BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan paru masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama di Indonesia. Beberapa penyakit paru yang menjadi permasalahan kesehatan nasional adalah ISPA sebagai penyebab kesakitan nomor 1 di Indonesia, insidensi Tuberkulosis sebagai penyebab kematian nomor 1 pada penyakit infeksi dan meningkatnya penyakit TB dengan MDR dan TB/HIV. Selain itu kecenderungan meningkatkan kasus penyakit akibat perubahan iklim (SARS, flu burung, H1N1 baru), penyakit paru akibat bencana, akibat kerja dan meningkatnya asma dan PPOK karena polusi di dalam dan luar serta asap rokok. (http://dinkes.jogjaprov.go.id) Unit Pelayanan Kesehatan Paru di Indonesia yang meliputi RS Persahabatan sebagai rujukan paru nasional, RS Paru milik Pusat dan Daerah, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) milik pusat, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) dan BP4 milik provinsi dan kabupaten/kota senantiasa berkembang untuk meningkatkan kinerja dan pelayanannya dalam berperan mengatasi permasalahan kesehatan paru di Indonesia. Namun kenyataannya, belum ada tatanan sistem rujukan secara nasional yang berjenjang yang melibatkan UPK paru tersebut diatas sehingga terkesan penanganan permasalahan kesehatan paru di Indonesia belum terintegrasi dan terpadu dalam suatu sistem. Selain itu masih belum terpadunya penanganan yang paripurna meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif di bidang Upaya Kesehatan perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat. (http://dinkes.jogjaprov.go.id). Minimnya jumlah rumah sakit khusus paru di Indonesia juga menjadi salah satu penghambat penanganan penyakit paru. Hal tersebut terlihat pada tabel di bawah ini : 1
Tabel 1.1 Tabel Rumah Sakit Paru di Indonesia No. Propinsi Nama Rumah Sakit 1. Sumatera Selatan RS. khusus paru-paru Palembang 2. Jakarta RS. Persahabatan 3. Jawa Barat RS. Khusus paru Cisarua RS. Khusus paru Rotinsulu Bandung 4. Jawa Tengah RS. Paru-paru Dr. Ario Wirawan Salatiga 5. Jawa Timur RS. Khusus Paru Batu Malang Sumber : Daftar Rumah Sakit di Indonesia.htm Tabel di atas menunjukan bahwa tidak semua pulau memiliki rumah sakit yang menangani khusus penyakit paru. Rumah sakit khusus paru banyak terdapat di Pulau Jawa. Rumah sakit khusus paru di Indonesia yang telah memberikan pelayanan terbaik salah satunya yaitu RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Hal tersebut diperkuat dengan adanya apresiasi yang diberikan oleh Menkes kepada RS Paru Dr. Ario Wirawan karena telah memberikan pelayanan pasien penyakit paru 2
dengan upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Selain itu, tenaga medis di rumah sakit ini telah melaksanakan komunikasi terapeutik yang cukup baik dalam menangani pasien penyakit paru ( http://www.depkes.go.id). Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby dalam Damaiyanti,2010). Maka di sini dapat diartikan bahwa teraupetik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Tenaga medis khususnya dokter merupakan salah satu bagian yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan pasien penyakit paru. Namun, masih banyak dokter yang belum melaksanakan tugas sebagaimana fungsinya. Salah satu tugas dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu memberikan informasi mengenai penyakit yang di derita pasien. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 7 UU Kesehatan No. 36/2009 secara tegas menentukan, setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterima dari tenaga kesehatan. Persoalan akan muncul bila dokter tidak memberikan informasi atas apa yang akan dilakukan terhadap pasiennya untuk kepentingan tindakan medis. Sebenarnya, pasien akan lebih memahami terhadap tindakan yang akan dilakukan dokter. Apabila dokter sebelumnya telah memberi informasi yang memadai mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada diri si pasien. Dalam konteks ini, komunikasi dapat menjembatani perbedaan sudut pandang antara dokter dengan pasien (http://www.radarlampung.co.id/read/). Situasi tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi dokter-klien. Rumah sakit paru Rotinsulu awalnya bernama RSTP (Rumah Sakit Tuberkulosis dan Paru) Cipaganti yang berada di Jalan Bukit Jarian 40. Rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang khusus melayani pasien penderita penyakit paru di Kota Bandung. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 3
Tabel 1.2 Tabel Data Rumah Sakit di Kota Bandung No. Nama Rumah Sakit Alamat 1. RS. Ibu & Anak Sukajadi Jl. Sukajadi 149 2. RS. Jiwa Hurip Waluyo Jl. Karang Tineung 1A 3. RS Hasan Sadikin Jl. Pasteur 38 4. RS. Mata Cicendo Jl. Cicendo 4 5. RS. Rajawali Jl. Rajawali 38 6. RS. Kebon Jati Jl. Kebon Jati 52 7. RS. Advent Jl. Cihampelas 161 8. RS. Dr. Salamun Jl. Cumbeluit 203 9. RSTP Cipaganti Jl. Bukit Jarian 40 10. RS. Ginjal Jl. Tubagus Ismail 48 11. RS. Sariningsih Jl. Martadinata 9 12. RS Jiwa Pusat Jl. Martadinata 11 13. RS. Bedah Halmahera Jl. Martadinata 28 14. RSB Limijati Jl. Martadinata 39 15. RSB Tedja Jl. Martadinata 97 16. RTB Emma Poeradiredja Jl. Sumatera No. 46-48 17. RS. Bungsu Jl. Veteran 6 18. RS. St. Yusuf Jl. Cikutra 7 4
19. RS. Pindad Jl. Gatot Subroto 517 20. RS. Sukapura Jl. Dungus Nangtung 21. RS. Muhammadiyah Jl. K. H. A. Dahlan 53 22. RSB Astanaanyar Jl. Astanaanyar 224 23. RS. Immanuel Jl. Kopo 61 24. RS. Sartika Asih Jl. Moch Toha 369 25. RS.St. Borromeus Jl. Ir. H. Djuanda 100 26. RSUD Ujungberung Jl. Rumah Sakit 22 27. RS. Al- Islam Jl. Soekarno-Hatta 644 Sumber : www.bandung.go.id Rumah sakit ini tidak terlepas dari tenaga-tenaga kesehatan yang salah satunya dokter. Karena pasien penderita penyakit paru harus memiliki perawatan yang ekstra dalam proses penyembuhan. Oleh karena itu, peranan dokter sangat di butuhkan bukan hanya secara fisik pasien tetapi psikologi pasien. Dengan kata lain, komunikasi yang baik kepada pasien akan mempengaruhi kesembuhan pasien dalam menjalankan pengobatan di RS. Paru Dr. H. Rotinsulu Bandung. Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan pada tanggal 21 Februari 2013, peneliti mensurvey secara langsung fenomena yang terjadi di RS. Paru Rotinsulu yaitu minimnya komunikasi dan interaktif antara dokter dengan pasien walaupun hal tersebut tidak terjadi pada semua dokter. Dokter hanya memeriksa pasien dan berkomunikasi seperlunya aja misalnya, menanyakan keluhannya tanpa memberikan informasi mengenai penyakit yang di derita pasien. Hal tersebut terjadi berdasarkan dari pengalaman peneliti ketika berobat di rumah sakit tersebut. 5
Dokter harus melakukan pelayanan yang lebih komunikatif dan edukatif terhadap kesehatan pasien agar tercapai kesembuhan dan kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Selain itu dokter RS. Paru Rotinsulu harus mampu berkomunikasi terapeutik pada pasien dengan tepat dan benar dalam melakukan setiap tindakan. Adapun alasan penulis mengambil pasien penyakit paru, karena pasien yang menderita penyakit paru ini sangat membutuhkan perawatan yang khusus, karena pasien yang menderita penyakit paru harus melakukan pengobatan secara rutin dan minum obat secara teratur dalam jangka waktu yang sangat lama yang apabila lupa meminum obat dalam waktu sehari akan berakibat fatal dan mengulang pengobatan dari awal. Oleh karena itu, komunikasi terapeutik sangat membantu pasien dalam melakukan pengobatan dan terapi pada pasien penyakit paru. 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan komunikasi terapeutik dokter dengan pasien penyakit paru di RS. Paru DR. H.A Rotinsulu Bandung. Dalam penelitian ini masalah yang ingin di angkat oleh peneliti adalah : 1. Bagaimana tahapan pelaksanaan komunikasi terapeutik dokter dengan pasien penyakit paru di RS. Paru Rotinsulu Bandung? 2. Bagaimana bentuk komunikasi verbal dan non verbal dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik yang dilakukan dokter dengan pasien penyakit paru? 6
1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ditetapkan tujuan untuk memfokuskan permasalahan dengan hasil akhir adalah laporan akhir. Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimana tahapan pelaksanaan komunikasi terapeutik dokter dengan pasien penyakit paru di RS. Paru Rotinsulu Bandung. 2. Untuk mengetahui pesan verbal dan non verbal yang digunakan dokter dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Aspek Teoretis (keilmuan) Memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan guna meningkatkan pengetahuan yang memperkuat teori-teori mengenai komunikasi terapeutik dokter dengan pasien. 1.4.2 Aspek Praktis (guna laksana) a. Bagi pihak manajemen RS. Paru Rotinsulu Bandung Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan untuk pihak manajemen dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan yang lebih cepat dan cermat khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia yaitu dokter. b. Dokter RS.Paru Rotinsulu Bandung Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai berkomunikasi dan memberikan pelayanan yang baik dalam penanganan pasien penyakit paru. 7
c. Bagi pasien RS. Paru Rotinsulu Bandung Hasil penelitian ini diharapkan pasien mendapatkan masukan tentang pelayanan yang sesuai dengan tindakan dokter untuk penyakit yang di derita pasien. 1.5 Tahapan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah melakukan tahap pralapangan yaitu melakukan observasi awal. Kemudian menetapkan fokus penelitian yaitu mengenai pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dan mencari teoriteori yang yang berhubungan dengan penelitian. Selanjutnya, peneliti akan melakukan pengumpulan data melalui observasi partisipasi, wawancara, studi dokumen, dan triangulasi. Setelah observasi dilakukan, peneliti dapat mengelola data dan menemukan hasil akhir dari penelitian serta menyimpulkan hasil observasi dari penelitian yang telah dilakukan. 8
Gambar 1.1 Tahapan Penelitian Mencari Ide Menetapkan Topik Studi pustaka Menentukan fokus Pra survey Kembangkan Kategori/sub kategori Mengembangkan Instrumen Narasumber, Teknik (Observasi partisipasi, wawancara, dokumentasi) Mengumpulkan data lapangan Berada di lapangan Pengelolaan data, Reduksi data, display, analisis Deskripsi, pembahasan, dan kesimpulan Periksa Keabsahan data Laporan penelitian 9
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru DR. H. A. Rotinsulu Jalan Bukit Jarian 40 Bandung. Dengan objek penelitiannya yaitu dokter dan pasien RS. Paru DR. H. A. Rotinsulu Bandung. 1.6.2 Waktu Penelitian Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlangsung dari bulan Maret September 2013. 10