TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup

dokumen-dokumen yang mirip
BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB II LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

BAB II LANDASAN TEORI

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

Macam macam mikroba pada biogas

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BIOGAS. KP4 UGM Th. 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN (TERNAK SAPI) SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS

SNTMUT ISBN:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU, JENIS MIKROBA, JUMLAH MIKROBA RELATIF, RASIO AIR TERHADAP BAHAN BAKU, DAN WAKTU FERMENTASI PADA FERMENTASI BIOGAS

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

SNTMUT ISBN:

Chrisnanda Anggradiar NRP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PENGEMBANGAN PROSES DEGRADASI SAMPAH ORGANIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DAN PUPUK

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

PEMBUATAN BIODIGESTER DENGAN UJI COBA KOTORAN SAPI SEBAGAI BAHAN BAKU

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies besar yaitu Elaeis guineensis

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jenis Gas Volume (%)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. molekul komplek yang memiliki bentuk rigid dan struktur berkayu dari tanaman dimana bakteri

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

III. METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Iklim Perubahan iklim

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2015 dan bertempat di

PROFIL PENGEMBANGAN BIO-ENERGI PERDESAAN (BIOGAS)

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati

BAB XV LIMBAH TERNAK RIMINANSIA

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

PEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Biogas Biogas adalah gas yang mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat dan cair) homogen seperti kotoran dan urin (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Disamping itu juga sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam sistem biogas (Suyatmiko, 2007). Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion. Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 %) berupa metana. Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraikan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material organik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana. Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium (Pambudi, 2008).

Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH 4 ) dan karbondioksida (CO 2 ), dan beberapa kandungan gas yang jumlahnya kecil diantaranya hidrogen (H 2 ), hidrogen sulfida (H 2 S), amonia (NH 3 ) serta nitrogen (N) yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH 4 ). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana (CH 4 ) semakin kecil nilai kalor (Pambudi, 2008). Secara ilmiah, biogas yang dihasilkan dari sampah organik adalah gas yang mudah terbakar (flammable). Gas ini dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa udara). Umumnya, semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas. Tetapi hanya bahan organik homogen, baik padat maupun cair yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut membusuk, akan dihasilkan gas metana (CH 4 ) dan karbondioksida (CO 2 ). Tapi, hanya CH 4 yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar (Said, 2008). Bahan bakar yang berasal dari biogas mengandung berbagai macam zat, baik yang dapat dibakar maupun yang tidak dapat terbakar. Zat yang tidak dapat terbakar ini biasanya sebagai penghalang atau pengurang nilai energi dari biogas. Untuk lebih jelasnya kandungan gas bio diuraikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi dan persentase jumlah gas bio Jenis gas Hadi (1981) Uli et al (1989) Metana (CH 4 ) 54 % - 70 % 40% - 70 % Karbondioksida (CO 2 ) 27 % - 35 % 30 % - 60 % Nitrogen (N 2 ) - - Karbon monooksida (CO) 0.1 % -

Oksigen (O 2 ) 0.1 % - Hidrogen sulfida (H 2 S) kecil 0 % - 3 % Gas lain - 1 % - 5 % Hidrogen (H 2 ) - 0 % - 1 % Menurut Hadi (1981) dan Kadarwati (1981), gas bio mempunyai nilai kalori antara 5500 sampai 6700 kkal/m 3. Selanjutnya dijelaskan bahwa setiap satu meter kubik biogas equivalent dengan lampu 60 watt yang menyala 6 sampai 7 jam, sehingga biogas mempunyai potensi yang cukup besar dalam menggantikan energi lain yang tak terbarukan seperti minyak bumi, yang persediaannya di bumi semakin menipis dan membutuhkan waktu ribuan tahun untuk mendapatkannya kembali. Gas metan (CH 4 ) adalah komponen penting dan utama dari biogas karena merupakan bahan bakar yang berguna dan memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, mempunyai sifat tidak berbau dan tidak berwarna. Jika gas yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerobik ini dapat terbakar, berarti mengandung sedikitnya 45% gas metan. Untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 Kkal/m 3. Ketika dibakar 1ft 3 gas bio menghasilkan sekitar 10 BTU (2,52 Kkal) energi panas per persentase komposisi metan (Harahap, 1978). Energi biogas mengandung nilai kalori lebih dari bahan bakar lainnya, artinya akan lebih banyak panas yang dihasilkan untuk mamasak dan lebih cepat proses memasak tersebut. Dalam pemakaian biogas, bau bahan baku akan berkurang karena proses penguraian bahan organik yang berlangsung. Selain itu pencemaran karena asap seperti pada proses memasak dengan kayu sedikit saja terjadi. Menurut Ginting (2007) nilai kalori biogas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai kalori bahan bakar. Bahan bakar Nilai kalori (KJ/gr) Biogas Kayu Arang Minyak tanah 15000 2400 7000 8000 Bakteri Methanogen. Bakteri berasal dari kata latin bacterium, adalah organisme hidup yang sangat kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas (Wikipedia, 2008). Methanogen adalah mikroba yang dikenal dengan nama archaea dan hampir serupa dengan bakteri. Mikroba tersebut menggunakan karbon dioksida untuk membuat methane, komponen terbesar dari gas alam yang mudah terbakar. Methanogen memproduksi sekitar 1 milyar ton methane setiap tahunnya. Methane merupakan gas rumah kaca yang 23 kali lebih efektif menyimpan panas dibandingkan dengan karbon dioksida. Methanogen bisa hidup di lingkungan yang tidak mengandung oksigen, seperti dalam usus ternak, manusia dan bahkan rayap, juga dapat hidup di lumpur dan danau. Dengan memanfaatkan methane yang diproduksi oleh methanogen sebagai sumber bahan bakar, dapat mengurangi jumlah methane yang dilepas ke atmosfir dan sekaligus menggunakan karbon dioksida di dalam prosesnya (James, 2008). Proses atau reaksi sebagai berikut : Bahan organik + air + hidrolisa + fermentasi gas bio + slury

Proses hidrolisa dan fermentasi ini harus dilakukan dalam kondisi an aerob atau hampa udara. Dengan demikian sifat kontruksi digester harus dibuat agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Gas bio yang dihasilkan dari proses fermentasi terdiri dari : CH4 atau methane (60-70%),Co2 atau karbon dioksida (20-30%),O2 (1-4%),N2 (0,5-3%),Co atau karbon monoksida (1%) dan H2S (kurang dari 1%). Campuran gas bio ini menjadi mudah membakar jika memiliki kandungan gas methane sebesar lebih dari 50 %. Apabila gas ini dibakar akan berwarna biru dan menghasil banyak energi panas. Satu meter kubik biogas setara dengan 5.200-5.900 Kcal atau apabila dipakai untuk memanaskan air dapat meningkatkan 130 Kg air dari 20 derajat sampai mendidih atau menyalakan lampu 50-100 watt selama 6 jam (Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah, 2008). Biogas dihasilkan apabila bahan telah terdegradasi senyawa-senyawa pembentuknya dalam keadaan tanpa oksigen. Pada dasarnya biogas dapat terbentuk secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau dan di dalam tanah pada kedalaman tertentu. Demikian lumpur selokan telah mengalami degradasi di alam. Tahapan proses degradasi, biasanya terjadi dalam sebuah alat yang dalam bahasa ilmiah dikenal dengan bioreaktor. Dalam bioreaktor, terdapat dua bakteri yang berperan, yaitu bakteri asam dan bakteri metan. Kedua jenis bakteri ini harus eksis dalam jumlah yang berimbang. Kegagalan proses pembuatan biogas dapat dikarenakan oleh tidak seimbangnya populasi bakteri metan terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (ph kurang dari 7) yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri metan. Keasaman substrat yang dianjurkan berada pada rentang ph 6.5 sampai 8.

Bakteri metan ini juga cukup sensitif dengan temperatur (Garcelon and Clark, 2005). Reaktor Biogas Reaktor biogas adalah media tempat terjadinya proses fermentasi bagi bahan biogas untuk pembentukan gas. Reaktor biogas terdiri dari bak penampung bahan, pipa penyalur gas dan balon panampung gas (Yunus, 1995) Menurut Sing and Misra (2005) ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan diantaranya adalah reaktor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reaktor terapung (Floating drum), reaktor jenis balon, jenis horizontal,dan jenis lubang tanah. Dari keenam jenis digester biogas yang sering digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan jenis Drum mengambang (Floating drum). Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan jenis reaktor balon yang banyak digunakan sebagai reaktor sedehana dalam skala kecil. Reaktor kubah tetap Reaktor kubah tetap (fixed dome) ini disebut juga reaktor China. Dinamakan demikian karena reaktor ini dibuat pertama kali di China sekitar tahun 1930-an, kemudian sejak saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada reaktor ini memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri, baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentuk gas metana. Bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya harus kuat karena menahan gas agar tidak terjadi kebocoran. Bagian yang kedua adalah kubah tetap. Dinamakan kubah tetap karena bentuknya menyerupai kubah dan

bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan di bagian kubah. Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah seringnya terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya. Reaktor terapung Reaktor jenis terapung (floating drum) pertama kali dikembangkan di India pada tahun 1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian digester yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi dalam digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan. Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung volume gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal. faktor korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe kubah tetap. Reaktor balon

Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. Reaktor ini terdiri dari satu bagian yang berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga atas. Berdasarkan tata letaknya Yunus (1995) mengklasifikasikan digester atas tiga macam, yaitu : 1. Seluruh tangki pencerna berada dipermukaan tanah Model ini kebanyakan terbuat dari tong-tong bekas minyak tanah atau aspal. Walaupun ada model lain yang terbuat dari karet ban dalam. Model ini hanya mempunyai volume kecil, kecuali yang terbuat dari karet bisa diatur sesuai keinginan. Produksi gas bio diperoleh pada siang hari, karena suhu udaranya mencukupi untuk proses pencernaan didalam tangki pencerna. Umumnya tangki pencerna jenis ini digunakan untuk penelitian atau percobaan di laboratorium. 2. Sebagian tangki berada di bawah permukaan tanah Unit gas bio sistem ini bentuk dan tata letaknya sudah mengalami modifikasi. Tangki pencernanya terbuat dari semen, pasir, kerikil dan kapur yang dibentuk seperti sumuran dan ditutup dengan kuba yang dibuat dari plat baja. Tangki pencerna model ini bentuknya seperti setengah bola yang berada di dalam tanah. Gas yang terbentuk ditampung di dalam kuba. Sehingga tekanan gas

yang telah terbentuk kurang mempengaruhi mikroba pembentuk gas. Akhirnya gas bio dapat diproduksi secara optimal. 3. Seluruh tangki berada di bawah permukaan tanah Tangki pencerna model ini bentuknya seperti belahan bola yang ditengkurapkan dan didasari dengan pondasi yang berbentuk irisan bola. Belahan dan irisan bola dapat membentuk kekompakan tangki pencerna di dalam tanah. Tanah yang membenam akan menekan permukaan dinding tangki pencerna bagian luar sedangkan bahan isian menekan permukaan dalam. Akhirnya dinding tangki pencerna seperti tidak menanggung beban atau beban yang ada relatif kecil, sehingga bisa mencapai umur yang panjang. Sedangkan bila dilihat dari aliran bahan baku (limbah), reaktor biogas dapat dibagi dua yaitu : 1. Tipe batch feeding (bak atau tetap) Pada tipe batch (bak), bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang tertentu) dari awal hingga selesainya proses degradasi. Ini hanya umum digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensi gas dari suatu jenis limbah organik. Tipe ini tidak efektif bila digunakan untuk kebutuhan masyarakat, sebab akan sulit untuk pergantian materi setiap rentang waktunya. Jadi banyaknya biogas yang dihasilkan sangat tergantung dari banyaknya bahan isian. 2. Tipe continous feeding (mengalir) Sedangkan pada jenis yang mengalir, ada aliran bahan baku masuk dan residu keluar pada selang waktu tertentu sesuai dengan keinginan. Pengisian bahan baku ke dalam digester dilakukan secara continue yakni setiap hari, dilakukan

pada minggu ketiga dan keempat setelah pengisian awal dan demikian rentang waktu selanjutnya mengikuti pola diatas tanpa mengeluarkan atau membuang bahan isian awal (Karim dkk., 2005). Lumpur Selokan Sebagai Penghasil Biogas Lumpur adalah campuran cair atau semi cair antara air dan tanah, yang terjadi pada saat tanah basah. Secara geologis lumpur adalah campuran air dan partikel endapan lumpur dan tanah liat. Endapan lumpur masa lalu mengeras selama beberapa lama menjadi batu endapan. Lumpur dalam industri konstruksi, ialah gips, plesteran semen, semen basah maupun zat lain yang mirip. Lumpur berhubungan dekat dengan sedimen (Wikipedia, 2007) Lumpur selokan adalah kandungan tanah bersifat campuran cair, terjadi akibat daya serap air pada tanah, terdapat pada dasar selokan, merupakan jenis tanah yang memiliki kandungan unsur organik yang tinggi (Wikipedia, 2007). Lumpur sungai merupakan hasil dari sedimentasi berbagai bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi dan terendapkan di dasar sungai. Jika endapan tersebut dibiarkan akan membuat kapasitas penampung badan sungai terhadap air hujan akan berkurang, sehingga jika musim penghujan tiba akan menyebabkan banjir (Murwatiningrum, 2005). Penggunaan lumpur sebagai masukan dalam produksi pertanian telah banyak dilakukan di berbagai negara maju, dengan pertimbangan bahwa lumpur mengandung bahan organik dan sejumlah elemen yang mendukung pertumbuhan tanaman. Lumpur mempunyai kandungan C/N sebesar 12, 1.24% N total, 1.63 mg/100 gr P dan 48.50 mg/100 g K (Aneka planta, 2008).

Biogas lumpur selokan tidak jauh berbeda dengan biogas dari kotoran sapi atau limbah pertanian, terutama lumpur selokan yang banyak mengandung bahan organik seperti sampah daun, sayuran, nasi, dan limbah aktivitas manusia lainnya, dan mempunyai nilai lebih yaitu tidak perlu menambahkan starter ataupun air karena memang kandungan dari lumpur selokan sudah bercampur dengan air dan bakteri (Indartono, 2005). Sifat kimia lain yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman (ph) dari lumpur. Jika sudah melewati proses pengolahan limbah terlebih dahulu mempunyai ph yang netral ataupun mendekati netral. Namun ada juga lumpur yang mempunyai ph yang tinggi karena mengandung Alkali (12-13), sementara ada juga yang bersifat asam (4-5) (Azis, 2003). Jerami padi Jerami padi merupakan bagian batang dan daun padi tanpa bulir-bulir padi pada umumnya. Jerami padi sangat potensial dihasilkan oleh petani, hal ini dikarenakan ketersediaannya cukup melimpah terutama pada saat panen raya padi tiba. Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai campuran makanan ternak dan pemanfaatan lainnya. Jerami padi memiliki kadar C/N sebesar 150 dan mempunyai % N sebesar 0.5 (Purwadaria, 1994). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Biogas Perbandingan karbon-nitrogen (C/N) bahan baku isian Dari segi biologis, ruang pencerna (digester) dikatakan sebagai tempat kehidupan bakteri dimana mereka makan, berkembang biak dan mengubah bahan organik menjadi bentuk gas, pupuk, dan lain-lain. Unsur karbon dari bahan organik (dalam bentuk karbohidrat), Nitrogen (dalam bentuk protein, asam nitrat,

amoniak dan lain-lain) merupakan makanan bagi bakteri anaerobik. Unsur karbon (C) digunakan untuk energi dan unsur nitogen untuk membangun struktur sel dari bakteri. Bakteri memakan habis unsur C 30 kali lebih banyak dari pada memakan unsur N. Oleh karena itu perbandingan C dan N (C/N) yang paling mungkin adalah 30 (Anonymous, 1977). Pengenceran bahan baku isian Aktivitas normal dari mikroba methan membutuhkan sekitar 90% air dan 7-10% bahan kering dari bahan masukan untuk fermentasi. Dengan demikian isian yang paling banyak menghasilkan gas bio adalah yang mengandung 7-9% bahan kering. Untuk mendapatkan kandungan kering sejumlah tersebut maka bahan baku isian biasanya ditambah dengan air dengan perbandingan tertentu (Koentjoko, 1984). Derajat keasaman (ph) Kisaran ph optimal untuk produksi methan adalah 7,0 sampai 7,2, tetapi pada kisaran 6.8 sampai 8.0 masih diperbolehkan. Untuk mencegah penurunan ph pada awal pencernaan dan menjaga ph pada kisaran yang diperbolehkan, maka dibutuhkan buffer, yaitu dengan menambahkan larutan kapur. Setelah penambahan buffer dan selama 2 sampai 3 minggu ph dalam keadaan optimal, bakteri methanogenik akan mulai berkembang biak, sehingga proses menghasilkan gas bio pun ikut dimulai (Sahidu, 1983). Suhu pencernaan Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan kecepatan reaksi dalam pembentukan gas bio. Pencernaan anaerobik dapat berlangsung pada kisaran suhu 5 o -55 o C. Pada temperatur kerja yang tinggi akan dihasilkan gas bio

yang tinggi. Namun pada temperatur yang terlalu tinggi, bakteri akan mudah mati. Suhu kerja yang optimum adalah 35 o C. Bakteri methan sangat peka terhadap perubahan suhu yang mendadak. Untuk mencegah perubahan mendadak, umumnya dilakukan dengan menempatkan pencerna dibawah permukaan (Udiharto, 1981). Starter Untuk mempercepat terjadinya proses fermentasi, maka perlu pada permulaan pengumpanan ditambahkan cairan yang telah mengandung banyak bakteri metan yang disebut dengan starter. Starter yang dapat digunakan dikenal dengan tiga macam, yaitu : 1. Starter alami : apabila sumbernya dari alam yang diketahui mengandung kelompok bakteri metan seperti lumpur aktif, timbunan sampah lama, timbunan kotoran hewan ruminansia, dan lain-lain. 2. Starter semi buatan : apabila sumber berasal dari tabung pembuat biogas yang diharapkan kandungan bakteri metannya dalam stadium aktif. 3. Starter buatan : apabila sumbernya sengaja dibuat, baik dengan media alami maupun media buatan, sedangkan bakteri metannya dibiakkan secara laboratorium (Kadarwati, 1981). Pengadukan Bahan baku yang sukar dicerna akan membentuk lapisan kerak dipermukaan cairan. Lapisan ini dapat dipecah dengan alat pengaduk. Oleh karena itu, sebaiknya setiap unit pembuat biogas dilengkapi alat pengaduk. Pemasangan alat

pengaduk harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai terjadi kebocoran pada tangki pencerna (Paimin, 2001). Unit gas bio yang mempunyai model tangki pencerna seperti bola pada umumnya tidak banyak terjadi pembentukan kerak, karena luas permukaanya selalu berubah-ubah. Lain dengan tangki pencerna yang mempunyai luas permukaan tetap kerak akan selalu terbentuk. Untuk mengatasi pembentukan kerak di permukaan isian tangki pencerna yang mempunyai luas permukaan tetap harus dibuatkan pengaduk yang dapat memecahkan scum dengan cara-cara tertentu (Yunus, 1995). Faktor Penyebab Terjadinya Kesukaran Pemanfaatan Biogas Menurut (Yunus, 1995) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesukaran dalam pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar, ialah : 1. Tidak terdapat poduksi bio gas 2. Tidak terdapat aliran gas bio 3. Gas tidak terbakar 4. Nyala api lekas mati. Tidak terdapat produksi gas bio Gas bio yang tidak terbentuk sebenarnya dapat diketahui dengan cepat. Caranya adalah dengan melihat manometer air. Jika manometer air tidak naik (tidak bergerak) berarti gas bio belum terbentuk. Gas bio yang terbentuk akan mendorong air dalam manometer untuk bergerak. Gas bio yang tidak terbentuk ini kemungkinan disebabkan oleh : Bakteri pembentuk gas bio (metan) tidak ada.

Waktunya belum mencukupi untuk menghasilkan gas. Jumlah isian kurang dari yang diperlukan. Kebocoran pada dinding tangki pencerna. Kerak (scum) yang terbentuk terlalu tebal. Terdapat antiseptik dan anti biotik yang dimasukkan dalam tangki pencerna. Tidak terdapat aliran gas bio Gas bio yang tidak dapat mengalir kemungkinan disebabkan oleh uap air yang mengkondensasi dan tekanan gas bio yang terlalu rendah. Gas tidak terbakar Gas yang dihasilkan tidak dapat terbakar karena kandungan CH 4 kurang atau tidak terbentuk. Kurangnya produksi atau tidak terbentuknya gas metan disebabkan oleh: Isian tangki pencerna terlalu encer atau kental Isian tidak menggunakan starter. Nyala api lekas mati Penyebab terjadinya adalah: Tekanan gas bio rendah Tekanan gas bio terlalu tinggi.