Barat. Didalam konteks ini, Bari dapat menjadi nilai dasar terbentuknya norma untuk mengatur pola dan semangat hidup yang didasarkan pada kepercayaan, keterbukaan, saling peduli, saling menghargai,

4 dan saling menolong diantara anggota kelompok masyarakat dalam rangka keberlangsungan proses pembangunan.. Masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat kini cenderung menganggap Bari sebagai nilai yang tidak lagi sejalan dengan nilai-nilai modernisasi. Proses ini berjalan akibat pengaruh luar terhadap perkembangan budaya masyarakat. Proses yang mendorong nilai-nilai, norma dan sikap, semangat kerja, serta paradigma berpikir masyarakat berubah dan mempengaruhi dukungan masyarakat atas bari itu sendiri. Fenomena ini apabila mengikuti pandangan Castels (2001) berkaitan dengan proses transformasi sosial di pedesaan (lokalitas) yang berjalan dengan sangat cepat pada setiap aspek kehidupan melalui keseluruhan skenario pembangunan yang menjebak masyarakat masuk dalam perangkap modernisasi ala kapitalis. Pembangunan yang berlangsung di Kabupaten Halmahera Barat terkesan masih mengabaikan potensi sosial budaya lokal. Kebijakan-kebijakan pembangunan acap kali masih memarginalisasi nilai-nilai (kelembagaan tradisional) yang berfungsi untuk menata kehidupan masyarakat. Dengan arti lain, Masyarakat Kabupaten Halmahera Barat belum menyadari kelembagaan Mabari sebagai modal sosial yang berharga dalam proses pembangunan. Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat sebagai salah satu stakeholders pembangunan pun masih cenderung melihat nilai-nilai budaya sebagai sebuah unsur penting dari upaya pemberdayaan. Bahkan, pemberdayaan masih dilihat hanya sebagai suatu pelaksanaan proyek yang menghasilkan hal-hal yang bersifat materialistik dan terukur. Akibatnya, mabari saat ini hidup dan berkembang beragam di desa-desa di Kabupaten Halmahera Barat. Berdasarkan kondisi ini, maka penelitian yang dilakukan ini berupaya menjawab pertanyaan umum penelitian, yaitu: bagaimana sebenarnya bari sebagai nilai dasar berkembangannya mabari masih menjadi ketetapan sosial dari tatanan kehidupan masyarakat pedesaan di Kabupaten Halmahera Barat, khususnya komunitas perkebunan kelapa rakyat?. Didalam konteks ini, ada tiga pertanyaan khusus penelitian, sebagai berikut: 1. Bagaimana Bari dan Mabari saat ini hidup didalam konteks perkembangan sosial komunitas? 2. Bagaimana pembangunan membawa perubahan pada komunitas dan mempengaruhi perkembangan Mabari?

5 3. Bagaimana proses perkembangan bari dan mabari terjadi, dan dinamika unsur-unsur perubahannya?. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan memberikan kajian menyeluruh terhadap bari sebagai nilai sosial masyarakat yang mendasari kegiatan mabari kelembagaan sosial masyarakat. Penelitian diharapkan membantu menemukan kenyataan di lapangan yang akan dikaji, yaitu: Pertama : Mengetahui bari dan mabari dalam konteks situasi sosial komunitas di lokasi penelitian pada masa kini. Kedua; menggambarkan pembangunan membawa perubahan pada komunitas, dan dampaknya terhadap bari dan kelembagaan mabari pada masing-masing lokasi penelitian. Ketiga; Menggambarkan tentang proses mabari dan pola produksi petani kelapa di dua desa dan unsur-unsur perubahannya Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan kepada Pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan sehingga dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat lokal dan lebih menghargai kelembagaan masyarakat lokal sebagai lembaga sosial yang efektif dalam menggerakan pembangunan di desa. 1.4. Sistematika Tulisan Pada Bab 1 tesis ini sebagaimana telah diuraikan disampaikan mengenai latar belakang ketertarikan terhadap studi mengenai bari dan kelembagaan mabari di Kabupaten Halmahera Barat. Tema kelembagaan sosial selanjutnya dibicarakan kembali dengan mengingat semakin menipisnya kohesifitas sosial masyarakat akibat derasnya modernisasi dan penetrasi modal yang membawa serta pengaruh materialnya ke dalam kehidupan sosial masyarakat. Kondisi yang mengancam kohesifitas sosial oleh konflik demi konflik yang berimplikasi secara horisontal, sedemikian rupa merapuhkan solidaritas nasional dan mereduksinya dalam kesadaran homogenetik berdasar agama, ras, dan etnis. Dinamika mabari sebagai kelembagaan masyarakat yang berintikan nilai bari yang berintikan kebersamaan, solidaritas diungkap menjadi penting diangkat sebagai pembelajaran sosial. Dalam bab kedua nanti akan diungkapkan beberapa teori pada tinjauan pustaka dimulai dari teori kelembagaan sosial, teori tentang strukur sosial dan

6 stratifikasi sosial serta, teori tentang perubahan sosial. Dari beberapa teori itu digunakan untuk meneropong realitas kelembagaan dan masyarakat. Bab ketiga akan menjelaskan tentang metodologi yang digunakan untuk meneliti memudarnya bari dan kelembagaan mabari di dua desa komunitas kelapa di Kabupaten Halmahera Barat. Di Bagian keempat, peneliti menjabarkan keadaan umum situasi komunitas dua desa, Bagian ini diungkap kondisi masyarakat yang di lokasi penelitian. Mulai dari cerita asal usul masyarakat Sahu terutama di desa tersebut. Gambaran bagaimana kita dapat mencapai masyarakat tersebut, kemudian mengenali siapa yang ada dalam desa-desa tersebut baik mereka yang berada dalam identitas kedudukan dalam stratifikasi sosial feodal yang kenyataannya masih tetap ada maupun mereka yang termasuk dalam kategori penggolongan-pengolongan baru masyarakat. Pada bagian ini juga di jelasakan mata pencarian pokok masyarakat di dua desa. Bab kelima dari tesis ini menggambarkan tentang bagaimana pembangunan membawa perubahan pada komunitas. Proses perubahan satu per satu, dimulai dari penetrasi modernisasi akibat pembangunan yang diperlihatkan oleh masuknya pembangunan infrastruktur jalan dan listrik, pendirian gedung-gedung sekolah, fasilitas umum, Kantor birokrasi, dll. Dilanjutkan dengan kehadiran program-program bantuan pemerintah lainnya. Konflik 1999 juga memberikan pengaruh yang penting bagi perubahan masyarakat Sahu. Bagian ini juga memperlihatkan bagaimana implikasi pengaruh masuknya unsur-unsur dari luar tersebut terhadap masyarakat desa. Bab keenam akan menjelaskan tentang mabari dan pola produksi petani kelapa di dua komunitas. Penjelasan dari bagian ini lebih awalnya diceritakan tentang eksistensi petani kelapa didua desa dalam pola produksi kelapa dengan menggunakan nilai-nilai bari. Pada bagian ini juga di jelasakan terkait dengan perbedaan praktek bari dalam pola produksi kelapa di dua desa, serta mekanisme sosial penyelesaian konflik produksi, variasi pekerjaan dan mabari dalam proses sosial yang berlangsung di dua desa. Bab ketujuh dari tesis ini berisikan simpulan dan saran. Di sini akan diuraikan sejumlah hal yaitu mengenai apa sesungguhnya terjadi pada kelembagaan sosial yang disebut mabari itu dan bagaimana mabari terintegrasi dalam keseluruhan aktivitas sosial masyarakat. Selanjutnya adalah kesimpulan mengenai unsur-unsur yang mempengaruhi perubahan terhadap mabari maupun unsur-unsur yang membuatnya tetap bertahan dalam masyarakat.