BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibatnya sering terjadi komplikasi yang berakhir dengan kematian. Bulan Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-SMK).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

Small for Gestational Age: What We Have Worried about?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sampai dengan saat kelahiran dihitung dari pertama haid terakhir. Berat Lahir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) BBLR masih merupakan penyebab utama kematian neonatus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prematur atau berat badan lahir rendah adalah : b. Faktor kehamilan : (1) Hamil dengan hidramnion ; (2) Hamil ganda;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BBL PADA BY I DENGAN BBLR HARI KE-2 DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Dini Novia Sari**

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang dilahirkan dengan berat badan normal. (Depkes RI, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

HUBUNGAN USIA IBU SAAT MELAHIRKAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD TIDAR MAGELANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Telaah Pustaka Usia ibu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

Mei Vita Cahya Ningsih

BAB II TINJAUAN TEORI

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANGAN PNC RSUD KOTA MAKASSAR. Darmi Arda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dapat melakukan penyesuaian diri dan kehidupan intrauterin ke

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Neonatal dini adalah bayi lahir hidup dalam masa 7 hari sejak dilahirkan.

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

The Etiology and Prevention Strategy of Small for Gestational Age from Obstetrician View

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

NEONATUS BERESIKO TINGGI

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan neonatus merupakan bagian dari perawatan bayi yang berumur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat

Kata kunci : persalinan preterm dan aterm, apgar score, berat badan, panjang badan

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 yakni

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi baru lahir yang berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahir kurang dari 2500 gram. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya,

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Bayi berat lahir nornal mempunyai potensi tumbuh kembang yang. lebih baik dibandingkan dengan berat lahir rendah.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR ) Definisi dari bayi berat badan lahir rendah menurut Saputra (2014), bayi berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi atau usia kehamilan. Berdasarkan Ikatan Dokter Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Menurut Hasan & Alatas (2005), bayi yang berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram dengan batas maksimal 2499 gram. Klasifikasi bayi berat lahir, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014), adalah bayi berat lahir rendah dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Bayi berat lahir cukup/normal dengan berat lahir > 2500 4000 gram. Bayi berat lahir lebih dengan berat lahir > 4000 gram. Bayi dengan kurang bulan (BKB), bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu (< 259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi lahir dengan masa gestasi 37-42 minggu (259 hari 293 hari). Bayi lebih bulan (BLB), bayi lahir dengan masa gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari). Bayi kecil untuk masa kehamilan atau small for gestational age (SGA), berat lahir < 10 persentil menurut grafik Lubchenco. Bayi besar untuk masa kehamilan atau large for gestational age (LGA), berat lahir > 10 persentil menurut grafik Lubchenco. Klasifikasi bayi berat lahir 9

10 menurut Saifuddin dkk (2009) adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1500 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat badan bayi kurang dari 1500 gram. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) dengan berat bayi kurang dari 1000 gram. Penggolongan bayi berat lahir rendah terdiri dari : 1. Prematuritas Murni a. Bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu serta berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan ( NKB - SMK ). b. Faktor yang menyebabkan terjadinya prematuritas murni yaitu faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu terdiri atas penyakit, usia, dan keadaan sosial-ekonomi. Serta faktor janin meliputi hidramnion dan kehamilan ganda akan mengakibatkan bayi berat lahir rendah (BBLR ). (Hasan & Alatas, 2005). c. Karakteristik klinis meliputi berat badan bayi < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm, masa gestasi < 37 minggu, kepala bayi lebih besar dari badan bayi, kulit bayi terlihat tipis, mengkilat, licin, serta transparan, lanugo banyak, kulit di subkutan terlihat kurang lemak, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun serta sutura lebar, genitalia imatur, desensus testikulorum belum sempurna serta labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pembuluh darah di kulit serta peristaltis usus tampak kelihatan, rambut tampak tipis, halus, dan teranyam. Elastisitas daun

11 telinga masih kurang, bayi lebih banyak tertidur daripada bangun, suara tangisan terdengar lemah, pernafasan belum teratur dan terdapat serangan apnu. Frekuensi pernafasan berbeda-beda pada awal hari pertama. Jika frekuensi pernafasan meningkat atau selalu di atas 60/menit, kemungkinan terjadi penyakit membran hialin (sindrom gangguan pernafasan idiopatik). Otot bayi hipotonik, sehingga menyebabkan kedua tungkai dalam posisi abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi serta posisi kepala menghadap ke satu jurusan. Tonic neck reclex lemah, reflex Moro positif, refleks mengisap, menelan, dan batuk belum sempurna. Ketika bayi dalam keadaan lapar akan menangis, gelisah, dan aktivitas fisik bayi bertambah. Apabila dalam kurun waktu 3 hari tidak menunjukkan tanda bayi lapar, kemungkinan bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Umumnya pada anggota gerak bayi muncul edema dalam rentang waktu setelah 24-48 jam serta di kulit bayi tampak adanya pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi serta dipengaruhi oleh hubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum. d. Penyakit yang muncul pada bayi premature yaitu sindrom gangguan pernafasan idiopatik, pneumonia aspirasi, perdarahan intraventrikular, fibroplasia retrolental, dan hyperbilirubinemia (Hasan & Alatas, 2005).

12 2. Bayi Small for Gestational Age ( SGA ) Berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terbagi menjadi 3 jenis yaitu : a. Simetris ( intrauterus for gestational age ) Terjadi karena gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama. b. Asimetris ( intrauterus growth retardation ) Terjadi akibat defisit nutrisi pada fase akhir kehamilan. c. Dismaturitas Kondisi dimana bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan bayi tersebut akan mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan (Mitayani, 2009). Menurut Hasan & Alatas (2005) gejala klinis pada bayi dismaturitas yang dilahirkan dalam kelahiran preterm, term, dan post term yaitu : 1. Pada preterm terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas 2. Pada bayi cukup bulan atau term serta preterm dengan dismaturitas akan muncul gejala yang khas yaitu wasting dan retardasi pertumbuhan. Bayi dismatur dengan gejala wasting atau insufisiensi plasenta terbagi dalam 3 stadium yaitu : a. Stadium pertama

13 Bayi terlihat kurus dan relatif lebih panjang, kulit longggar, kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium. b. Stadium kedua Terdapat tanda stadium pertama disertai warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilikus. Hal ini terjadi karena mekonium tercampur dalam amnion kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin. c. Stadium ketiga Terdapat tanda dari stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning pada kuku dan tali pusat serta ada tanda anoksia intrauterin yang lama. Stadium bayi berat lahir rendah menurut Mitayani (2009) yaitu : 1. Stadium I Bayi tampak kurus relatif lebih panjang, kulit longgar, dan kering seperti permen karet tetapi belum terdapat noda mekonium. 2. Stadium II Apabila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterus. 3. Stadium III Ditemukan tanda stadium II disertai kulit, kuku, dan tali pusat berwarna kuning serta ditemukan tanda anoksia intrauterine yang lama.

14 Etiologi atau penyebab bayi berat lahir rendah maupun usia bayi belum sesuai dengan masa gestasi sebagai berikut : 1. Komplikasi obstetrik Meliputi multiple gestation, incompetence, pro (premature rupture of membran) dan korionitis, pregnancy induce hypertention (PIH), plasenta previa, dan riwayat kelahiran prematur. 2. Komplikasi medis Terdiri dari diabetes maternal, hipertensi kronis, dan infeksi traktus urinarius. 3. Faktor ibu a. Penyakit berhubungan dengan toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskular. b. Usia ibu dibawah 20 tahun serta multi gravida dengan jarak kelahiran terlalu dekat. Usia 26 35 tahun, angka kejadian lahirnya bayi berat lahir rendah (BBLR) terendah. c. Keadaan sosial ekonomi berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas yang dimana kejadian tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan karena keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal care (ANC) yang kurang memadai. d. Kondisi ibu saat hamil dipengaruhi oleh peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yang merokok.

15 4. Faktor janin Hidramnion / polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan janin. Komplikasi dari BBLR yaitu : a. Sindrom aspirasi mekonium menimbulkan bayi kesulitan dalam bernafas. b. Hiploglikemi simptomatik biasanya terjadi pada bayi berat lahir rendah berjenis kelamin laki-laki. c. Penyakit membran hialin biasanya disebabkan karena surfaktan paru paru yang belum terbentuk secara sempurna sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk pernafasan berikutnya. d. Asfiksia neonatorum. e. Hiperbilirubinemia disebabkan karena organ hati mengalami gangguan dalam pertumbuhannya (Mitayani, 2009). Kejadian BBLR mempunyai dampak bagi kesehatan bayi yang terbagi menjadi 2 yaitu (Proverawati dkk dalam Rudi, 2012) : 1. Dampak jangka pendek a. Hipotermia, hipoglikemia, dan hiperglikemia. b. Masalah pemberian ASI. c. Gangguan imunologik. d. Ikterus.

16 e. Sindroma gangguan pernafasan, meliputi penyakit membran hialin, dan aspirasi mekonium. f. Asfiksia dan apnea periodik. g. Retrolental fibroplasia disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. h. Masalah pembuluh darah pada bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah, pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadinya perdarahan dan nekrosis, serta perdarahan dalam otak memperburuk keadaan sehingga dapat menyebabkan kematian bayi. 2. Dampak jangka panjang a. Bayi akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. b. Kemampuan berbicara dan berkomunikasi menjadi terganggu. c. Gangguan neurologis dan kognisi. Faktor Risiko untuk Insidens Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah menurut Llewellyn & Derek (2001) yaitu : 1. Sosio ekonomi Sosio - ekonomi kelas IV atau V, berat badan ibu sebelum hamil < 50 kg atau > 75 kg, ibu perokok, dan ibu yang mengonsumsi minuman alkohol secara berlebihan. 2. Usia ibu Usia ibu < 17 atau > 35 tahun. 3. Riwayat Kebidanan

17 Mempunyai riwayat terdahulu terkait pernah melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan anemia pada ibu. 4. Kehamilan Sekarang Memiliki penyakit hipertensi (terutama jika hipertensi berat), perdarahan antepartum, dan kehamilan multipel. 5. Janin Defek kongenital dan infeksi intra uterin. 6. Faktor penggunaan tablet besi pada ibu hamil Menurut Pramono & Muzakkiroh (2011) ibu yang meminum zat besi kurang dari 90 tablet akan berdampak mempunyai risiko BBLR sebesar 1,7 kali dibandingkan dengan ibu yang meminum zat besi 90 tablet keatas. Hal ini disebabkan karena fasilitas pelayanan kesehatan yang belum cukup terjangkau serta aktivitas ibu hamil yang mempunyai beban kerja lebih banyak sehingga belum teratur meminum tablet besi. 7. Wilayah tempat tinggal Lokasi ibu melahirkan di daerah pedesaan mempunyai risiko lahirnya BBLR sebesar 0,68 kali dibandingkan tempat tinggal di perkotaan. Hal ini biasanya disebabkan kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan yang belum terjangkau. 8. Komplikasi Ibu yang mengalami komplikasi saat hamil akan mempunyai risiko bayi BBLR 2,3 kali dibandingkan pada ibu yang tidak mengalami komplikasi ketika hamil.

18 9. Jumlah anak yang banyak Menurut Manuaba (2007) terkait paritas terbagi menjadi paritas satu tidak aman, paritas 2-3 aman untuk hamil dan bersalin serta paritas lebih dari 3 tidak aman. Hal ini disebabkan bayi dengan berat lahir rendah paling banyak terjadi pada paritas diatas lima karena sudah mengalami kemunduran fungsi pada alat-alat reproduksi. Paritas yang tinggi berdampak timbulnya masalah kesehatan bagi ibu maupun bayi. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul adalah kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Kejadian BBLR terjadi pada ibu yang melahirkan dan memiliki satu anak atau lebih dari 4 anak. Menurut Pramono & Paramita (2015) persentase dari jumlah anak yaitu 7,3 % dibandingkan ibu yang mempunyai anak 2 atau 3 yaitu sebesar 5,5 %. 10. Jenis kelamin bayi perempuan Bayi berjenis kelamin perempuan mempunyai risiko kejadian BBLR sebesar 1,41 kali dibandingkan berjenis kelamin laki-laki. 11. Status gizi ibu hamil Menurut Bisai & Samiran (2010) status gizi pada ibu hamil berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Macammacam kebutuhan gizi yang dibutuhkan untuk ibu hamil yaitu asam folat, energi, protein, zat besi (Fe), kalsium, pemberian supleman vitamin D, dan pemberian yodium pada daerah yang endemik kretinisme.

19 B. USIA IBU Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan, hidup, nyawa, seumur, sebaya, sama umurnya. Umur adalah usia tiap individu yang terhitung sejak dilahirkan sampai beberapa tahun (Chapter dalam Wike, 2014). Kehamilan dan persalinan pada usia remaja putri serta wilayah tempat tinggal dengan akses pelayanan medis sangat terbatas atau tidak tersedia menimbulkan peningkatan morbiditas dan mortalitas dibandingkan dengan usia wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian (maternal mortality) dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan lama dan persalinan macet, perdarahan maupun faktor lain (Purwoastuti, 2015). Menurut Aras (2013) usia ibu yang sangat muda terlibat dengan peningkatan risiko BBLR dan kelahiran prematur. Semakin bertambahnya usia perempuan akan memiliki risiko tinggi terhadap kejadian bayi lahir mati, kelahiran prematur, dan bayi yang dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit) (Lisonkova et al, 2009). Ibu remaja yang melahirkan memiliki proporsi kelahiran bayi prematur yang lebih tinggi sebesar 27,7% dibandingkan dengan ibu dewasa dengan proporsi sebesar 13,1% serta ibu remaja mempunyai bayi berat lahir rendah sebesar 38,9% dibandingkan dengan ibu dewasa sebesar 30,4% (Mukhopadhyay cit Aras, 2013). Menurut Syahir (2016) kehamilan ibu

20 dibawah usia 20 tahun memiliki risiko tinggi sebesar 2-4 kali karena dalam masa pertumbuhan dan diatas usia 35 tahun mempunyai masalah penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan anemia. Kelompok usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun akan mengalami kemungkinan 3,4 kali atau 77% melahirkan BBLR daripada kelompok usia 20 tahun sampai 35 tahun. Semakin rendahnya usia ibu dan bertambahnya usia ibu saat melahirkan, semakin meningkatnya angka kejadian BBLR. Hal ini disebabkan karena keadaan anatomis reproduksi pada usia ibu < 20 tahun belum berfungsi dengan optimal baik alat-alat reproduksi internal maupun eksternal termasuk keadaan endometrium yang belum mampu menerima nidasi, dan usia ibu > 35 tahun yang mengalami penurunan fungsi karena penuaan, antara lain menurunnya fungsi berbagai organ dan sistem tubuh diantaranya sistem otot-otot syaraf kardiovaskuler, endokrin, dan reproduksi yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi (Manuaba, 2010). Menurut Pinontoan dkk (2015) alat reproduksi seorang wanita adalah alat prokreasi dan kreasi yang diupayakan semaksimal sehingga tercapai well health mother for well born baby. Usia reproduksi sehat seorang wanita yang akan menjalankan kehamilan yaitu usia 20-35 tahun. Usia tersebut merupakan batasan yang aman dari segi reproduksi. Seorang ibu bisa mengandung dengan aman dan sehat apabila mendapat pemeliharaan yang baik serta keamanan reproduksinya bisa dipelihara

21 dengan lebih mudah. Usia ibu saat kehamilan biasanya berhubungan dengan berat badan bayi. Kehamilan dibawah usia 20 tahun merupakan usia yang berisiko tinggi karena sistem reproduksi belum optimal, peredaran darah menuju serviks dan menuju uterus belum sempurna sehingga dapat mengganggu proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin. Kehamilan usia diatas 35 tahun memiliki masalah kesehatan seperti hipertensi, diabetes melitus, anemia dan penyakit kronis lainnya. Fungsi reproduksi pada wanita yang berusia diatas 35 tahun mengalami penurunan dibandingkan reproduksi normal sehingga kemungkinan terjadinya komplikasi dan mengalami penyulit obstetrik serta mengidap penyakit kronis. Secara umum dapat disimpulkan bahwa usia ibu dibawah 20 tahun akan berpengaruh pada perkembangan sistem reproduksi yang belum berfungsi secara optimal serta dari faktor psikologis yang belum siap menerima kehamilan dan akan berpengaruh terhadap bayi yang dilahirkan. Serta usia diatas 35 tahun fungsi alat reproduksi sudah menurun, terjadi perubahan pada pembuluh darah, serta menurunnya fungsi hormon yang mengatur siklus reproduksi dan berpengaruh terhadap kehamilannya.

22 C. KERANGKA TEORI Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR meliputi : Bayi Berat Lahir Rendah Usia Ibu Saat Melahirkan Sosio ekonomi Riwayat kebidanan Kehamilan sekarang Janin Faktor penggunaan tablet besi ibu hamil Wilayah tempat tinggal Komplikasi saat hamil Jumlah anak Jenis kelamin perempuan Status gizi ibu hamil Penyebab BBLR yaitu : a) Komplikasi obstetri b) Komplikasi medis c) Faktor ibu d) Faktor janin Skema 2.1. Kerangka Teori Sumber :Pramono& Umi (2011), Pramono & Paramita (2015), Jones (2001), Bisai (2010), Mitayani (2009), dan Manuaba (2007)

23 D. KERANGKA KONSEP Usia Ibu Saat Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah Keterangan : = Diteliti = Tidak diteliti = Diteliti = Tidak diteliti Skema 2.2 Kerangka Konsep E. HIPOTESIS Ada hubungan antara usia ibu saat melahirkan dengan kejadian BBLR di RSUD Tidar Magelang.