BAB I PENDAHULUAN I - 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. akan diterapkan atau dengan memperbaiki sistem transportasi yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Produksi Beras Indonesia

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

BAB I PENDAHULUAN. yang cocok digunakan untuk pertanian. Sedangkan berdasarkan letak astronominya,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang

I. PENDAHULUAN 927, ,10

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. JATIM yang meliputi sub-sub divre yang ada di dalamnya. Pada Sub Divre

BAB l PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 yang

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan perekonomian di Indonesia. Perum BULOG Divisi Regional Sumbar adalah salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar. Tugas pokok BULOG sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No 50 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari

Bahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB II PERUM BULOG DIVRE SUMUT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2008:2). Sedangkan pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart

I. PENDAHULUAN. Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

Andalan Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR: 77 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

pelaksanaan dan pengawasan dengan mengedepankan peran serta masyarakat;

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) yang

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 29 TAHUN 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.02/2010 TENTANG SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

G U B E R N U R J A M B I

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. usaha logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

EVALUASI DAN PERMASALAHAN PENDISTRIBUSIAN RASKIN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan pendistribusian merupakan salah satu kunci terpenting dalam sistem rantai pasok suatu perusahaan. Masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan dengan jaringan kerja yang besar adalah proses pendistribusian komoditas dari pusat distribusi sampai ke titik distribusi. Dalam hal ini banyak sekali aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar proses pendistribusian berjalan dengan lancar dari mulai seberapa besar jumlah yang akan dikirim ke titik distribusi, moda transportasi yang digunakan, hingga membahas rincian tentang ongkos yang dikeluarkan selama melakukan proses pendistribusian tersebut. Hal itu dilakukan agar kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dengan biaya transportasi yang seminimum mungkin. Program pendistribusian beras bagi masyarakat yang berpendapatan rendah (Program Raskin) adalah sebuah program bantuan pangan bersyarat yang di selenggarakan oleh Pemerintah Indonesia berupa penjualan beras dibawah harga pasar kepada penerima tertentu. Berdasarkan Instruksi Pemerintah (Inpres) nomor 5 tahun 2015, pemerintah secara khusus menginstruksikan hal tersebut kepada Perum Bulog sebagai pihak yang melaksanakan proses pendistribusian beras bersudbsidi tersebut kepada kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan stabilisasi ekonomi nasional, melindungi tingkat pendapatan petani, pengamanan Cadangan Beras Pemerintah, dan penyaluran beras untuk keperluan yang ditetapkan pemerintah serta kelanjutan dari kebijakan perberasan. Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung (Sub Divre Bandung) merupakan 1 dari 7 anak perusahaan yang berada di bawah naungan Perum Bulog Sub Divisi Regional Jawa Barat (Sub Divre Jawa Barat). Tugas pokok dari Perum Bulog Sub Div Regional Bandung adalah melakukan pendistribusian beras kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah ke sejumlah titik distribusi. Adapun titik distribusi yang menjadi tanggungjawab Perum Bulog Sub Divisi Regional I - 1

I - 2 Bandung adalah sebanyak 656 desa/kelurahan yang terbagi menjadi 86 kecamatan. Titik distribusi tersebut berada dalam Wilayah I Bandung yang diantaranya ada Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi, dan Sumedang. Wilayah tersebut merupakan wilayah pendistribusian yang dilakukan oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung. Proses pendistribusian beras bersubsidi tersebut berawal dari gudang dan berakhir pula di gudang. Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung memiliki 4 gudang yang tersebar di beberapa daerah, fungsi dari gudang-gudang ini adalah untuk menyimpan beras bersubsidi yang akan didistribusikan ke sejumlah titik distribusi. Gudang Cimindi menampung stok beras yang akan didistribusikan ke 19 kecamatan (180 desa/keluarahan) yang berada di daerah Cimahi & Kabupaten Bandung Barat, Gudang Gedebage menampung stok beras bersubsidi untuk 31 kecamatan (280 desa/kelurahan) yang berada di wilayah Kabupaten Bandung, Gudang Citereup ini pun sama untuk menampung stok beras bersubsidi untuk 30 kecamatan (144 desa/kelurahan) di Kota Bandung, sedangkan gudang yang terakhir adalah Gudang Paseh yang menampung stok beras untuk wilayah Kabupaten Sumedang yang terbagi ke dalam 6 kecamatan (52 desa/kelurahan). Dalam kebijakan tersebut, proses pelaksaannya tidak selalu berjalan dengan baik, banyak terdapat faktor yang terdapat di dalamnya untuk melakukan proses pendistribusian. Faktor yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan tersebut satunya adalah kapasitas dari masing-masing gudang yang berbeda-beda untuk menampung persediaan beras bersubsidi tersebut, kapasitas gudang dari masingmasing wilayah bisa saja berubah-ubah sesuai dengan permintaan yang terjadi pada periode berikutnya sesuai dengan jumlah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM). Kebutuhan tersebut harus dipenuhi oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan pendistribusian. Adapun jumlah beras bersubsidi yang diterima oleh Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) adalah sebanyak 15kg. Dalam hal ini pihak Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung hanya bertugas untuk melakukan pendistribusian hingga sampai ke titik distribusi, selebihnya untuk pembagian beras bersubsidi dari mulai titik distribusi sampai ke

I - 3 pihak Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) dilakukan oleh pemerintah kota dan kabupaten itu sendiri. Perum Bulog juga memiliki kebijakan tersendiri untuk menyimpan beras bersubsidi tersebut yang juga bertujuan untuk menjaga kualitas dari beras tersebut. Untuk penyimpanan beras tersebut, pihak Perum Bulog menyerahkan seluruhnya kepada pihak gudang yang ditangani langsung oleh tiap masing-masing kepala gudang. Untuk setiap proses penyimpanan beras, dipisah menjadi beberapa tumpukan. Hal ini disebabkan karena berbedanya berat dan jenis dari beras tersebut ada yang berukuran 15 kg yang dapat ditumpuk sesuai dengan kebijakan kepala gudang dan ada yang berukuran 50 kg. Untuk penerimaan barang masuk dan keluarnya barang, kepala gudang di tiap masing-masing gudang tidak bisa mengeluarkan perintah sendiri karena terdapat prosesdur yang harus dilakukan. Untuk menerima barang masuk ke dalam gudang, kepala gudang harus menerima terlebih dahulu SPTB (Surat Perintah Terima Barang) dan untuk mengeluarkan barang tersebut juga harus menunggu terbitan dari surat DO (Delivery Order). Maka setelah itu, proses yang terdapat di dalam gudang menjadi tanggung jawab dari tiap-tiap kepala gudang tersebut termasuk dalam proses pendataan barang masuk, barang keluar, dan juga penambahan beras yang masuk ke dalam gudang. Dalam melakukan proses pendstribusian, Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung tidak memiliki ketersediaan moda transportasi untuk melakukan proses tersebut sehingga pihak Perum Bulog Sub Divre Bandung melakukan subcontract dengan pihak lain untuk membantu melakukan pendistribusian dari mulai gudang hingga sampai kepada titik distribusi. Pada hal ini, Perum Bulog Sub Divre Bandung melakukan kerjasama kepada pihak Jasa Prima Logistik (JPL) sebagai pihak yang melakukan proses pendistribusian dari masing-masing gudang tersebut hingga ke titik distribusi sesuai jangkauan wilayah distribusi yang dilakukan Perum Bulog Sub Divre Bandung. Pihak Perum Bulog Sub Divre Bandung sangat berperan penting dalam menentukan moda transportasi yang digunakan sebagai alat untuk melakukan proses pendistribusian.

I - 4 Pemilihan moda transportasi ini dipilih berdasarkan jenis dan kapasitas tampung yang sesuai untuk proses distribusi tersebut. Sebelumnya pihak Perum Bulog terlebih dahulu menentukan titik terdekat untuk dilakukan proses distribusi, hal ini dilakukan agar mendapatkan biaya yang minimum karena semakin banyak moda transportasi yang digunakan dengan jarak yang di tempuh akan sangat berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung. Semakin jauh jarak yang di tempuh maka semakin besar biaya yang dikeluarkan oleh pihak Bulog. Kesalahan dalam pemilihan moda transportasi dapat berpengaruh terhadap volume tampung, sebaliknya apabila moda transportasi yang digunakan kurang maka akan mengakibatakan terhambatnya proses distribusi dari gudang ke titik distribusi. Kebijakan pihak Perum Bulog dalam menentukan moda transportasi yang digunakan, dilakukan sesuai dengan peraturan wilayah yang sudah terlebih dahulu melakukan persyaratan administrasi. Pada dasarnya biaya alokasi akan menurun apabila jarak yang ditempuh dekat, namun sebaliknya biaya alokasi akan meningkat sehubungan jarak yang di tempuh jauh. Adanya keputusan dalam menentukan urutan kunjungan desa/kelurahan yang terlebih dahulu dilayani, serta fasilitas gudang sangat berpengaruh terhadap biaya operasional yang dikeluarkan oleh pihak Perum Bulog. Oleh karena itu, keputusan yang matang sangat berperan penting dalam berjalannya proses tersebut sehingga kebutuhan beras di setiap titik dapat terpenuhi sehingga biaya operasional yang dikeluarkan oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung dapat di tekan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan diatas, pokok utama permasalahan adalah proses pendistribusian beras bersubsidi yang dikirim ke 656 desa/kelurahan yang terbagi dalam 86 kecamatan yang berada di Wilayah I Bandung. Proses pengiriman dilakukan menggunakan alat transportasi yang sama dengan masing-masing jarak tempuh yang berbeda sehingga ongkos yang dikeluarkan pun berbeda-beda sesuai

I - 5 jarak yang di tempuh oleh alat tranportasi tersebut. Sehingga rumusan masalah dari permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Berapa besaran jumlah beras bersubsidi yang harus didistribusikan dari setiap gudang yang dimiliki oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung dari setiap gudang hingga ke titik distribusi? 2. Berapa ongkos optimum yang harus dikeluarkan oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung untuk setiap pendistribusian gudang hingga sampai ke titik distribusi? 3. Bagaimana proses bongkar-muat yang dilakukan oleh pihak gudang untuk setiap beras yang masuk dan beras yang keluar untuk di distribusikan ke sejumlah titik distribusi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Pemecahan Masalah Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam permasalahan yang terurai diatas dalam masalah pengiriman beras bersubsidi yang dilakukan oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung, berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menentukan besaran jumlah beras bersubsidi yang harus didistribusikan dari setiap gudang yang dimiliki oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung dari setiap gudang hingga ke titik distribusi? 2. Menentukan ongkos optimum yang harus dikeluarkan oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung untuk setiap pendistribusian dari gudang hingga ke titik distribusi. 3. Menentukan proses bongkar-muat yang dilakukan oleh pihak gudang untuk setiap beras yang masuk dan beras keluar untuk di distribusikan ke sejumlah titik distribusi.

I - 6 1.4 Lokasi Lokasi penelitian yang dilakukan berada di kantor Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung Jl. Cipamokolan Nomor 1 Bandung, Jawa Barat. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan Sistematika yang digunakan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab pertama merupakan bab pendahuluan sebagai pengantar untuk menjelaskan isi penelitian secara garis besar. Dalam bab ini terdapat uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penyelesaian masalah, pembatasan masalah, asumsi yang digunakan, lokasi penelitian serta sistematika penulisan yang digunakan. BAB II LANDASAN TEORI Bab kedua berisi dasar teori yang digunakan dalam penelitian, dikutip dari berbagai sumber yang kompeten. Dasar teori dibahas berkaitan dengan konsep logistic terintegrasi, teori distribusi, model transportasi berserta cara penyelesaiannya. BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH Bab keiga berisi tentang penjelasan mengenai penjelasan profil perusahaan secara umum, model yang akan digunakan dalam pemecahan masalah, langkah-langkah pemecahan masalah yang disajikan dalam bentuk diagram alir untuk membuat gambaran pencarian solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab keempat berisi data-data yang digunakan untuk mendukung penyelesaian masalah pada kasus pendistribusian beras bersubsidi dari setiap masing-masing gudang sampai ke titik distribusi, perhitungan model transportasi untuk menentukan jumlah beras yang optimal untuk didistribusikan ke setiap titik distribusi dan jumlah optimal ongkos yang dikeluarkan.

I - 7 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab kelima berisi tentang analisa dan pembahasan mengenai cara-cara pengumpulan data yang berkaitan dengan penyelesaian masalah, pengolahan data serta analisis terhadap hasil yang didapatkan pada bab sebelumnya. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab keenam merupakan bab yang berisi kesimpulan dari hasil penyelesaian masalah yang dilakukan serta saran-saran dari hasil penyelesaian masalah yang ditujukan untuk Perum Bulog Sub Divisi Regional Bandung sebagai objek penelitian.