BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Barat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

SKRIPSI. GAMBARAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PADA 10 BESAR ANGKA KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) merupakan upaya

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran informasi dan dukungan emosional. Dalam bidang keperawatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009maupun yang disusun tahun 2010, disebutkan bahwa salah satu

prasarana, sumberdaya manusia, kefarmasian, dan peralatan. (2)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. izin penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus Pemerintah dari Gubernur Jawa

BAB I PENDAHULUAN. harus dimiliki oleh manusia. Kesadaran akan arti pentingnya. apa yang mereka inginkan dan butuhkan (Mudayana dan

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran. Metodenya antara lain: berbicara dan mendengarkan

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I. A. Latar belakang. Hal ini dikarenakan angka kematian akibat TB masih tinggi, dimana angka

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian yang akan dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis dalam menentukan besarnya biaya operasional perusahaan, karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Muhammadiyah Yogyakarta sudah sesuai dengan undang-undang nomor 25 tahun 2009?

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien. dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENYIAPAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus dan intensif karena

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Dimana sarana kesehatan pemerintah maupun swasta semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan berkembangnya berbagai penyakit, maka kebutuhan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi


LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di. Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di seluruh dunia (Halbert et al., 2006). PPOK terjadi karena adanya kelainan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I.

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Microbacterium tuberculosis (WHO, 2012).Bakteri ini menyebar melalui droplet

Tabel 1 Kondisi Kualitas Air di Bagian Hulu dan Hilir Sungai Cikapundung Tahun

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

jaminan kesehatan nasional. (Kemenkes, 2015).

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I LATAR BELAKANG

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PERAWAT PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOGIRI

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. itu dari segi kebutuhan sandang, kebutuhan pangan, maupun kebutuhan papan

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di klasifikasikan sesuai dengan jenis kelamin, pada laki laki yaitu kanker paru, kanker prostat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sarana pelayan kesehatan yang dapat meng-cover. berbagai masalah kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai. dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan paru masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama di Indonesia. Beberapa penyakit paru yang menjadi permasalahan kesehatan nasional adalah ISPA sebagai penyebab kesakitan nomor 1 di Indonesia, insidensi Tuberkulosis sebagai penyebab kematian nomor 1 pada penyakit infeksi dan meningkatnya penyakit TB dengan MDR dan TB/HIV. Selain itu kecenderungan meningkatkan kasus penyakit akibat perubahan iklim (SARS, flu burung, H1N1 baru), penyakit paru akibat bencana, akibat kerja dan meningkatnya asma dan PPOK karena polusi di dalam dan luar serta asap rokok. (http://dinkes.jogjaprov.go.id) Unit Pelayanan Kesehatan Paru di Indonesia yang meliputi RS Persahabatan sebagai rujukan paru nasional, RS Paru milik Pusat dan Daerah, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) milik pusat, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) dan BP4 milik provinsi dan kabupaten/kota senantiasa berkembang untuk meningkatkan kinerja dan pelayanannya dalam berperan mengatasi permasalahan kesehatan paru di Indonesia. Namun kenyataannya, belum ada tatanan sistem rujukan secara nasional yang berjenjang yang melibatkan UPK paru tersebut diatas sehingga terkesan penanganan permasalahan kesehatan paru di Indonesia belum terintegrasi dan terpadu dalam suatu sistem. Selain itu masih belum terpadunya penanganan yang paripurna meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif di bidang Upaya Kesehatan perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat. (http://dinkes.jogjaprov.go.id). Minimnya jumlah rumah sakit khusus paru di Indonesia juga menjadi salah satu penghambat penanganan penyakit paru. Hal tersebut terlihat pada tabel di bawah ini : 1

Tabel 1.1 Tabel Rumah Sakit Paru di Indonesia No. Propinsi Nama Rumah Sakit 1. Sumatera Selatan RS. khusus paru-paru Palembang 2. Jakarta RS. Persahabatan 3. Jawa Barat RS. Khusus paru Cisarua RS. Khusus paru Rotinsulu Bandung 4. Jawa Tengah RS. Paru-paru Dr. Ario Wirawan Salatiga 5. Jawa Timur RS. Khusus Paru Batu Malang Sumber : Daftar Rumah Sakit di Indonesia.htm Tabel di atas menunjukan bahwa tidak semua pulau memiliki rumah sakit yang menangani khusus penyakit paru. Rumah sakit khusus paru banyak terdapat di Pulau Jawa. Rumah sakit khusus paru di Indonesia yang telah memberikan pelayanan terbaik salah satunya yaitu RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Hal tersebut diperkuat dengan adanya apresiasi yang diberikan oleh Menkes kepada RS Paru Dr. Ario Wirawan karena telah memberikan pelayanan pasien penyakit paru 2

dengan upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Selain itu, tenaga medis di rumah sakit ini telah melaksanakan komunikasi terapeutik yang cukup baik dalam menangani pasien penyakit paru ( http://www.depkes.go.id). Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby dalam Damaiyanti,2010). Maka di sini dapat diartikan bahwa teraupetik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Tenaga medis khususnya dokter merupakan salah satu bagian yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap kesembuhan pasien penyakit paru. Namun, masih banyak dokter yang belum melaksanakan tugas sebagaimana fungsinya. Salah satu tugas dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu memberikan informasi mengenai penyakit yang di derita pasien. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 7 UU Kesehatan No. 36/2009 secara tegas menentukan, setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterima dari tenaga kesehatan. Persoalan akan muncul bila dokter tidak memberikan informasi atas apa yang akan dilakukan terhadap pasiennya untuk kepentingan tindakan medis. Sebenarnya, pasien akan lebih memahami terhadap tindakan yang akan dilakukan dokter. Apabila dokter sebelumnya telah memberi informasi yang memadai mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada diri si pasien. Dalam konteks ini, komunikasi dapat menjembatani perbedaan sudut pandang antara dokter dengan pasien (http://www.radarlampung.co.id/read/). Situasi tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi dokter-klien. Rumah sakit paru Rotinsulu awalnya bernama RSTP (Rumah Sakit Tuberkulosis dan Paru) Cipaganti yang berada di Jalan Bukit Jarian 40. Rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang khusus melayani pasien penderita penyakit paru di Kota Bandung. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 3

Tabel 1.2 Tabel Data Rumah Sakit di Kota Bandung No. Nama Rumah Sakit Alamat 1. RS. Ibu & Anak Sukajadi Jl. Sukajadi 149 2. RS. Jiwa Hurip Waluyo Jl. Karang Tineung 1A 3. RS Hasan Sadikin Jl. Pasteur 38 4. RS. Mata Cicendo Jl. Cicendo 4 5. RS. Rajawali Jl. Rajawali 38 6. RS. Kebon Jati Jl. Kebon Jati 52 7. RS. Advent Jl. Cihampelas 161 8. RS. Dr. Salamun Jl. Cumbeluit 203 9. RSTP Cipaganti Jl. Bukit Jarian 40 10. RS. Ginjal Jl. Tubagus Ismail 48 11. RS. Sariningsih Jl. Martadinata 9 12. RS Jiwa Pusat Jl. Martadinata 11 13. RS. Bedah Halmahera Jl. Martadinata 28 14. RSB Limijati Jl. Martadinata 39 15. RSB Tedja Jl. Martadinata 97 16. RTB Emma Poeradiredja Jl. Sumatera No. 46-48 17. RS. Bungsu Jl. Veteran 6 18. RS. St. Yusuf Jl. Cikutra 7 4

19. RS. Pindad Jl. Gatot Subroto 517 20. RS. Sukapura Jl. Dungus Nangtung 21. RS. Muhammadiyah Jl. K. H. A. Dahlan 53 22. RSB Astanaanyar Jl. Astanaanyar 224 23. RS. Immanuel Jl. Kopo 61 24. RS. Sartika Asih Jl. Moch Toha 369 25. RS.St. Borromeus Jl. Ir. H. Djuanda 100 26. RSUD Ujungberung Jl. Rumah Sakit 22 27. RS. Al- Islam Jl. Soekarno-Hatta 644 Sumber : www.bandung.go.id Rumah sakit ini tidak terlepas dari tenaga-tenaga kesehatan yang salah satunya dokter. Karena pasien penderita penyakit paru harus memiliki perawatan yang ekstra dalam proses penyembuhan. Oleh karena itu, peranan dokter sangat di butuhkan bukan hanya secara fisik pasien tetapi psikologi pasien. Dengan kata lain, komunikasi yang baik kepada pasien akan mempengaruhi kesembuhan pasien dalam menjalankan pengobatan di RS. Paru Dr. H. Rotinsulu Bandung. Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan pada tanggal 21 Februari 2013, peneliti mensurvey secara langsung fenomena yang terjadi di RS. Paru Rotinsulu yaitu minimnya komunikasi dan interaktif antara dokter dengan pasien walaupun hal tersebut tidak terjadi pada semua dokter. Dokter hanya memeriksa pasien dan berkomunikasi seperlunya aja misalnya, menanyakan keluhannya tanpa memberikan informasi mengenai penyakit yang di derita pasien. Hal tersebut terjadi berdasarkan dari pengalaman peneliti ketika berobat di rumah sakit tersebut. 5

Dokter harus melakukan pelayanan yang lebih komunikatif dan edukatif terhadap kesehatan pasien agar tercapai kesembuhan dan kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Selain itu dokter RS. Paru Rotinsulu harus mampu berkomunikasi terapeutik pada pasien dengan tepat dan benar dalam melakukan setiap tindakan. Adapun alasan penulis mengambil pasien penyakit paru, karena pasien yang menderita penyakit paru ini sangat membutuhkan perawatan yang khusus, karena pasien yang menderita penyakit paru harus melakukan pengobatan secara rutin dan minum obat secara teratur dalam jangka waktu yang sangat lama yang apabila lupa meminum obat dalam waktu sehari akan berakibat fatal dan mengulang pengobatan dari awal. Oleh karena itu, komunikasi terapeutik sangat membantu pasien dalam melakukan pengobatan dan terapi pada pasien penyakit paru. 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan komunikasi terapeutik dokter dengan pasien penyakit paru di RS. Paru DR. H.A Rotinsulu Bandung. Dalam penelitian ini masalah yang ingin di angkat oleh peneliti adalah : 1. Bagaimana tahapan pelaksanaan komunikasi terapeutik dokter dengan pasien penyakit paru di RS. Paru Rotinsulu Bandung? 2. Bagaimana bentuk komunikasi verbal dan non verbal dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik yang dilakukan dokter dengan pasien penyakit paru? 6

1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ditetapkan tujuan untuk memfokuskan permasalahan dengan hasil akhir adalah laporan akhir. Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimana tahapan pelaksanaan komunikasi terapeutik dokter dengan pasien penyakit paru di RS. Paru Rotinsulu Bandung. 2. Untuk mengetahui pesan verbal dan non verbal yang digunakan dokter dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Aspek Teoretis (keilmuan) Memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan guna meningkatkan pengetahuan yang memperkuat teori-teori mengenai komunikasi terapeutik dokter dengan pasien. 1.4.2 Aspek Praktis (guna laksana) a. Bagi pihak manajemen RS. Paru Rotinsulu Bandung Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan untuk pihak manajemen dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan yang lebih cepat dan cermat khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia yaitu dokter. b. Dokter RS.Paru Rotinsulu Bandung Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai berkomunikasi dan memberikan pelayanan yang baik dalam penanganan pasien penyakit paru. 7

c. Bagi pasien RS. Paru Rotinsulu Bandung Hasil penelitian ini diharapkan pasien mendapatkan masukan tentang pelayanan yang sesuai dengan tindakan dokter untuk penyakit yang di derita pasien. 1.5 Tahapan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah melakukan tahap pralapangan yaitu melakukan observasi awal. Kemudian menetapkan fokus penelitian yaitu mengenai pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dan mencari teoriteori yang yang berhubungan dengan penelitian. Selanjutnya, peneliti akan melakukan pengumpulan data melalui observasi partisipasi, wawancara, studi dokumen, dan triangulasi. Setelah observasi dilakukan, peneliti dapat mengelola data dan menemukan hasil akhir dari penelitian serta menyimpulkan hasil observasi dari penelitian yang telah dilakukan. 8

Gambar 1.1 Tahapan Penelitian Mencari Ide Menetapkan Topik Studi pustaka Menentukan fokus Pra survey Kembangkan Kategori/sub kategori Mengembangkan Instrumen Narasumber, Teknik (Observasi partisipasi, wawancara, dokumentasi) Mengumpulkan data lapangan Berada di lapangan Pengelolaan data, Reduksi data, display, analisis Deskripsi, pembahasan, dan kesimpulan Periksa Keabsahan data Laporan penelitian 9

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru DR. H. A. Rotinsulu Jalan Bukit Jarian 40 Bandung. Dengan objek penelitiannya yaitu dokter dan pasien RS. Paru DR. H. A. Rotinsulu Bandung. 1.6.2 Waktu Penelitian Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlangsung dari bulan Maret September 2013. 10