BAB I PENDAHULUAN. kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian Keperawatan Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang yang dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan orang sekitar (Keliat, 2010). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai oleh amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati & Hartono, 2010). Perilaku kekerasan adalah menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara sosial. (Keliat, 2010). Perilaku kekerasaan adalah perilaku seseorang yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain secara fisik yang di sertai amuk dan gaduh yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Adapun risiko yang mungkin terjadi yaitu dapat mencederai orang lain dan lingkungan yang diakibatkan karna ketidakmampuan mengendalikan amarah secara konstruktif. Tanda dan gejala yang muncul dalam perilaku kekerasan dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain : aspek motorik (mondar-mandir, ketidakmampuan untuk diam, tangan mengepal dan meninju, rahang mengatup, pernafasan meningkat, tiba-tiba menghentikan aktifitas motorik, 1

2 merusak benda dan melukai orang lain), aspek verbalisasi (mengancam ke arah obyek nyata meminta perhtian yang mengganggu, suara keras dan tertekan, ada isi pikir delusi dan paranoid), afek (marah, permusuhan, sangat cemas, mudh tersinggung, senang berlebihan atau tidak sesuai dengan emosi labil), tingkat kesadaran (sadar, tiba-tiba perubahan status mental, disorientasi, gangguan daya ingat, ketidakmampuan mengikuti petunjuk) (Stuart &Laraia, 2006). Tanda dan gejala yang muncul dalam peilaku kekerasan berupa amarah dan tindakan yang mengancam orang lain. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan diantaranya adalah teori biologik (neurobiologik, biokimia, genetik, gangguan terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi, kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga, ketidak siapan ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai orang dewasa, adanya riwayat perilaku anti sosial), teori psikologik (teori psikoanalitik, teori pembelajran, teori sosiokultural) (Riyadi & Purwanto, 2009). Adapun faktor -faktor yang dapat mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan yaitu ekspresi diri ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas, tidak meliputi penyalahgunaan obat dan alkohol pada saat frustasi, kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan (Yosep, 2009). Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan dapat berupa gangguan pemikiran, perilaku dan mental seseorang. Perilaku yang ditunjukkan oleh klien yang menderita perilaku kekerasan diantaranya mondar-mandir, ketidakmampuan untuk diam, tangan

3 mengepal dan meninju, rahang mengatup, pernafasan meningkat, tiba-tiba menghentikan aktifitas motorik, merusak benda dan melukai orang lain, mengancam ke arah obyek nyata meminta perhatian yang mengganggu, suara keras dan tertekan, ada isi pikir delusi dan paranoid, marah, permusuhan, sangat cemas, mudah tersinggung, senang berlebihan atau tidak sesuai dengan emosi labil, sadar, tiba-tiba perubahan status mental, disorientasi, gangguan daya ingat, ketidakmampuan mengikuti petunjuk (Stuart & Laraia, 2006). Ada beberapa dampak yang ditimbulkan dari perilaku kekerasan klien yaitu merusak lingkungan, merusak orang lain dengan memukul ataupun melukai orang lain, yang lebih berpengaruh yaitu dapat merusak diri sendiri karena akan banyak orang yang menjauhi klien. World Health Organization (WHO, 2012) menyatakan, bahwa jumlah penderita gangguan jiwa didunia adalah 450 juta jiwa. Satu dari empat keluarga sedikitnya mempunyai seorang dari anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Setiap empat orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan, seorang diantaranya mengalami gangguan jiwa dan tidak terdiagnosa secara tepat sehingga kurang mendapat pengobatan dan merawat secara tepat. Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi Daerah Khusus Ibu Kota jakarta (24,3%), Nagroe Aceh Darusalam (18,5%), Sumatra Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatra Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%) (Depkes RI 2008). Data Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukan prevalensi gangguan jiwa nasional mencapai 5,6% dari jumlah

4 penduduk. Berdasar data tersebut bisa disimpulkan bahwa penderita gangguan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengan tahun 2012, angka kejadian penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah berkisar antara 3.300 orang sampai 9.300 orang. Angka ini merupakan penderita gangguan jiwa yang sudah terdiagnosa. Dilihat dari angka kejadian diatas penyebab yang paling sering timbulnya gangguan jiwa adalah dikarenakan himpitan masalah ekonomi, kemiskinan. Kemampuan dalam beradaptasi tersebutberdampak pada kebingungan, kecemasan, frustasi, perilaku kekerasan, konflik batin dan gangguan emosional menjadi faktor penyebab tumbuhnya penyakit mental (Dinkes Jateng, 2012). Berdasarkan data yang telah terkumpul oleh Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Cilacap (2014), penderita sakit jiwa atau gangguan jiwa di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah mencapai 1.485 orang. Mereka tersebar di 21 Kecamatandari 24 kecamatan yang ada. Upaya pengobatan terkendala biaya, sebagian besar penderita berasal dari keluarga miskin. Di Desa Karangsari sendiri terdapat 20 orang yang mengalami gagguan jiwa. Keluarga merupakan sekumpulan orang (rumah tangga) yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan.

5 Keluarga adalah hubungan Antara laki laki dan perempuan yang di ikat oleh suatu pernikahan yang sah dan memiliki tujuan yang sama. Peran keluarga terhadap proses penyembuhan pasien gangguan jiwa diantaranyamemberikan bantuan utama terhadap pasien gangguan jiwa, pengertian dan pemahaman tentang berbagai maninfestasi gejala gejala sakit jiwa yang terjadi pada penderita, membantu dalam aspek administrasi dan finansial yang harus di keluarkan dalam selama proses pengobatan penderita, untuk itu yang harus dilakukan keluarga adalah nilai dukungan dan kesediaan menerima apa yang sedang dia alami oleh penderita dapat dipertahankan setelah di klaim sehat oleh tenaga psikolog, psikiater, neurology, dokter, ahli gizi, terapis dan kembali menjalani hidup bersama keluarga dan masyarakat seitar (Salahudin, 2009). Peran keluarga dalam gangguan jiwa merupakan medan kontrol yang memberikan dan berkontribusi terhadap derajat sehat terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pentingnya peran keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa, tetapi dalam jalanya proses perawatan gangguan jiwa ada beberapa masalah yang seringkali dihadapi keluarga dalam merapat klien, diantaranya : hubungan interpersonal dengan lingkungan, perubahan status kesehatan salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi keluarga secara keseluruhan, pelayan kesehatan hanya berfungsi membantu klien dan keluarga mengembangkan kemampuan dalam mencegah dan menyelesaikan masalah secara adaptif, keluarga yang tidak tahu cara menangani klien (Keliat, 2010).

6 Keluarga dengan gangguan jiwa seringkali dipengaruhi oleh stigma yang terlontar dari masyarakat tentang gangguan jiwa sehingga keluarga dengan didukung masyarakat kerap melakukan tindakan yang tidak masuk akal dalam menangani pasien gangguan jiwa, seperti tindakan pemasungan atau pengurungan terhadap klien gangguan jiwa dan pengabaian terhadap hak hak dan martabat mereka sebagai manusia. Tindakan ini tidak serta merta mengurangi angka kekambuhan klien tetapi menimbulkan stressor baru bagiklien sehingga dapat memperparah kondisi mereka.pengetahuan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa juga sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan peran keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa. Berdasarkan hasil uraian di atas, peneliti bermaksud meneliti kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan risiko perilaku kekerasan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat disampaikan rumusan masalah yaitu Bagaimanakah kemampuan keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa yang mengalami risiko perilaku kekerasan di wilayah Desa Karangsari Kecamatan Adipala. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui kemampuan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa yang mengalami risiko perilaku kekerasan di wilayah Desa Karangsari, Kecamatan Adipala tahun 2017.

7 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik keluarga berdasarkan (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien) keluarga klien gangguan jiwa yang mengalami risiko perilaku kekerasan di wilayah Desa Karangsari, Kecamatan Adipala tahun 2017. b. Mengetahui karakteristik (usia, jenis kelamin, lama menderita gangguan jiwa, rutinitas berobat, jumlah kekambuhan) klien gangguan jiwa yang mengalami risiko perilaku kekerasan di wilayah Desa Karangsari, Kecamatan Adipala tahun 2017. c. Mengetahui kemampuan keluarga secara kognitif dan psikomotor dalam merawat klien gangguan jiwa yang mengalami risiko perilaku kekerasan di wilayah Desa Karangsari, Kecamatan Adipala tahun 2017. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat memberikan gambaran serta pengetahuan tentang bagaimana kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan risiko perilaku kekerasan 2. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan penulis mampu untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan di lahan secara langsung khususnya tentang kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan risiko perilaku kekerasan.

8 3. Bagi Masyarakat Masyarakat mendapatkan tambahan pengetahuan serta wawasan tentang kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan risiko perilaku kekerasan 4. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan dalam kebijakan untuk kemampuan keluarga dalam merawat klien denganrisiko perilaku kekerasan. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Nuraenah (2012), dengan judul penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Dan Beban Keluarga Dalam Merawat Anggota Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan Di RSJ Islam Klender Jakarta Timur 2012, dan menggunakan desain kuantitatif berupa descritif corelatif, dengan rancangan cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 50 orang.. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu samasama meneliti tentang perilaku kekerasan dan metode yang digunakan menggunakan desain kuantitatif berupa descritif corelatif, dengan rancangan cross sectional. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada penelitian Nuraenah (2012) membahas bukan hanya tentang periaku kekerasan tetapi juga membahas tentang beban keluarga.

9 2. Penelitian yang di lakukan oleh Arifin Puguh Waskito (2015) dengan judul Peran Keluarga Terhadap Proses Penyembuhan Pasien Perilaku Kekerasan Di Panti Rehabilitas Mental Wisma Budi Makarti Boyolali, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif femonology, dengan partisipan berjumlah 3 keluarga. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang di lakukan Arifin Puguh Waskito yaitu penelitian menggunakan metodekualitatif dengan pendekatan deskriptif femonology, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode desain kuantitatif berupa descritif corelatif, dengan rancangan cross sectional.. Persamaan dari penelitian ini adalah sama sama meneliti tentang perilaku kekerasan. 3. Penelitian yang di lakukan oleh Rizka fawzi, Ns.Arief Nugroho s.kep, Supriyadi MN (20012), dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Sosial Pasien Dengan Perilaku Sosial, penelitian ini menggunakan metode desain kuantitatif berupa descritif corelatif, dengan rancangan cross sectional dengan sampel sebanyak 72 diambil secara random sampling. Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode desain kuantitatif berupa descritif corelatif, dengan rancangan cross sectional, sedangkan perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan di lakukan adalah penelitian Rizka fawzi, Ns.Arief Nugroho s.kep, Supriyadi MN meneliti tentang dukungan keluarga sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah kemampuan keluarga.

10 4. Penelitian dilakukan oleh Sateesh R Koujalgi dan Shobhadevi R Patil (2013) dengan judul Family Burden in Patient with Schizophrenia and Depressive Disorder:A Comparative Study dengan menggunakan desain kuantitatif berupa descriptif corelatif dengan rancangan cross sectional dengan sampel sebanyak 200 diambil secara purposive sampling. Persamaan dari penelitian ini adalah sama sama menggunakan metode descriptif corelatif dengan rancangan cross sectional, sedangkan perbedaan penelitian dengan yang akan dilakukan adalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban keluarga pada keluarga penderita skizofrenia dan membandingkannya dengan pasien yan memiliki gangguan depresi.