BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. : Ipomoea batatas (L.) Lam. lumbung atau umbi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE

I. MATERI DAN METODE. OT1 = Tanpa Olah Tanah OT2 =Olah Tanah Maksimum Faktor kedua :Mulsa (M)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (rumah kassa) Fakultas

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. PBSI Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Pupuk anorganik. : / 0,25 m. : tanaman. : g / tan.

III. BAHAN DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

III. MATERI DAN METODE

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

BAHAN DAN METODE. tempat ± 30 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Awal Juli sampai

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

Tata Cara penelitian

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

TINJAUAN PUSTAKA. spermatophyta, termasuk kedalam kelas dicotyledoneae, ordo rhoeadales familinya

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu 1.2. Bahan dan Alat 1.3. Metode Penelitian

III. MATERI DAN WAKTU

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. MATERI DAN METODE

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

III. MATERI DAN METODE. No. 155 KM. 15 Simpang Baru Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru, dari bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PERTUMBUHAN DANHASILTANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard) PADA BEBERAPA TARAF DOSIS KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

III. MATERI DAN METODE

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai Februari 2011. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setek batang ubi jalar sebagai objek yang diamati yaitu varietas A 82, MSU 03028-10, dan Daya. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), Pupuk Kandang sapi, Kompos Blotong Tebu. Pupuk Urea, TSP, KCl sebagai pupuk dasar, insektisida organik untuk mengendalikan organisme pengganggu. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, tali, Body Sprayer, tugal, pacak sampel, pacak perlakuan, gembor, buku tulis, kalkulator, pena dan penggaris. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan perlakuan: Faktor I: Varietas ubi jalar V1 =Ubi jalar A 82 V2 =Ubi jalar MSU 03028-10 V3 = Ubi jalar Daya Faktor II: Bahan Organik B0 = Tanpa Bahan Organik

B1 = Kompos TKKS B2 = Pupuk kandang sapi : 10 ton/ha, 250 g/tanaman : 10 ton/ha, 250 g/tanaman B3 = Kompos Blotong Tebu: 10 ton/ha, 250 g/tanaman Sehingga didapat 12 kombinasi: V1B0 V2B0 V3B0 V1B1 V2B1 V3B1 V1B2 V2B2 V3B2 V1B3 V2B3 V3B3 Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah Plot : 12 Jumlah plot seluruhnya : 36 Jarak Tanam Panjang Plot Lebar Plot Jarak antar Blok Jarak antar Plot Jumlah tanaman per plot Jumlah sampel per plot : 25 cm : 200 cm : 50 cm : 50 cm : 100 cm : 6 tanaman : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 216 tanaman Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linear berikut: Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Keterangan: Yijk : Hasil pengamatan untuk unit percobaan ke i dengan perlakuan varietas ke j dan bahan organik ke k µ : Nilai tengah perlakuan ρi αj βk : pengaruh blok pada taraf ke i : Pengaruh varietas pada taraf ke - j : Pengaruh perlakuan bahan organik pada taraf ke k (αβ) jk : pengaruh interaksi antara varietas pada taraf ke-j danbahan organik pada taraf ke - k εijk : galat perlakuan pada blok ke I yang mendapat perlakuan varietas pada taraf ke j, perlakuan bahan organik pada taraf ke k. Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan yaitu uji Duncan dengan taraf 5%.

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Areal penanaman yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma di areal tesebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan dengn menggunakan cangkul dengan kedalaman olah kira-kira 20 cm. setelah itu dibuat plot-plot dengan ukuran 200 cm x 50 m dan jarak antar blok 50 cm. pada sekeliling daerah dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian. Pembuatan Bedengan Pembuatan bedengan dilakukan pada saat setelah dilakukan persiapan lahan dengan ukuran 200x50 cm dengan jarak antar plot 100 cm dan jarak antar blok 50 cm. Persiapan Bahan Tanaman Pengambilan setek pada pagi hari yaitu pada waktu kandungan air maksimum agar tidak layu saat disimpan sebelum penanaman. Panjang setek batang adalah 20-25 cm dengan sekitar 6-8 buku. Aplikasi Bahan Organik Aplikasi bahan organik dilakukan pada sesaat sebelum penanaman agar tanah tercampur dengan bahan organik. Pemupukan Dasar Pemupukan dasar dilakukan pada saat sehari sebelum tanam. Pupuk yang diberikan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk ubi jalar yaitu pupuk NPK dengan dosis 1/3 bagian yaitu masing-masing 1,5 gr/tan. Pupuk dimasukkan dalam larikan dan ditutup kembali.

Penanaman Penanaman setek dilakukan dengan ditanam secara mendatar atau agak miring dengan sudut 45 0 sedalam 5-10 cm, dengan sekurangnya tiga atau empat buku dibenamkan ke dalam tanah dengan jarak tanam antar larikan 25 cm. Penanaman dilakukan pada minggu ketiga. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila ada setek yang rusak atau tidak tumbuh pada saat 2-3 MST setelah penanaman di lapangan. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pembumbunan dilakukan agar umbi dapat terbentuk secara sempurna. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST, kemudian pada saat tanaman berumur 8 MST. Pengangkatan Batang Pengangkatan batang bertujuan mencegah terbentuknya umbi-umbi kecil. Pengangkatan atau pembalikan batang dilakukan pada umur 50 HST atau pengangkatan batang dilakukan berdasarkan pengamatan adanya akar yang tumbuh pada ruas-ruas batang.

Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dilakukan dengan insektisida organik. Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida organik. Pengendalian dilaksanakan seminggu sekali sesuai kondisi lahan. Panen Panen dilakukan pada saat ubi jalar berumur 12 MST. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman hingga ke akarnya. Tanaman dikeringanginkan dan kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Umbi dipotong dari batang dan akar tanaman. Peubah Amatan Pertambahan Panjang Tanaman (cm) Pertambahan Panjang tanaman yaitu selisih antara data pengamatan 2 MST dikurangi dengan 1 MST,yaitu diukur mulai pangkal batang (diatas permukaan tanah) hingga ujung yang diluruskan, dan dilakukan dengan interval 1 minggu yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 MST. Panjang umbi (cm) Panjang umbi diukur dari pangkal umbi sampai ujung umbi menggunakan meteran dan dilakukan setelah panen. Jumlah umbi (umbi) Jumlah umbi (umbi) dihitung dengan menghitung Jumlah umbi setelah panen. Bobot umbi (g) Bobot umbi (g) ditimbang dengan timbangan dan dilakukan setelah panen.

Rataan Bobot Umbi Rataan bobot umbi dihitung dengan rumus sebagai berikut: Bobot umbi per plot (g) setelah panen Rataan bobot umbi = bobot umbi Jumlah umbi Bobot umbi per plot (g) ditimbang dengan timbangan dan dilakukan Lilit umbi (cm) Indeks Panen Diameter umbi diukur setelah panen dengan menggunakan meteran. Indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut Indeks panen = bobot umbi bobot seluruh tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertambahan Panjang Tanaman (cm) Hasil analisis sidik ragam dari pertambahan panjang tanaman pada umur 1 sampai 7 MST dapat dilihat pada Lampiran 9-22. Masing masing varietas menunjukkan perbedaan nyata pertambahan panjang tanaman 1, 2, dan 4 MST, sedangkan perlakuan bahan organik hanya berpengaruh nyata pada umur 1 dan 3 MST. Interaksi varietas dengan pemberian bahan organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman 4 dan 5 MST. Hasil uji beda rataan interaksi varietas dengan pemberian beberapa bahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar 5 MST dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pertambahan panjang beberapa varietas ubi jalar dengan pemberian bahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar pada umur 5 MST. BO (g/tanaman) Varietas Rataan A 82 MSU 03028-10 Daya...cm... Tanpa Bahan Organik 5,79e 16,50ab 15,71abc 12,67 Kompos TKKS 12,83abcde 14,50abcd 8,68cde 12,00 Pukan Sapi 12,50abcde 7,63de 13,17abcde 11,10 Kompos Blotong 9,54bcde 12,08abcde 17,71a 13,11 Rataan 10,17 12,68 13,81 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5 %. Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa rataan pertambahan panjang ubi jalar tertinggi pada kombinasi Varietas Daya dan Kompos Blotong (17,71 cm) dan yang terendah Varietas A 82 dan tanpa Bahan Organik (5,79 cm).

20 pertambahan Panjang Tanaman (cm) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 A 82 MSU 03028-10 Daya 0 Tanpa Bahan Organik Kompos TKKS Pukan Sapi Kompos Blotong Bahan Organik

biologi tanah dimana tanah akan menjadi remah dan pertukaran anion dan kation cepat. Sehingga unsur hara cepat diserap tanaman dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murbandono (2005) yang menyatakan bahan organik berperan langsung sebagai sumber hara setelah mengalami mineralisasi dan secara tidak langsung menciptakan suatu kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang baik dengan meningkatkan ketersediaan hara untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, biologi tanah untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Panjang Umbi (cm) Hasil analisis sidik ragam dari panjang umbi dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Masing - masing varietas dan bahan organik menunjukkan pengaruh nyata terhadap panjang umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata pada panjang umbi. Hasil uji beda rataan panjang umbi pada beberapa varietas dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Panjang umbi ubi jalar beberapa varietas dengan pemberian bahan organik BO (g/tanaman) Varietas Rataan A 82 MSU 03028-10 Daya...cm... Tanpa Bahan Organik 10,84 10,87 10,78 10,83b Kompos TKKS 14,14 14,20 11,01 13,12a Pukan Sapi 14,47 13,46 10,80 12,91a Kompos Blotong 13,91 12,05 11,12 12,36a Rataan 13,34a 12,64a 10,93b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5 %. Dari Tabel 2. dilihat bahwa rataan panjang umbi pada beberapa varietas tertinggi pada Varietas A 82 (13,34 cm) dan yang terendah Daya (10,93 cm).

Panjang Umbi (cm) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 A 82 MSU 03028-10 Daya Varietas Panjang Umbi (cm) 14 12 10 8 6 4 2 0 tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong Bahan Organik

Bahan Organik (10,83 cm). Bahan organik berpengaruh nyata terhadap panjang umbi dimana panjang umbi tertinggi yaitu pada pemberian kompos tkks yaitu 13,12 cm. Hal ini dikarenakan pemberian kompos tkks mengandung unsur K yang berperan sebagai pembentukan karbohidrat ke bagian tanaman dan mengaktifkan enzim untuk reaksi fotosintesis sehingga mempengaruhi bobot dan panjang umbi. Hal ini sesuai dengan PPKS (2006) Tandan kosong merupakan limbah kelapa sawit yang kaya akan unsur kalium. Kompos tandan kosong kelapa sawit memiliki kandungan unsur hara yang cukup yaitu C= 35%, N=2,34%, P=0,31%, K=5,53%, Ca=1,46%, Mg=0,96%, dan air 96%. Dari hasil analisis tanah kandungan K sebesar 20,1 21,8 %. Varietas A 82 berbeda nyata terhadap panjang umbi. Hal ini disebabkan panjang umbi dipengaruhi oleh masing-masing varietas, bentuk umbi dipengaruhi oleh genetik. Namun faktor kesuburan dan struktur tanah serta iklim juga mempengaruhi bentuk dan diameter umbi. Tanaman ubi jalar merupakan tanaman semusim sehingga mampu tumbuh di daerah tropis maupun di daerah dataran tinggi. Hal ini sesuai dengan http:www.fao.org (2008) yang menyatakan bahwa temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan vegetatif. Perkembangan umbi-umbian hanya terjadi pada kisaran 20 sampai 30ºC, optimum 25ºC dan umumnya berhenti dibawah 10 º C. Interaksi pada perlakuan beberapa varietas dan pemberian berbagai bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap panjang umbi (cm), hal ini disebabkan masing masing varietas dan bahan organik sudah saling mendukung dan berperan baik pada panjang umbi.

Jumlah Umbi (umbi) Hasil analisis sidik ragam dari jumlah umbi dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Hasil rataan jumlah umbi dengan interaksi varietas dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Umbi ubi jalar pada beberapa varietas dan pemberian berbagai bahan organik BO (g/tanaman) Varietas Rataan A 82 MSU 03028-10 Daya...umbi... Tanpa Bahan Organik 2,67 3,00 2,42 2,69 Kompos TKKS 1,92 2,50 3,17 2,53 Pukan Sapi 2,58 2,42 3,25 2,75 Kompos Blotong 2,42 2,67 3,50 2,86 Rataan 2,40 2,65 3,68 Keterangan: Angka yang tidak diikuti oleh huruf pada baris dan kolom berbeda tidak nyata Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa perlakuan beberapa varietas dan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Hal ini dikarenakan berbagai faktor yakni faktor lingkungan yang kurang mendukung perlakuan dan pada setiap varietas umbi yang dihasilkan sedikit namun bobot umbi mempunyai nilai yang besar. Diakibatkan pada saat pembentukan umbi terjadi kekurangan air, sehingga menyebabkan air tidak tersedia pada saat pembentukan karbohidrat. Bahan organik cenderung menyediakan unsur hara yang berperan dalam tahap pengisian umbi, lalu hasil fotosintat cenderung ke padatan yang terkandung dalam jaringan tanaman sehingga dapat meningkatkan bobot umbi. Data analisa tanah menunjukkan bahwa kandungan P tinggi pada kompos blotong (2,35 %), dimana

P berperan sebagai pembentukan buah. Hal ini sesuai dengan Syukur (2003) yang menyatakan bahwa Komposisi kimia blotong meliputi air (60-78%), sukrosa (2,1-7,3%), lilin (2-2,1%), serat (4,3-6,5%), abu (41%), P2O5 (0,4-1,8%), k2o (0,02%), CaO (0,8-1,1%). Bobot Umbi (g) Hasil analisis sidik ragam dari bobot umbi dapat dilihat pada Lampiran 27 dan 28. Masing - masing bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot umbi, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi. Hasil uji beda rataan bobot umbi pada pemberian bahan organik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Bobot umbi ubi jalar pada pemberian beberapa bahan organik BO (g/tanaman) Varietas Rataan A 82 MSU 03028-10 Daya...g... Tanpa Bahan Organik 80,83 121,67 126,67 109,72b Kompos TKKS 102,50 122,08 168,75 131,11b Pukan Sapi 129,58 111,25 155,83 132,22b Kompos Blotong 191,25 239,58 254,58 228,47a Rataan 126,04 148,65 176,46 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada Taraf 5 %. Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa rataan bobot umbi tertinggi pada pemberian Kompos Blotong (228,47 g) dan terendah Tanpa Bahan Organik (109,72 g). Pemberian bahan organik terhadap bobot umbi ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 4.

250,00 200,00 Bobot Umbi (g) 150,00 100,00 50,00 0,00 Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong Bahan Organik

Rataan Bobot Umbi (g) Hasil analisis sidik ragam dari rataan bobot umbi dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 30. Masing - masing bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot umbi, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi. Hasil uji beda rataan bobot umbi pada perlakuan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5.Rataan Bobot umbi ubi jalar pada pemberian beberapa bahan organik BO (g/tanaman) Varietas Rataan A 82 MSU 03028-10 Daya...g... Tanpa Bahan Organik 36,76 48,21 50,11 45,03b Kompos TKKS 59,03 46,90 56,74 54,22b Pukan Sapi 53,06 47,36 48,21 49,54b Kompos Blotong 84,58 60,07 80,54 75,06a Rataan 58,36 50,64 58,90 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa rataan bobot umbi tertinggi pada pemberian Kompos Blotong (75,06 g) dan yang terendah Tanpa Bahan Organik (45,03 g). Pemberian bahan organik terhadap rataan bobot umbi ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 5.

Rataan Bobot Umbi (g) 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0,000 Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong Bahan Organik

BO (g/tanaman) Varietas Rataan A 82 MSU 03028-10 Daya...g... Tanpa Bahan Organik 104,72 134,72 145,28 128,24b Kompos TKKS 131,11 125,83 182,22 146,39b Pukan Sapi 150,28 125,28 168,06 147,87b Kompos Blotong 217,50 211,39 268,61 232,50a Rataan 150,90 149,36 191,02 250 Bobot Umbi per Plot (g) 200 150 100 50 0 Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong Bahan Organik

yang tinggi dan dapat menyuplai hara pada tanaman dengan dosis yang lebih tinggi dan proses dekomposisi bahan organik cepat mengakibatkan unsur hara cepat tersedia bagi tanaman. Kandungan C/N tanah juga mendekati C/N tanah sehingga mudah terdekomposisi. Hal ini sesuai dengan Baharsyah (2007) Pemberian blotong berpengaruh terhadap berat tanah, karena membentuk agregat tanah, sehingga butiran tanah dapat menyimpan air lebih banyak. Dimana unsur yang diperlukan tanaman akan tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan juga merupakan sumber C-organik yang penting dalam pembentukan humus tanah. Pembebasan P organik dari kompos blotong menyebabkan ketersediaan P dalam tanah meningkat, sehingga kontak akar (umbi) dengan unsur hara P semakin besar. Keadaan tersebut menyebabkan jumlah serapan P semakin besar bagi pembentukan umbi. Lilit Umbi (cm) Hasil analisis sidik ragam dari rataan lilit umbi dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Masing masing varietas berbeda nyata terhadap lilit umbi, sedangkan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap lilit umbi. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap lilit umbi. Hasil uji beda rataan lilit umbi pada perlakuan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

BO (g/tanaman) Varietas Rataan A 82 MSU 03028-10 Daya...g... Tanpa Bahan Organik 10,00 10,79 11,01 10,60 Kompos TKKS 11,27 10,13 12,65 11,35 Pukan Sapi 9,53 10,30 11,63 10,49 Kompos Blotong 12,44 9,58 12,52 11,51 Rataan 10,80ab 10,20b 11,95a 12,5 12 Lilit umbi (cm) 11,5 11 10,5 10 9,5 9 A 82 MSU 03028-10 Daya Varietas

organik yaitu kompos blotong yang berperan dalam pengisian umbi sehingga umbi memiliki lilit umbi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Chairani (2009) Blotong atau filter press mud sebagai hasil sampingan limbah pabrik gula mempunyai komposisi yang dapat dijadikan bahan pupuk organik bagi tanaman. Sebagian blotong tebu berasal dari serat tebu yang merupakan senyawa C organik. Kandungan unsur hara dalam blotong cukup tinggi dan menempatkan blotong lebih unggul daripada organik lain, sebab selain memperbaiki sifat fisik juga sebagai sumber hara yang dapat menguntungkan tanaman. Blotong dapat menyumbang unsur hara makro dan mikro ke dalam tanah. Indeks Panen Hasil analisis sidik ragam dari rataan indeks panen dapat dilihat pada Lampiran 35 dan 36. Masing - masing varietas dan bahan organik berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Interaksi varietas dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Hasil uji beda rataan indeks panen pada perlakuan beberapa varietas dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Indeks panen ubi jalar pada beberapa varietas dan bahan organik BO (g/tanaman) Varietas Rataan A 82 MSU 03028-10 Daya Tanpa Bahan Organik 0,38 0,30 0,43 0,37c Kompos TKKS 0,50 0,31 0,56 0,46a Pukan Sapi 0,47 0,29 0,43 0,39bc Blotong Tebu 0,49 0,32 0,54 0,45ab Rataan 0,46a 0,30b 0,49a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

0,6 0,5 Indeks panen 0,4 0,3 0,2 0,1 0 A 82 MSU 03028-10 Daya Varietas

Indeks Panen 0,50 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0,00 Tanpa BO TKKS Pukan Sapi Blotong Bahan Organik

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Varietas Daya memiliki keunggulan kompetitif pada pertumbuhan vegetatif, panjang umbi, lilit umbi dan indeks panen. 2. Pemberian kompos tkks mampu meningkatkan panjang umbi 17,45 %, indeks panen 18,97 %. 3. Pemberian kompos blotong mampu meningkatkan bobot umbi 51,97 %, bobot umbi per plot 44,84 %, rataan bobot umbi 40,01 %. 4. Interaksi antara varietas dan pemberian berbagai bahan organik dapat meningkatkan pertambahan panjang tanaman 67,79 %. Saran Untuk teknologi budidaya ubi jalar yang optimal disarankan memakai varietas Daya dan pemberian bahan organik kompos blotong tebu dengan dosis yang tepat.