BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Merek adalah aset yang sangat penting bagi sebuah perusahaan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha di dunia termasuk Indonesia. Persaingan-persaingan yang terjadi terutama berupa

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini, semua lapisan masyarakat dari lapisan elit sampai pembantu rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan berusaha menyusun strategi pemasaran yang dapat. kebanyakan di antaranya menggunakan media media yang sama dalam

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di pasar yang sudah ada. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengembangan merek perusahaan yang kuat. Namun semakin

BAB I LATAR BELAKANG. dilakukan oleh Rio, Vazquez, dan Iglesias (2001) yang berfokus pada sepatu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bisnis kuliner merupakan salah satu peluang bisnis yang. menjanjikan. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. PT. Globalindo 21 Express atau yang lebih familiar disebut PT. 21 Express ini

BAB I PENDAHULUAN. sepatu olahraga telah menjadi bagian dari fashion (Fadli, 2015) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) pada abad 21 dan reformasi sosial

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan mereknya menjadi merek yang selalu dipilih konsumen. Merek

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB 1 PENDAHULUAN. komputer mulai dari komunikasi, push , belanja online, browsing, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya dengan melihat pentingnya sebuah brand image. Konsumen dalam

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui sistem yang

Integrated Marketing Communication I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah banyak merubah dan meninggalkan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku bangsa dan budaya, setiap daerah memiliki budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan (Kotler dan Keller, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Apalagi pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. ingin ditujunya. Seperti kemudahan bertransportasi pada saat ini sudah hampir dapat

BAB I PENDAHULUAN. Charty (Kotler 2002:18) mengklasifikasikan alat-alat tersebut menjadi empat

BAB I PENDAHULUAN. Coca-Cola adalah perusahaan global yang beroperasi pada skala lokal.coca-cola

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan perusahaan adalah menjual produk atau jasanya semaksimal mungkin, sehingga memperoleh laba

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 2006). Perusahaan menganggap aset takberwujud merupakan aset yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi yang memadai. Saat ini jumlah sarana

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya mudah untuk di dapatkan oleh konsumen sasaran,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memberikan perhatian lebih kepada usaha untuk menciptakan kepuasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Promosi atau promotion yang dalam dekade terakhir ini sering disebut juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan semakin ketat dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

BAB I PENDAHULUAN. Budaya mementingkan merek merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. produk perusahaan serta membedakan produk dan jasa perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memberatkan bagi perusahaan yang akan menjual produknya di negaranya. Sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbedaannya yang mendukung penelitian ini. yang berjudul Measuring customer-based brand equity : empirical evidence

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelanggan yang menguntungkan, sehingga pemasaran (marketing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menawarkan produk-produk yang sejenis baik melalui media

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. televisi dalam meningkatkan citra merek Flexi dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya.

BAB I PENDAHULUAN. Marketing Group (2015), jumlah pengguna internet di Indonesia pada tanggal 30

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. Dunia adalah pasar bagi seluruh pelaku bisnis. Dunia yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan kelas menengah dan perluasan basis ekonomi merupakan dua

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

I. PENDAHULUAN. manusia akan suatu produk menjadi semakin beragam. Hal inilah yang

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI SUMBER IKLAN TERHADAP MINAT BELI YANG DIMEDIASI OLEH SIKAP KONSUMEN PADA IKLAN DAN MEREK

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya persaingan perusahaan-perusahaan yang semakin. serius dalam pangsa pasar untuk pemenuhan kebutuhan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Merek memberi nilai kepada pelanggan dan sekaligus kepada perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. merek-merek kuat dan terkenal menjadi rebutan pebisnis dan diperjual belikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan atau disebut dengan

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam ditawarkan kepada konsumen sehingga persaingan bisnis berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (pikiranrakyatonline.com, 2013) (Simamora, 2006) (Kotler, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Strategi-strategi baru inilah yang semakin menguatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. amat menjanjikan ( Sebagai buktinya, Revlon memenangkan Top Brand Award 2013 kategori

BAB I PENDAHULUAN Sumber : BPS di internet

BAB I PENDAHULUAN. produk yang semakin tinggi, konsumen yang semakin smart, dan munculnya. kelangsungan hidup dalam dunia bisnis (Kotler, 2003:135).

besar mencari berbagai cara yang lebih tepat untuk berkomunikasi secara efektif

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Merek merupakan intangible asset yang nilainya lebih mahal dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pengusaha bermunculan menghadirkan produk dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan latar belakang penelitian, masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang Merek adalah aset yang sangat penting bagi sebuah perusahaan dan merupakan komponen kunci dalam perkembangan strategi pemasaran yang efektif. Menurut Lee (2008), perusahaan sangat perlu untuk membangun sebuah merek yang kuat karena banyak manfaat yang didapatkan dari sebuah merek yang kuat. Dengan merek yang kuat maka identitas perusahaan akan semakin dikenal oleh konsumen yang kemudian akan mengokohkan posisi perusahaan di dalam sebuah industri. Selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir, beberapa akademisi dan praktisi mulai menyadari pentingnya konsep ekuitas merek (i.e. Motameni dan Shahrokhi, 1998; Aaker, 1999; Yoo dan Donthu, 2001; dan Tong dan Hawley, 2009). Merek diyakini dapat menghasilkan keuntungan secara finansial (Aaker, 1999). Pasar yang sangat kompetitif membuat merek yang kuat sangat diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang pesat dan mengokohkan posisi perusahaan melawan gempuran dari pesaing. Menurut Aaker (1991), perusahaan menciptakan ekuitas merek dengan membuat produk yang berkualitas tinggi dan menciptakan asosiasi merek yang kuat melalui komunikasi dan periklanan yang tepat. 1

Menurut Aaker dalam Aaker et al. (2011), ekuitas merek dapat bermanfaat bagi investor, perusahaan manufaktur, pengecer, atau konsumen karena nama merek dapat menambah nilai kepada mereka. Investor memiliki motivasi finansial untuk menggal inilai sebuah nama merek dari nilai aset lain. Perusahaan manufaktur dan pengecer lebih termotivasi pada penerapan strategi ekuitas merek karena memungkinkan perusahaan menghasilkan volume dan margin penjualan yang lebih besar. Dalam beberapa literatur pemasaran, penggunaan ekuitas merek biasanya terbagi dalam dua kelompok: yang pertama adalah menyangkut hal-hal yang melibatkan persepsi konsumen (misalnya: kesadaran, loyalitas merek, dan persepsi kualitas) dan hal-hal yang melibatkan perilaku konsumen (misalnya: loyalitas merek dan kesediaan untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi). Dalam pengukuran persepsi, ada sebuah teknik yang menggunakan rating preferensi konsumen untuk sebuah produk bermerek dengan produk yang tidak bermerek (Aaker, 1991). Pendekatan lainnya yang digunakan oleh beberapa penulis adalah dengan memperlakukan ekuitas merek sebagai kepentingan nama merek karena nama sebuah merek terkadang juga sebagai indikator inti. Ekuitas merek dapat didefinisikan dari beberapa perspektif. Tetapi, dalam beberapa literatur (i.e. Aaker, 1991; Simon dan Sullivan, 1993; dan Cobb, et al., 1995), ekuitas merek biasanya dibahas dalam dua perspektif, yaitu dari sudut pandang nilai perusahaan dan sudut pandang konsumen. Perspektif awal ekuitas merek adalah dari perspektif finansial (Cobb, et al., 1995). Perspektif finansial ekuitas merek dinilai dari future cash flow yang dihasilkan dari pendapatan 2

produk bermerek dikurangi pendapatan produk tidak bermerek (Simon dan Sullivan, 1993). Aaker (1991) mendefinisikan ekuitas merek sebagai sekumpulan aset dan kewajiban yang menambah atau mengurangi nilai yang disediakan dari sebuah produk atau jasa kepada sebuah perusahaan atau pelanggan dari perusahaan tersebut. Aset yang merepresentasikan merek termasuk dalam aset perusahaan dan dicatat dalam neraca. Dari dua persepektif tersebut, dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada ekuitas merek berdasarkan perspektif konsumen yang dikemukakan oleh Aaker (1991). Dalam pemasaran, merek merupakan sebuah pembeda sebuah produk dari sebuah perusahaan dengan produk lain dari perusahaan pesaingnya. Merek bisa menjadi sebuah kunci bagi kesuksesan sebuah perusahaan, maka sangat penting bagi perusahaan untuk mengelola merek dengan strategi yang tepat (Cobb, et al., 1995). Menurut Keller (1993), perusahaan dapat mengadaptasi beberapa strategi pemasaran untuk mengelola merek produk mereka. Umumnya perusahaan mulai membangun merek dari sebuah produk yang kemudian berkembang menjadi beberapa produk seiring berjalannya waktu. Dalam beberapa kasus, ada merek dari produk-produk sebuah perusahaan yang diambil dari nama perusahaan tersebut. Strategi ini disebut dengan istilah corporate branding (misalnya Toyota Motor Corporation menggunakan nama Toyota di setiap produknya). Strategi perusahaan yang tidak menggunakan nama perusahaan sebagai merek produkproduknya disebut dengan strategi house-of-brands (misalnya General Motors Company menggunakan beberapa merek untuk produk-produk otomotifnya). 3

Komunikasi antara perusahaan dengan konsumen adalah hal yang sangat penting untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam sebuah merek. Kurangnya komunikasi antara perusahaan dengan konsumen membuat penciptaan konsep sebuah merek di benak konsumen menjadi terhambat. Strategi pemasaran yang tidak tepat dapat menjadikan pesan yang akan disampaikan perusahaan melalui sebuah merek menjadi tidak tersampaikan dan mengakibatkan kesalahan persepsi dalam benak konsumen. Kitchen et al. (2004) mengatakan bahwa strategi komunikasi merek yang terintegrasi dan tersusun dengan baik dapat membantu perusahaan untuk tetap bertahan di dalam persaingan. Dalam komunikasi pemasaran, merek adalah fokus utama. Keller (1993) mengatakan bahwa ekuitas merek muncul dari asosiasi yang kuat antara konsumen dengan sebuah merek yang dianggap familiar. Komunikasi pemasaran mengandung pesan yang terdapat dalam sebuah merek dan menciptakan dialog dengan konsumen mengenai produk yang mereka tawarkan. Oleh karena itu, komunikasi pemasaran dapat menyalurkan tujuan perusahaan untuk membangun ekuitas merekyang kuat di benak konsumen. Lebih lanjut lagi, komunikasi pemasaran dapat membantu perusahaan memperoleh respons yang baik dari pelanggan. Event atau kegiatan adalah salah satu dimensi dari komunikasi pemasaran. Dalam kegiatan tersebut ada perusahaan-perusahaan yang mendanai sebuah kegiatan agar dapat berlangsung dengan baik. Istilah event marketing atau pemasaran kegiatan sering digunakan oleh peneliti dan praktisi pemasaran untuk menjelaskan berbagai aktivitas termasuk pemasaran sebuah kegiatan dan kegiatan 4

pemasaran (Cornwell dan Maignan, 1998). Pemasaran melalui sponsorship membantu perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan komunikasi dan pengalaman yang menghubungkan antara perusahaan dengan konsumen melalui acara-acara yang disponsori. Nilai tambah yang dimiliki oleh sponsorship dibandingkan dengan alat-alat pemasaran lainnya adalah adanya unsur filantrofis yang berpotensi membuat konsumen bersikap positif terhadap merek sponsor, walaupun keuntungan bisnis tetap menjadi motivasi utama dari perusahaan (Speed dan Thompson, 2000). Sneath et al. (2005) mengungkapkan bahwa peningkatan pengeluaran pada pemasaran kegiatan dibandingkan dengan bentuk promosi lainnya, mengindikasikan bahwa ada keuntungan tersendiri bagi perusahaan dalam mensponsori berbagai kegiatan. Penelitian dari Crimmins dan Horn (1996) menunjukkan bahwa sponsorship pada kegiatan yang bergengsi tinggi memberikan potensi keuntungan yang bernilai jutaan dolar kepada perusahaan sponsor. Walaupun investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk berkomunikasi melalui kegiatan-kegiatan tertentu sangat besar, biaya tersebut dapat diimbangi dengan meningkatnya waktu yang digunakan oleh pengunjung kegiatan untuk berinteraksi dengan produk dari perusahaan sponsor. Dengan demikian, pemasaran melalui sponsorship dapat dilihat sebagai kesempatan yang unik untuk mengintegrasikan berbagai bentuk komunikasi pemasaran lainnya seperti periklanan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung dengan mengandalkan pengalaman yang dirasakan pengunjung melalui interaksi langsung dengan produk. Tantangan berikutnya bagi peneliti dan praktisi pemasaran adalah 5

kesulitan dalam membedakan efek sponsorship dari efek komunikasi pemasaran lainnya dalam sebuah kegiatan. Sponsorship telah menjadi bagian dalam pembiayaan pada berbagai macam kegiatan. Seperti kegiatan olahraga, musik, pendidikan, sosial, dan lain-lain. Perusahaan pemberi sponsor menghabiskan miliaran rupiah untuk meningkatkan citra mereka dan mencapai tujuan program pemasaran mereka. Para pemasar ingin mengintegrasikan komunikasi pemasaran untuk mempromosikan kegiatan dan meningkatkan citra kegiatan tersebut. Panitia kegiatan menarik sponsor lokal, mengundang partisipan terkenal, dan memasukkan beberapa aktivitas menarik dalam kegiatan tersebut untuk menarik minat pengunjung. Sayangnya, beberapa penelitian tentang sponsorship sampai saat ini masih lebih banyak yang meneliti kegiatan olahraga (i.e. Lee et al., 1997; Gwinner dan Eaton, 1999; Cornwell et al., 2006; Chien et al., 2011; dan Henseler et al., 2011). Banyak peneliti yang berfokus pada sponsorship pada kegiatan olahraga dikarenakan kegiatan olahraga merupakan kesempatan perusahaan untuk berinvestasi dengan skala besar karena kebanyakan kegiatan olahraga merupakan kegiatan yang mendunia seperti piala dunia FIFA dan Olimpiade. Kegiatankegiatan tersebut mampu menyedot perhatian miliaran penonton televisi secara global. Sponsorship dalam kegiatan tersebut berpotensi menghasilkan keuntungan pemasaran bagi perusahaan sponsor dan tentunya merupakan cara yang lebih menjanjikan secara finansial daripada periklanan. Beberapa peneliti melihat sponsorship untuk kegiatan kesenian dan musik bertujuan untuk menanamkan merek ke dalam budaya dan proses penanaman 6

tersebut terkait dengan dimensi pengalamanan dari konsumen (Holbrook dan Hirschman, 1982). Hackley dan Tiswakul (2006) mengemukakan konsep baru berupa pemasaran hiburan yang bertujuan untuk menyatukan merek ke dalam pengalaman hiburan konsumen. Mereka mengatakan bahwa pemaparan merek dalam hiburan yang popular memberikan efek kedekatan pada sebuah merek dan secara bersamaan meningkatkan kesungguhan dalam pengaturan hiburan. Ketika merek disertakan ke dalam pengalaman hiburan, merek sponsor dan jenis kegiatan hiburan tersebut saling menguatkan dan membentuk identitas yang kuat (Elliot, 1997; Jenkins, 2004). Menurut Moore (2003), hal tersebut membuat merek dan segala kegiatan pemasaran yang terkait menjadi tertanam dalam kehidupan konsumen. Berdasarkan paradigma ini, sponsorship pada kegiatan kesenian lebih mengarah pada penanaman merek dalam identitas budaya daripada kesadaran merek, sikap terhadap merek, dan penggunaan produk merek tersebut. Penelitian tentang sponsorship di kegiatan non-olahraga memang baru sedikit dikembangkan. Walaupun demikian, bukan berarti bahwa sponsorship pada kegiatan non-olahraga tidak menjanjikan keuntungan yang besar bagi para sponsor. Menurut Rowley dan Williams (2008), salah satu kegiatan non-olahraga yang banyak dikunjungi adalah kegiatan musik. Kegiatan musik adalah salah satu kegiatan yang penting dan sedang berkembang untuk dijadikan sebagai lahan sponsorship bagi para merek-merek besar. Sponsorship adalah sumber pendapatan yang penting bagi penyelenggara kegiatan musik. Dari sudut pandang manajer, sponsorship dari kegiatan musik memberikan kesempatan untuk berkomunikasi kepada konsumen target yang lebih homogen, khususnya orang-orang muda 7

(Oakes, 2003). Tetapi sayangnya, hanya sedikit penelitian yang berfokus pada efek dari sponsorship pada kegiatan musik dan kegiatan non-olahraga lainnya. Berangkat dari keterbatasan itu, peneliti mengambil keputusan untuk meneliti sponsorship pada kegiatan non-olahraga. 1.2. Masalah Penelitian Masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya penelitian tentang sponsorship yang berfokus pada kegiatan olahraga tidak diimbangi dengan penelitian tentang sponsorship yang berfokus pada kegiatan non-olahraga (contoh: kegiatan musik, budaya, pendidikan, dll), sehingga kebutuhan terhadap penelitian kegiatan non-olahraga tidak banyak terakomodasi. Padahal, sponsorship pada kegiatan non-olahraga tidak kalah populer dibanding dengan kegiatan olahraga. Dalam kegiatan non-olahraga, perusahaan masih terdapat peluang untuk memasarkan merek produk mereka dalam bentuk sponsor karena kegiatan nonolahraga juga cukup banyak menyedot pengunjung. Masih ada banyak konsumen potensial yang tidak tertarik di kegiatan olahraga yang dapat ditemukan di kegiatan olahraga. Berangkat dari keterbatasan itu, peneliti mengambil keputusan untuk meneliti sponsorship pada kegiatan non-olahraga. Penelitian ini kemudian akan mengungkapkan pengaruh dari sponsorship dan kepribadian merek pada persepsi konsumen terhadap ekuitas merek suatu produk setelah dipengaruhi oleh efek kesesuaian antara kegiatan dengan produk yang menjadi sponsor kegiatan tersebut. Persepsi konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian ekuitas merek berdasarkan aspek kognitif dan 8

keperilakuan pada level konsumen secara individual melalui sebuah survei. Salah satu hal yang membangun persepsi ekuitas merek di benak konsumen adalah melalui komunikasi pemasaran berupa sponsorship terhadap berbagai kegiatan. Pemberian sponsor pada berbagai kegiatan tertentu diyakini sangat berpengaruh untuk membangun ekuitas merek karena konsumen mendapat pengalaman untuk melihat atau mencoba produk yang menjadi sponsor kegiatan tersebut. Kesesuaian antara kegiatan dengan merek atau produk yang menjadi sponsor dan kepribadian merek yang dimiliki oleh produk sponsor juga dapat mempengaruhi persepsi ekuitas. Selain pada variabel sponsorship, keterbatasan pada penelitian-penelitian sebelumnya juga terdapat pada pengukuran variabel kepribadian merek. Pengukuran yang biasa digunakan pada variabel kepribadian merek berfokus pada pengidentifikasian kepribadian dari merek-merek yang diukur dengan menggunakan Brand Personality Scale (BPS) yang digagas oleh Aaker (1997). Karena BPS hanya digunakan untuk mengidentifikasi kepribadian yang ada dari masing-masing merek, maka BPS sulit mendeteksi pengaruh yang ditimbulkan oleh kepribadian merek. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala pengukuran yang digagas oleh Freling, et al. (2011) yaitu Brand Personality Appeal (BPA). BPA dikembangkan untuk mengukur pengaruh yang ditimbulkan oleh kepribadian merek. Hasil dari pengukuran ini dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh kepribadian merek pada sikap terhadap merek, dan niat pembelian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan pengukuran BPA untuk mengetahui pengaruh kepribadian merek. 9

Dalam penelitian ini, sponsorship dan kepribadian merek digunakan sebagai variabel independen yang mempengaruhi ekuitas merek yang dipersepsikan konsumen. Sedangkan kesesuaian antara sponsor dan kegiatan menjadi variabel moderasi pengaruh antara sponsorship dengan ekuitas merek yang dipersepsikan konsumen. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah sponsorship berpengaruh pada ekuitas merek? 2. Apakah kepribadian merek berpengaruh pada ekuitas merek? 3. Apakah kesesuaian antara sponsor dan kegiatan memoderasi pengaruh sponsorship pada ekuitas merek? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh sponsorship pada ekuitas merek. 2. Menguji pengaruh kepribadian merek pada ekuitas merek. 3. Menguji pengaruh moderasi kesesuaian antara sponsor dan kegiatan pada hubungan antara sponsorship dan ekuitas merek 10

1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi akademisi Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan literatur di bidang manajemen pemasaran, terutama yang berhubungan dengan topik sponsorship, kepribadian merek, dan ekuitas merek. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tentang pengaruh sponsorship dan kepribadian merek pada ekuitas merek. Kontribusi baru yang ditawarkan melalui penelitian ini terkait dengan kegiatan yang diteliti pada variabel sponsorship berupa kegiatan non-olahraga yang belum banyak diteliti sebelumnya. 2. Manfaat bagi praktisi Penelitian ini diharapkan menjadi panduan bagi para praktisi khususnya pada manajer pemasaran dalam membangun ekuitas merek di dalam benak konsumen melalui sarana sponsorship pada kegiatan tertentu, khususnya kegiatan non-olahraga. 11