BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT DISPEPSIA MENJELANG UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 1 BANYUDONO BOYOLALI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa rasa nyeri atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti pencernaan yang tidak baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat

BAB I PENDAHULUAN. pengertian (Newman, 2006). Pengertian pensiun tidak hanya terbatas pada

BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi merupakan pencapaian akan usaha seseorang yang diperoleh

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :

Universitas Sumatera Utara

SINDROMA DISPEPSIA. Dr.Hermadia SpPD

Hubungan Ansietas dan Depresi dengan Derajat Dispepsia Fungsional di RSUP Dr M Djamil Padang Periode Agustus 2013 hingga Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan setiap manusia sejak mulai meninggalkan masa kanak-kanak

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

BAB II TINJAUAN TEORI


BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi. Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering dijumpai dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HUBUNGAN TINGKAT ANSIETAS DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL MENJELANG UJIAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2015.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

Lembar Persetujuan Responden

BAB V PEMBAHASAN. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya Hiperaktivitas system syaraf

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PRESTASI UJI OSCA I PADA MAHASISWA AKPER PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

1.2. Etiologi Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang. bersifat organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari

BAB II LANDASAN TEORI

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

BAB III METODE PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diproses oleh duodenum. Terdapat pula mekanisme yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diajarkan di universitas khususnya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

HUBUNGAN FAKTOR STRES PSIKOSOSIAL DENGAN KELUHAN NYERI ULU HATI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSD DR.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ansietas 2.1.1. Definisi Kecemasan atau ansietas adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kaplan and Sadock, 2010). Kecemasan berbeda dengan ketakutan. Dimana cemas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas objeknya, tetapi takut adalah kekhawatiran yang memiliki objek yang jelas (Maramis, 2005). Kesimpulan yang dapat ditarik dari kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual (Kaplan and Sadock, 2010). 2.1.2. Epidemiologi Jumlah penderita gangguan kecemasan baik akut maupun kronik diperkirakan mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1 (Hawari, 2001). 2.1.3. Tingkat Ansietas Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada empat tingkat kecemasan atau ansietas yang dialami oleh individu, yaitu: 1. Kecemasan ringan 2. Kecemasan sedang 3. Kecemasan berat 4. Panik

2.1.4. Manifestasi Klinis Gejala-gejala kecemasan menurut Hawari (2001), yaitu: 1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. 2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. 3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. 4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan 5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat 6. Keluhan-keluhan somatik. 2.1.5. Dampak Ansietas Dampak kecemasan yaitu sulit konsentrasi, sulit memilih jawaban yang benar, khawatir, takut, gelisah, dan gemetar saat menghadapi ujian (Hawari, 2001). 2.1.6. Skor Ansietas HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) HRS-A dikembangkan oleh Dr. M. Hamilton tahun 1959. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, para peneliti tidak melakukan uji validitas dan reabilitas karena instrumen ini sudah baku (Baladewa, 2010). Nursalam (2003) juga telah melakukan uji validitas dan reliabilitas HRS-A. Hasil dari penelitiannya tersebut didapatkan korelasi dengan HRS-A (rhitung = 0,57-0,84) dan (rtabel = 0,349). Hasil koefisien reliabilitas dianggap reliable jika r > 0,40. Hal ini menunjukkan bahwa HRS- A cukup valid dan reliabel. 2.2. Dispepsia Fungsional 2.2.1. Definisi Dalam konsensus Roma III (tahun 2006) yang khusus membicarakan tentang kelainan gastrointestinal, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai: 1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, nyeri ulu hati/epigastrik, rasa terbakar di epigastrium

2. Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk didalamnya pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas) yang dapat menerangkan penyebab keluhan tersebut 3. Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum diagnosis ditegakkan (Djojoningrat, 2009) 2.2.2. Etiologi Beberapa faktor yang diduga menyebabkan sindroma dispepsia yaitu: 1. Asam lambung 2. Dismotilitas lambung 3. Gastritis dan duodenitis kronis (peranan Helicobacter Pylori) 4. Stres psikososial 5. Faktor lingkungan dan lain-lain (makanan, genetik, dan obat-obatan) (Mudjaddid, 2009) 2.2.3. Klasifikasi Dispepsia fungsional menjadi beberapa subgrup berdasarkan pada keluhan yang paling mencolok atau dominan (Djojoningrat, 2001). a. Dispepsia tipe seperti ulkus (ulcer like dispepsia) : bila gejalanya seperti terbakar, dominan nyeri di epigastrium (ulu hati) terutama saat lapar/ epigastric hunger pain yang reda dengan pemberian makanan, antasida dan obat antisekresi asam, disertai nyeri pada malam hari. b. Dispepsia tipe seperti dismotilitas (dismotility like dispepsia) : dimana yang lebih dominan adalah keluhan kembung, mual, muntah, rasa penuh, cepat kenyang. c. Dispepsia tipe non-spesifik : dimana tidak ada keluhan yang bersifat dominan (Djojoningrat, 2009).

Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan juga dapat menimbulkan dispepsia fungsional (pengaruh dari nervus vagus) (Sujono, 2002). 2.2.4. Manifestasi klinis Gejala dispepsia menurut konsensus Roma III: 1. Epigastric pain, nyeri subjektif, berupa sensasi yang tidak menyenangkan, beberapa pasien merasa terjadi kerusakan jaringan. 2. Postprandial fullness, perasaan yang tidak nyaman seperti makanan berkepanjangan di perut. 3. Early satiation, perasaan bahwa perut sudah terlalu penuh segera setelah mulai makan, tidak sesuai dengan ukuran makanan yang di makan, sehingga makan tidak dapat diselesaikan. Sebelumnya, kata cepat kenyang digunakan, tapi kekenyangan adalah istilah yang benar untuk hilangnya sensasi nafsu makan selama proses menelan makanan. 4. Epigastric burning, adalah perasaan subjektif yang tidak menyenangkan dari panas. (Geeraerts and Tack, 2008). 2.2.5. Patofisiologi Berbagai hipotesis mekanisme telah diaujkan untuk menerangkan patogenesis terjadinya gangguan ini, antara lain: 1. Sekresi asam lambung Kasus dengan dispepsia fungsional disuga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak diperut (Djojoningrat, 2009). 2. Helicobacter pylori (Hp) Peran infeksi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional belum sepenuhnya dimengerti dan diterima. Dari berbagai laporan kekerapan H. pylori pada dispepsia fungsional sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna

dengan angka kekerapan H. pylori pada kelompok orang sehat. Mulai ada kecenderungan untuk melakukan eradikasi H. pylori pada dispepsia fungsional dengan H. pylori positif yang gagal dengan pengobatan konservatif baku (Djojoningrat, 2009). 3. Dismotilitas gastrointestinal Berbagai studi melaporkan bahwa pada dispepsia fungsional terjadi perlambatanpengosongan lambung, adanya hipomotilitas antrum (sampai 50% kasus), gangguanakomodasi lambung saat makan, dan hipersensitivitas gaster. Salah satu dari keadaanini dapat ditemukan pada setengah atau duapertiga kasus dispepsia fungsional.perlambatan pengosongan lambung terjadi pada 25-80% kasus dispepsia fungsionaldengan keluhan seperti mual, muntah, dan rasa penuh di ulu hati (Djojoningrat, 2009). 4. Ambang ransang persepsi Dinding usus mempunyai berbagi reseptor, termasuk reseptor kimiawi, reseptor mekanik dan nociceptor. Dalam studi tampak kasus dispepsia mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di gaster atau duodenum. Bagaimana mekanismenya masih belum dipahami (Djojoningrat, 2009). 5. Disfungsi otonom Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas gastrontestinal pada kasus dispepsia (Djojoningrat, 2009). 6. Diet dan faktor lingkungan Adanya intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia fungsional (Djojoningrat, 2009). 7. Psikologis Adanya stress akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan mencetus keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan kontraktil lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus stres

sentral. Tapi korelasi antara faktor psikologik stres kehidupan, fungsi otonom dan motilitas tetap masuh kontroversi (Djojoningrat, 2009). Gangguan psikis dan faktor lingkungan dapat menimbulkan dispepsia fungsional (Tarigan, 2001). Faktor psikis dan emosi (ansietas) dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan ambang rangsang nyeri. Pasien dispepsia umumnya menderita ansietas, depresi, dan neurotik lebih jelas dibandingkan orang normal (Mudjaddid, 2009). Peran faktor psikososial pada dispepsi fungsional sangat penting karena dapat menyebabkan hal-hal di bawah ini: 1. Menimbulkan perubahan fisiologi saluran cerna 2. Perubahan penyesuaian terhadap gejala-gejala yang timbul 3. Mempengaruhi karakter dan perjalanan penyakitnya 4. Mempengaruhi prognosis (Mudjaddid, 2009) 2.3. Hubungan Dispepsia dengan Ansietas Faktor psikis dan emosi seperti pada kecemasan dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan ambang rangsang nyeri. Pasien dispepsia umumnya menderita ansietas lebih jelas dibandingkan orang normal (Mudjaddid, 2009). Rangsangan psikis/emosi sendiri secara fisiologi dapat mempengaruhi lambung dengan dua cara yaitu:

1. Jalur neurogen: Rangsangan konflik emosi pada kortek serebri mempengaruhi kerja hipotalamus anterior dan selanjutnya ke nukleus vagus, nervus vagus dan kemudian ke lambung. 2. Jalur neurohumoral: Rangsangan pada kortek serebri diteruskan ke hipotalamus anterior selanjutnya ke hipofisis anterior yang mengeluarkan kortikotropin. Hormon ini merangsang korteks adrenal dan kemudian menghasilkan hormon adrenal yang selanjutnya merangsang produksi asam lambung (Mudjaddid, 2009)