BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

Bab V Konsep Perancangan

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB VI KONSEP RANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1 gambar konsep bentuk bangunan (Sumber : analisis 2013)

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perancangan Apartemen Sewa untuk Keluarga Baru (ASKB) ini

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL


Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

Transkripsi:

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI 5.1. Konsep Pengolahan Lahan Rusuna Bertingkat Tinggi 5.1.1. Skenario Pengolahan Lahan Gambar 5.1. Skenario pengolahan lahan Pada perencanaan konsep rusuna bertingkat tinggi ini, dibagi menjadi 2 tahap perencanaan yakni tahap 1 perencanaan rusuna bertingkat tinggi dan tahap 2 perencanaan pasar. Dalam Pra TA ini akan diolah tahap 1, yakni perencanaan rusuna bertinkat tinggi dimana bangunan PasarMinggu Blok D diasumsikan direlokasi di bangunan Pasar Minggu Blok B dan C. Jadi, antara bangunan rusuna bertingkat tinggi dengan pasar berada pada dua bangunan yang berbeda namun tetap saling terintegrasi. Alasan kedua fungsi bangunan berada dalam dua tahap dan bangunan yang berbeda, yakni tapak eksisting Pasar Minggu terdapat TPS yang area sekelilingnya sangat kotor, berair dan bau. Pada kondisi sehari-hari, area sekitar TPS tersebut memang selalu dibersihkan oleh petugas namun bau dan air yang timbulkan oleh sampah sulit dihilangkan. Pada kenyataanya, kondisi lingkungan rusunawa yang telah terbangun (lihat 106

tabel 4.2) masih kotor dan bau akibat sampah yang berserakan. Apabila kondisi tersebut diproyeksikan pada bangunan rusuna bertingkat tinggi yang digabungkan dengan pasar (mix-used building), maka hunian vertikal tersebut kurang layak untuk dihuni karena kurang sehat. Oleh karena itu pada perencanaan rusuna bertingkat tinggi ini, konsepnya lebih berfokus pada hunian yang layak dan disesuaikan dengan calon penghuni (MBR) sesuai dengan isu dan studi kasus. 5.1.2. Konsep Makro Sesuai dengan kebijakan Pemprov DKI Jakarta mengenai rusuna yang terintegrasi dengan sarana-prasarana sekitarnya, rusuna bertingkat tinggi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan mengemban konsep akses yang berintegrasi dengan fasilitas dan bangunan di sekitarnya, yakni: Pasar Minggu, Stasiun Pasar Minggu, dan Terminal Pasar Minggu. Aksesnya berupa jalan pedestrian yang masih berada di tapak yang bisa mewadahi pejalan kaki menuju tempat-tempat tersebut. Gambar 5.2. Akses menuju sarana di sekitar site. 107

5.1.3. Konsep Meso Hunian vertikal dengan konsep kampung vertikal dimana rusuna bertingkat tinggi merupakan hunian sekaligus sebagai tempat berinteraksi antarpenghuni dan antarpenghuni dengan warga di lingkungan sekitarnya dan merupakan tempat yang memiliki ikatan sosiokultural yang kuat, antarpenghuni dan huniannya serta lingkungannya. Gambar 5.3. Skema konsep meso. 5.1.4. Konsep Mikro Konsep bangunan dan lingkugan di dalam area tapak yakni meningkatkan sense of belonging agar penghuni berusaha untuk memelihara ruang di sekitarnya seperti ruang semi private-nya dengan cara memberikan batasan yang jelas terhadap teritorinya. Sehingga antarpengguna bisa saling mengawasi, mengontrol, dan memelihara area-area di seluruh tapak site baik dari bangunan maupun tidak. Gambar 5.4. Area-area yang bisa saling mengawasi dari dalam bangunan maupun lingkungan 108

5.2. Konsep Tapak 5.2.1. Pencapaian ke dalam Site Akses untuk mencapai lokasi site dapat dicapai melalui selatan dan barat site dengan kendaraan bermotor (pribadi maupun transportasi umum), karena berada disebelah Jalan Raya Ragunan dan Jalan Terminal Pasar Minggu. Akses masuk ke dalam site dibuat dari arah Jalan Terminal Pasar Minggu untuk menghindari kemacetan di Jalan Ragunan. Sedangkan akses keluarnya menuju Jalan Ragunan agar user memilih akan berjalan ke arah barat (Jalan Ragunan) atau ke arah timur (Jalan Pasar Minggu). Sedangkan akses untuk pejalan kaki selain bisa melalui dua jalan primer (Jalan Raya Ragunan dan Jalan Terminal Pasar Minggu) bisa juga melewati jalan masuk dari Mall Robinson di sebelah timur site dan Terminal Pasar Minggu di sebelah utara site. Gambar 5.5. Jalur masuk menuju site dengan kendaraan bermotor 109

5.2.2. Penzoningan Tapak Konsep penzoningan dibedakan secara horizontal dan vertikal. Site dibedakan menjadi zona public, semi privat, dan privat. Penzoningan didasarkan pada kegiatan yang berlangsung dan pengguna yang menggunakan ruang tersebut. Gambar 5.6. Konsep zonasi secara horizontal pada tapak. Sumber: Penulis, 2016. Gambar 5.7. Tiga alternative konsep zonasi secara vertikal. 110

5.2.3. Sirkulasi dalam Tapak Sirkulasi dalam tapak dibedakan menurut hierarki ruangnya dan pengguna. Zona-zona semi privat diperuntukan hanya untuk pejalan kaki dan/atau pesepeda yang termasuk penghuni. Sirkulasinya memutar ke seluruh bagian ruang-ruang outdoor bersama. Sedangkan, pejalan kaki non penghuni dan penghuni bisa keluar/masuk melalui tenggara dan barat laut tapak. Untuk sirkulasi kendaraan bermotor hanya dikonsentrasikan di area barat daya tapak dimana dekat dengan jalur masuk-keluar tapak. Gambar 5.8. Sirkulasi dalam tapak 5.2.4. Vegetasi dan Lansekap Pemilihan vegetasi sebagai penghias dan peneduh di lingkungan bangunan merupakan aspek desain. Vegetasi berfungsi, sebagai: 1.) ruang transisi antarlingkungan luar dengan dalam site 111

2.) pengatur dan penyeimbang iklim mikro lngkuingan rusuna bertingkat tinggi dalam hal kelembaban udara, serta penyuplai oksigen 3.) penyaring debu dan peredam suara sekitar 4.) penambah nilai estetika bangunan dan lingkungan rumah susun. Selain itu disediakan area untuk bercocok tanam/urban farming untuk penghuni rusuna bertingkat tinggi. Lahan dan vegetasi bercocok tanam berfungsi, sebagai: 1.) fasilitator hobi bercocok tanam bagi penghuni rumah susun, terutama orang tua dan lansia 2.) secara tidak langsung fasilitator keakraban sosial antarpenghuni. Karena keterbatasan lahan dan bangunan membutuhkan penghijauan maka ditambahkan elemen vertikal garden pada perancangannya. Gambar 5.9. Vegetasi pasa rusuna 112

5.3. Konsep Tata Massa 5.3.1. Orientasi Bangunan Orientasi massa bangunan menghadap arah utara dan selatan untuk menghindari sinar matahari yang kurang sehat. Pada bagian sisi barat bangunan diberi semacam peneduh dengan kisi-kisi untuk mengurangi intensitas cahaya dan panas matahari yang masuk ke dalam bangunan. Gambar 5.10. Konsep orientasi bangunan terhadap tapak. Gambar 5.11. Konsep orientasi bangunan terhadap sinar 113

5.3.2. Konfigurasi Massa Konfigurasi massa bagian hunian yang digunakan yakni dua massa bangunan yang memanjang dari arah timur ke barat yang dihubungkan dengan massa penghubung karena bentuk tapak yang persegi. Konfigurasi massa yang memanjang dengan lebar yang kecil juga menambah nilai efisiensi dari segi pencahayaan. Konfigurasi massa membentuk ruang terbuka di sekeliling area bangunan. Gambar 5.12. Konfigurasi massa bangunan horizontal (kiri) dna vertikal (kanan). 5.3.3. Konsep Bentukan Fasad Konsep fasad yang digunakan yakni fasad bangunan mengikuti bentukan dari ruang-ruang hunian yang terbentuk. Ruang hunian berbentuk kotak-kotak rigid dengan beberapa perlubangan yang diperlukan. Beberapa fasad yang langsung terkena cahaya dari arah barat ditutup dengan kisi-kisi untuk mengurangi intensitas cahaya dan panas yang masuk. 114

Gambar 5.13. Fasad yang dibentuk mengikuti bentuk bangunannya. 5.3.4. Sirkulasi dalam Bangunan Sirkulasi dalam bangunan dibuat menggunakan sistem koridor satu sisi dan koridor kembar supaya penghawaan dapat terjaga dengan baik. Sirkulasi dalam bangunan dibuat zig-zag mengikuti konfigurasi hunian yang memiliki kantong-kantong sebagai ruang teras -nya. Gambar 5.14. Koridor kembar (kiri) dan koridorsatu sisi (kanan). 115

5.4. Konsep Tata Ruang 5.4.1. Unit Hunian Unit hunian dibuat 2 kamar tidur, dengan 1 wc, 1 dapur, 1 balkon sebagai area jemur dan mencuci, dan ruang keluarga yang bisa juga dipakai sebagai ruang menerima tamu. Setiap unit hunian dibuat tinggi dengan ketinggian 2.5 4 m untuk penghawaaan (agar tidak panas) dan juga mengesankan ruangan yang luas. Selain itu fungsi langit-langit yang tinggi yakni, area langit-langit yang tidak dipakai bisa digunakan sebagai gudang penyimpanan (menggantung). Setiap unit hunian ditambahkan teras sebagai ruang peralihan/buffer dari koridor menuju dalam unit hunian. Ruang teras ini juga digunakan untuk bersosialisai antarwarga dan juga mengesankan bahwa masing-masing unit memiliki teras dalam budaya kampung. Gambar 5.15. Skema konsep hubungan ruang dalam satu unit hunian. Tiap unit hunian pada ketinggian yang berbeda akan menanggapi kondisi penghawaan dan pencahayaan alami yang berbeda, oleh karena itu perlu perancangan yang berbeda tiap unit hunian pada bagian bawah, tengah, dan atas di rusuna bertingkat tinggi. Perancangan tersebut dibuat dengan 3 contoh unit hunian pada ketiga zona tersebut. 116

Gambar 5.16. Unit hunian pada bagian atas, tengah, dan bawah bangunan. Gambar 5.17. Konfigurasi konsep denah (atas) dan potongan (bawah) unit hunian di zona bawah. 117

Pada unit hunian di zona bawah, unit perlu pencahayaan yang banyak karena terletak di bangunan bagian bawah sehingga tertutup massa bangunan di samping dan atasnya. Kamar tidur perlu mendapat cahaya matahari yang optimal sehingga posisi kamar tidur berada di sisi tepi bangunan. Elemen double fasad untuk menutupi jemuran yang dijemur di balkon, selain itu juga sebagai elemen estetika dan pelindung dari sinar matahari Gambar 5.18. Konfigurasi konsep denah unit hunian di zona atas dan tengah. 118

Gambar 5.19. Konfigurasi konsep potongan unit hunian di zona tengah (atas) dan potongan unit hunian di zona atas (bawah).pada gambar 5.19, clerestory digunakan untuk memaksimalkan pencahayaan alami di lantai paling atas bangunan. Gambar 5.20. Konsep teras setiap unit hunian. Sumber: Penulis, 2016. 119

Jumlah unit hunian yang disediakan adalah 480 dengan perkiraan jumlah penghuni yang bisa ditampung yakni sebanyak 1920 dengan asumsi 4 orang per KK. Unit hunian dibagi menjadi 2 tipe ukuran yakni tipe 30 dan 36 agar penghuni bisa memilih unit hunian yang sesuai kebutuhannya. Perbandingan tipe 36 dan 30 adalah 1:2. 5.4.2. Ruang Publik Ruang public dibuat agar bisa dipantau dari ruangan lain, sehingga penghuni merasakan rasa kepemilikan terhadap ruang tersebut yang tujuannya agar lingkungan ruang terbuka tetap terkontrol dan terjaga keamanan, kenyamanan, dan kerbersihannya. Gambar 5.21. Konsep ruang publik 120

5.5. Konsep Struktur dan Utilitas 5.5.1. Sistem Struktur Sistem struktur bangunan menggunakan rangka kaku beton bertulang. Untuk komponen-komponen bangunan dibuat dengan teknologi pra cetak. Komponenkomponen pra cetak yakni modul yang didesain berdasarkan dimensi ruang-ruang dan struktur utama bangunan. Komponen pra cetak yang diterapkan dalam rusuna bertingkat tinggi ini, yakni komponen struktur utama dan komponen pengisi bangunan berupa dinding luar, dinding pembagi, dan plat lantai. Gambar 5.22. Konsep struktur dengan beton precast dan pondasi. 5.5.2. Utilitas 1.) Jaringan Air Bersih Penyediaan air bersih menggunakan sistem down feed, dimana air akan didistribusikan ke seluruh hunian dan ruang-ruang umum dari bagian atas bangunan. Air PDAM akan disimpan dahulu di ground tank, selanjutnya akan dipompa dan disimpan ke water tank di roof top, selanjutnya didistribusikan ke seluruh bagian bangunan. 121

2.) Jaringan Air Kotor Air pembuangan dari unit hunian dibuang dengan two pipe system. Jaringan pipa akan membuang air tinja dan air sabun dalam dua pipa yang berbeda. Air tinja akan langsung dibuang ke septictank sedangkan air kotor dapat diolah kembali yang kemudian digunakan untuk kegiatan menyiram tanaman dan mencuci. Gambar 5.23. Down Feed System (kiri) dan Two Pipe System (kanan). 3.) Pemanfaatan Air Hujan Air hujan ditampung untuk menambah ketersediaan air untuk keperluan mencuci dan menyiram tanaman, maupun flushing toilet. Pemanfaatan air hujan ini juga mengurangi pemakaian air tanah, sehingga penghuni juga dapat lebih berhemat dalam hal biaya penggunaan air serta turut melestarikan ketersediaan air di lingkugan sekitar. 122

Gambar 5.24. Memanfaatkan air hujan yang ditampung. 4.) Sirkulasi Vertikal Gambar 5.25. Denah konsep lift (kanan) dan konsep potongan lift (kiri). 5.5.3. Pencahayaan dan Penghawaan Bangunan rusuna bertingkat tinggi ini memerlukan penghawaan dan pencahayaan alami secara langsung agar meminimalisir penggunaan energi. 123

1.) Penghawaan alami diperoleh dari cross ventilation. Cross ventilation yang didapat dengan cara membuat void di tengah-tengah massa bangunan. Angin akan melewati void tersebut yang nantinya akan membantu penghawaan di dalam bangunan. Gambar 5.25. Denah konsep lift (kanan) dan konsep potongan lift (kiri). 2.) Pencahayaan alami dilakukan dengan prinsip pemantulan-pemantulan cahaya. Cahaya dimasukan melalui bukaan yang tertutupi oleh shading sehingga tidak semua cahaya akan masuk ke dalam bangunan namun hanya cahaya yang terpantul melewati celah-celah shading yang akan masuk ke dalam bangunan. Sehingga panas matahari dapat diminimalisir sedangkan cahaya tetap masuk dan menerangi dalam bangunan. Gambar 5.26. Memasukan cahaya dari light shelves (kiri) dan clerestory (kanan). 124