BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

I. PENDAHULUAN. Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang di antaranya adalah novel.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

DAFTAR ISI ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL..

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTERTEKSTUALITAS DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DENGAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA A FUADI ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. segala imajinasi yang dimilikinya untuk menghasilkan karya sastra. Karya sastra. dapat mengerti makna kehidupan dan hakikat hidup.

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. nilai keindahan sehingga sastra harus diciptakan dengan suatu daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

NILAI KARAKTERR BANGSA KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYA SKRIPSI

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA A. FUADI DAN LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bermasyarakat, namun juga dengan lingkungan. aikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang artinya ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. sudah terlanjur dewasa. Kebanggaan kita terhadap anak-anak tidak hanya sebatas

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). Suatu karya sastra menampilkan pelbagai permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam kehidupan manusia. Masalah ini berkaitan erat dengan makna berupa aspek tata nilai kehidupan dari situasi sosial dan historis kehidupan manusia. Karya sastra bukanlah aspek kebudayaan yang sederhana, akan tetapi karya sastra merupakan lembaga sosial yang menggunakan media bahasa sebagai penyampaianya. Dengan demikian, sastra menampilkan gambaran kehidupan yang merupakan kenyataan sosial. Gambaran kehidupan yang unik selalu dipaparkan dalam karya sastra, salah satunya dalam karya sastra berbentuk novel. Novel menggambarkan bentuk kehidupan dan hubungan sosial antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam dengan sangat nyata. Menurut Sumardjo (dalam Yudiono, 1986:116), tema sosial merupakan tema favorit penulis dalam menulis karya sastra di Indonesia. Bermacam-macam bentuk kehidupan tersebut menambah beraneka ragamnya cerita yang terkandung dalam karya sastra. Pada masa ini banyak beredar novel yang menggambarkan cerita tentang realitas kehidupan berupa perjuangan manusia untuk meraih sesuatu yang dicitacitakan. Pada bentuk penulisan teks sastra, para pengarang banyak melibatkan sudut kehidupan sosial masyarakat tertinggal. Hal ini dikarenakan, dalam kehidupan masyarakat yang tertinggal terdapat kompleksitas cerita yang menarik.

2 Masyarakat tertinggal memiliki keunikan dalam menjalani kehidupannya. Mereka menjalani kehidupan yang berbeda dengan masyarakat kota dengan kemajuan dan kemudahannya. Masyarakat tertinggal bukan berarti masyarakat miskin, menderita, dan tidak memiliki harta. Tertinggal berarti tercecer, atau ditinggalkan dalam segi apapun. Apabila digabungkan dengan masarakat adalah masyarakat yang masih tertinggal dalam segi kehidupan sosial dari masyarakat yang lain. Novel dengan latar belakang budaya masyarakat serta keadaan sosial yang tertinggal adalah Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. Ada hal yang unik dalam penulisan dari kedua novel tersebut. Kedua novel tersebut menggunakan konteks masyarakat yang tertinggal dalam latar belakang penulisannya. Pengarang dalam kedua novel tersebut juga menceritakan proses kreativitas perjuangan anak dalam meraih cita-cita dibalik latar masyarakatnya. Latar masyarakat yang masih tertinggal mengiringi keberhasilan para tokohnya dalam mengejar apa yang dicita-citakan. Apabila dikaji dari kehidupan penulis sebelumnya, maka kedua penulis ini juga merasakan kehidupan dari masyarakat yang tertinggal. Andrea Hirata yang merupakan penduduk asli dari Belitong mengalami kehidupan yang menarik, perjuangan yang luar biasa dalam meraih cita-citanya bersama kesembilan teman Laskar Pelanginya. Hal ini berbeda dengan Ahmad Fuadi yang menjalani kehidupannya berawal dari Maninjau Sumatra Barat. Maninjau bukanlah kota yang megah dan mewah, dan di sana dapat digolongkan sebagai kota yang masih terpencil.

3 Kehidupan yang terdapat pada masa lalu pengarang secara tidak langsung menjadi refleksi cerita antara novel dengan kehidupan pengarang. Akan tetapi kehidupan pengarang yang sebenanya tidak dapat dikatakan sebagai kisah nyata yang terdapat dalam novel, karena novel merupakan karya sastra yang bersifat imajinatif berbeda dengan biografi dan sejenisnya (Taum, 1997:37). Novel Laskar Pelangi dan novel Negeri Lima Menara tersebut terbit dalam masa yang berbeda. Novel Laskar Pelangi cetakan pertama diterbitkan pada tahun 2005, dan edisi terbaru terbit di tahun 2011. Sementara novel Negeri Lima Menara terbit pada tahun 2009. Meskipun demikian ada keunikan dan kekhasan dari kedua novel tersebut yang membuat novel tersebut begitu menarik. Pada masa itu, novel yang banyak diterbitkan berupa novel bernuansa perjuangan cinta yang berlandaskan Islam, misalnya, Bumi Cinta, Ayat-Ayat Cinta, Wanita Berkalung Surban, Kupinang Kau Dengan Bismilah. Akan tetapi kedua pengarang ini berani mendobrak dengan gaya yang berbeda. Andrea Hirata dan Ahmad Fuadi menciptakan novel yang lebih bernafaskan perjuangan dalam pendidikan, kehidupan sosial, serta realitas dunia yang utamanya terjadi di Indonesia. Kedua novel tersebut menggunakan latar belakang pendidikan yang bersudut pandang dari Islam dan kehidupan Islam. Berdasarkan paparan tentang peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul Studi Komparasi Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dan Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi (Pendekatan Strukturalisme Robert Stanton).

4 Penelitian ini menggunakan pendekatan strukturalisme Robert Stanton. Hal ini karena pendekatan strukturalisme sangat sesuai dengan pengkajian internal bentuk karya sastra. Pendekatan tersebut melakukan pendekatan antar struktur yang berupa elemen-elemen karya sastra. Elemen tersebut merupakan pembangun relasi karya sastra. Setiap karya sastra memiliki elemen yang saling terhubung sebagai satu kesatuan dan membentuk pola cerita. Dengan demikian, terwujudlah struktur internal cerita yang merupakan satu kesatuan dari karya sastra. Penelitian ini tidak memasukkan segi pengarang dalam penelitian karena pengarang meupakan bagian yang terpisah dari unsur internal karya sastra (Faruk, 2011:65-66). Penelitian semacam ini pernah dilakukan oleh Arif Irfan Fauzi pada tahun 2008 dengan judul Studi Komparasi Cerpen Koran dan Cyber edisi 2000-2007. Penelitian sebelumnya komparasi dilakukan pada cerpen dalam media massa yaitu media internet dan media cetak berupa koran yang memiliki keterbatasan tentang isi cerpen. Pada komparasi sebelumnya, penelitian lebih mengarah pada bagaimana bentuk cerpen tersebut tersebut sebagai bentuk cerpen kontemporer. Selain itu cerpen rentang tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 tidak hanya satu, akan tetapi bermacam-macam jenis cerpen yang ada di dalamnya. Pada penelitian ini penulis mengkaji bagaimana kemiripan unik yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dan Negeri Lima Menara. Bentuk kemiripan dengan cirikhas yang berbeda dari kedua novel tersebut juga menjadi salah satu penelitian ini. Penelitian kedua novel ini menggunakan penelitian dalam bentuk strukturalisme yang ini merupakan salah satu teori penelitian secara kritis.

5 Strukturalisme versi Stanton mengkaji hubungan bagian dengan bagian, serta bagian dengan hariarki keseluruhan cerita sehingga menjadi suatu keutuhan yang dapat dikaji (Yudiono, 1986:54). Penelitian ini akan menggunakan teori strukturalisme, berupa tiga elemen penting karya sastra yaitu fakta cerita, sarana cerita, dan tema cerita. Untuk menjaga supaya penelitian dalam novel ini memiliki fokus yang baik maka lebih memfokuskan penelian dalam aspek persamaan dan perbedaan. Perbedaan dan persamaan tersebut berdasarkan tiga elemen yang terdapat dalam teori strukturalisme. Penelitian ini mengungkap pentingnya penelitian yang terjadi dalam kedua novel apabila dikaji secara struktur. Dengan demikian, penelitian perbedaan dan persamaan yang unik akan terlihat dalam penelitian struktur. 1.2 Fokus Masalah Fokus masalah dalam penelitian ini adalah unsur novel pembangun relasi cerita, sehingga membuat novel tersebut memiliki relasi cerita yang memenuhi unsur fakta cerita, sarana cerita, dan tema cerita. Adapun fokus masalah secara mendetail disusun oleh penulis sebagai berikut. Bentuk yang diperoleh dari teks yang dibuat oleh kedua pengarang sehingga dapat menghasilkan karya sastra yang sesuai dengan realitas masyarakat. Periode penciptaan yang berbeda yang sangat mempengaruhi kedua karya sastra tersebut sehinga memiliki unsur cerita yang perbeda pula antara kedua novel. Dengan demikian, akan diketahui bagaimana fakta cerita, sarana cerita dan tema cerita dari hasil fokus masalah yang telah dibuat oleh peneliti.

6 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk persamaan dan perbedaan yang dibentuk oleh fakta cerita berupa alur, tokoh, dan latar dalam novel Laskar Pelangi dan novel Negeri Lima Menara? 2. Bagaimana bentuk persamaan dan perbedaan yang digerakan oleh sarana cerita berupa sudut pandang dan gaya bahasa dalam novel Negeri Lima Menara dan novel Laskar Pelangi? 3. Bagaimana bentuk persamaan dan perbedaan yang diajarkan lewat tema cerita dalam novel Laskar Pelangi dan novel Negeri Lima Menara? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan bentuk persamaan dan perbedaan yang dibentuk oleh fakta cerita berupa alur, tokoh dan latar dalam novel Laskar Pelangi dan novel Negeri Lima Menara. 2. Mendeskripsikan bentuk persamaan dan perbedaan yang digerakan oleh sarana cerita berupa sudut pandang dan gaya bahasa dalam novel Negeri Lima Menara dan novel Laskar Pelangi. 3. Mendeskripsikan bentuk persamaan dan perbedaan yang diajarkan lewat tema cerita dalam novel Laskar Pelangi dan novel Negeri Lima Menara. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis Adapun manfaat teoretis dalam penelitian ini sebagai khazanah ilmu di bidang sastra; dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan

7 ilmu sastra perbandingan; memberikan kontribusi yang signifikan dalam kajian strukturalisme sastra khususnya strukturalisme sastra menurut Robert Stanton. 1.5.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yaitu sebagai berikut. a. Bagi penulis, yaitu dapat mengembangkan diri terhadap ilmu komparasi karya sastra yang dilakukan pada beberapa masa ke depan. b. Bagi pembaca, yaitu dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang metode komparasi karya sastra. c. Bagi peneliti selanjutnya, yaitu dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu bahan rujukan yang dapat mendukung penelitian selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. 1.6 Penegasan Istilah a. Strukturalisme adalah salah satu teori penelitian secara kritis yang mengkaji hubungan bagian dengan bagian, serta bagian dengan hariarki keseluruhan cerita. Dengan demikian, menjadi suatu keutuhan yang dapat dikaji (Yudiono, 1986:54). b. Sastra bandingan adalah studi teks across cultural. Studi dalam upaya interdisipliner ilmu sastra yang dapat membandingkan dua karya sastra atau lebih (Endraswara, 2006:128). c. Fakta cerita merupakan tokoh atau karakter, alur, dan latar yang terdapat dalam karya sastra (Nurgiyantoro, 2010:25).

8 d. Sarana cerita dapat diartikan sebagai metode (pengarang) memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Nurgiyantoro, 2010:25). e. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sehingga menjadikan suatu pengalaman begitu diingat (Nurgiyantoro, 2010:25) f. Kajian interteks dalam karya sastra adalah kajian yang melakukan perbandingan suatu teks atau karya sastra yang berasal dari satu pengarang yang sama. Pembandingan tersebut dilakukan untuk mengkaji kekhasan atau keunikan dalam setiap karya yang dibuat oleh seorang pengarang. Pada penelitian ini tidak melakukan penelitian dalam bentuk interteks. Hal ini dikarenakan pengarang dari kedua novel pada penelitian ini berbeda tidak hanya satu pengarang. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi.