BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan. kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

"#% tahun untuk membuka diri dan melakukan pemulihan bagi kesehatannya, subjek AA sudah 5 tahun hidup sebagai ODHA dan masih berusaha untuk memaafkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB V. Kesimpulan, Diskusi Dan Saran. hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

DRAF WAWANCARA. Jumlah Anak. 4. Apakah suami anda memperkenalkan istri mudanya kepada keluarga anda?

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

PENDAHULUAN Latar Belakang

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kejadian yang sakral bagi manusia yang menjalaninya.

5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dimensi yang dominan. Berikut adalah kesimpulannya : Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat :

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari masa prenatal sampai datangnya masa kematian. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI SELATAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

INDEKS KEBAHAGIAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN JAWA TENGAH TAHUN 2017

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kehamilan di luar nikah yang terjadi di tempat PKL (Praktek kerja lapangan).

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik

BAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dari bagian awal penelitian ini dijelaskan mengenai pembahasan yang hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling pada pasangan suami istri yang menikah usia dini. Oleh karena itu, pada bagian terakhir ini, peneliti akan membahas mengenai permasalahan tersebut dan kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi serta saran untuk penelitian sejenis selanjutnya. 5.1. Kesimpulan Kondisi psychological well-being setiap pasangan suami istri dalam penelitian ini memiliki keunikan, dimana hal tersebut dilihat oleh penghayatan setiap pasangan terhadap status sosial ekonomi, pendidikanya, pengalaman, penyesalan dimasa lalu dan dukungan sosial yang diterima setiap pasangan suami istri dari lingkungan sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan dinamika psychological well-being pada masing-masing pasangan. Pasangan F memiliki kondisi psychological well-being yang lebih baik di bandingkan dengan pasangan A, B, C, D, dan E Dapat dilihat pada pasangan F adalah baik suami dan istri yang sama-sama memperlihatkan kondisi yang baik pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, otomomi, tujuan hidup dan penguasaan lingkungan. Sedangkan pada dimensi lain terdapat dinamika yang berbeda pada masing-masing pasangan. 184

Kondisi psychological well-being yang baik dari pasangan F, ditunjukan melalui penerimaan diri yang baik, pandangan positif terhadap diri sendiri dan pengalaman masa lalunya. Pasangan F memiliki hubungan yang dekat dengan orang sekitarnya, kemandirian dalam mengambil keputusan dan membuat standar pribadi untuk dirinya sendiri, kemampuan mengatur lingkungan dan keadaan yang baik, serta memiliki tujuan hidup. Walaupun dilihat dari pertumbuhan pribadi, suami kurang tertarik untuk mempelajari hal baru. Lain halnya dengan istri yang sangat terbuka dengan pengalaman baru dan memiliki prinsip yang kuat dalam menjalani kehidupan yang lebih baik saat ini. Istri juga selalu bersyukur terhadap apa yang telah ia dapatkan selama hidupnya, memiliki optimisme untuk menjadi lebih baik pada masa yang akan datang. Kondisi psychological well-being yang pasangan A, ditunjukan bahwa suami yang dapat menjalin hubungan yang dekat dengan orang sekitarnya terutama kedua orang tuanya. Namun lain halnya dengan istri, Ia kurang menjalin hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya terutama ibu. Jika di lihat dari dimensi penerimaan diri yang terlihat rendah, hal ini dikarenakan istri kurang menerima keadaan pada masa lalunya atas perceraian kedua orang tuanya. Istri tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian sehingga membuatnya merasa kecewa dan kurang puas dalam menjalani kehidupan. Namun disisi lain pasangan A memiliki kemandirian yang baik dan mampu untuk menentukan tujuan berperilaku, memiliki prinsip yang kuat, kemampuan dalam mengatur lingkungan dan keadaan yang baik, memiliki tujuan dalam mejalani hidup, serta memiliki pertumbuhan pribadi yang baik. 185

Kondisi psychological well-being dari pasangan B tidak lebih baik dari pasangan A dimana dari enam dimensi yang disebutkan oleh Ryff, pasangan B hanya sedikit menunjukan kondisi yang baik pada semua dimensi tersebut. Secara penerimaan diri, baik suami dan istri kurang menerima keadaan baik saat ini maupun pengalaman masa lalunya. Pasangan B mengungkapkan faktor ekonomi yang membuat mereka merasa kekecewaan dan kurang puas dalam menjalani kehidupan ini atas apa yang terjadi. Dalam menjalani hubungan dengan orang lain dan penguasaan lingkungan, suami bisa lebih baik dibandingkan istri. Istri hanya sedikit memiliki hubungan dekat, Ia cenderung menghindar dari lingkungannya karena merasa minder tidak bisa seperti orang lain, Ia berharap menjadi orang lain yang lebih baik. Pada dimensi kemandirian istri menunjkan tingkat yang lebih baik. Dapat terlihat bahwa sejak lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) istri sudah mampu mencari nafkah untuk membantu ekonomi keluarganya. Sama halnya dengan suami yang sejak usia 12 tahun sudah mampu bekerja dan mencari uang sendiri. Namun dalam hal ekonomi, menentukan tujuan berperilaku, mencari solusi ketika terjadi masalah dalam rumah tangga, suami masih bergantung dengan orang tuanya. Dalam dimensi pertumbuhan pribadi pada pasangan B masih kurang baik, saat ini baik suami dan istri mengungkapkan belum memiliki perubahan terbesar dalam kehidupanya. Kondisi psychological well-being pasangan C, ditunjukan melalui hubungan yang dekat dengan orang sekitarnya terutama kedua orang tua dan mertua, memiliki empati terhadap orang-orang sekitar, keteguhan istri dalam pendirian dan kemampuan membuat penilaian untuk standar pribadi untuk dirinya 186

sendiri cukup baik dibandingkan suami yang masih kurang, hal ini dapat dilihat bahwa suami belum bisa mengambil keputusan dalam berperilaku, dalam menyelesaikan masalah rumah tangganya suami selalu meminta bantuan kepada orang tua. Dalam dimensi penerimaan diri pun baik suami dan istri masih kurang, adanya rasa penyesalan dan kecewa pada pengalaman di masa lalu. Namun pasangan C sudah memiliki tujuan hidup dan mereka mampu untuk terbuka pada pengalaman baru,serta ingin terus berusaha mencapai cita-cita yang diinginkan. Kondisi psychological well-being dari pasangan D tidak lebih baik dari pada pasangan A, B, C. Dapat dilihat pada dimensi penerimaan diri, baik suami maupun istri menunjukan tingkat yang rendah. Mereka merasa menyesal atasa apa yang terjadi pada pengalaman masa lalunya, dan dalam hal ekonomi merasa kurang puas, masih banyak hal yang belum bisa dicapai. Dalam membangun hubungan yang dekat dengan sekitarnya pun pasangan D masih rendah. Komunikasi yang terjadi antara suami istri, orang tua, dan mertua tidak dapat terjalin dengan baik. Pasangan D merasa bahwa pernikahanya saat ini tidak harmonis. Pada dimensi kemanidrian istri menunjukan peningkatan yang lebih baik dibandingkan sebelum menikah, kemandirian dalam mengambil keputusan, dan standar pribadi untuk dirinya sendiri cukup baik, Ia juga memiliki prinsip yang kuat dalam menjalani kehidupan. Lain halnya dengan suami yang masih kurang dalam menentukan tujuan berperilaku, dalam menyelesaikan masalah rumah tangga suami masih kesulitan dan ia akan meminta bantuan kepada orang lain dalam meyelesaikan masalahnya. Saat ini dalam hal ekonomi suami masih bergantung dengan istri. Jika dilihat dari dimensi penguasaan lingkungan 187

dan tujuan hidup, serta pertumbuhan pribadi sudah cukup baik. Pasangan D sudah mampu mengatur lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka memiliki cita-cita atau target dalam hidupnya, Istri sudah mampu mengembangkan potesi yang ada dalam dirinya, serta ia bisa terbuka terhadap pengalaman baru. Sama halnya dengan suami, juga memiliki cita-cita dalam mencapai tujuan hidup, memiliki niat untuk mengembangkan potenisnya. Namun saat ini suami belum mampu merealisasikan potensinya tersebut. Kondisi psychological well-being dari pasangan E tidak lebih baik dari pasangan A, C. Pada dimensi penerimaan diri, baik suami dan istri sama-sama merasa bahwa masih kurang puas dengan kehidupan yang di jalani saat ini. Suami merasa kecewa dan menyesal atas perbuatanya di masa lalu, istri mengungkapkan masih banyak hal yang belum ia capai salah satunya membahagiakan kedua orang tuanya, namun di satu sisi istri tidak pernah menyesal atas keputusanya menikah usia dini, karena saat ini ia sudah bisa mendidik kedua anaknya dengan baik. Dalam menjalin hubungan dengan orang sekitarnya pasangan E sudah mampu menjalin dengan baik. Sedangkan kemandirian suami masih kurang, karena saat ini semua kehidupan baik dalam hal ekonomi, finansial pasangan E masih bergantung dengan orang tua, saat suami belum memiliki pekerjaan. Jika terjadi masalah dalam rumah tangga, suami akan meminta bantuan kepada orang tua untuk menyelesaikan masalah, Ia belum mampu untuk menentukan tujuan dalam berperilaku. Namun lain halnya dengan istri, walaupun saat ini kehidupanya masih bergantung dengan mertua, Ia tetap berusaha sebisa mungkin untuk membantu perekonomian keluarga dengan berdagang, saat ini istri juga mengurus 188

kedua anaknya sendiri. Pada dimensi penguasaan lingkungan, suami belum mampu untuk menyesuaikan dengan lingkungan di sekitar. Lain halnya dengan istri yang mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, pasangan E memiliki tujuan dan cita-cita dalam mencapai keinginan mereka. Pasangan E juga sangat terbuka terjadap pengalaman baru, karena menurut mereka pengalaman baru akan menambah ilmu dan wawasan. Pasangan E juga memiliki ketrampilan dan potensi maisng-masing, namun untuk saat ini suami belum mampu untuk merealisasikan potensinya, lain halnya dengan istri yang sudah mencoba untuk merealisasikan potensi yang dimiliki. Berdasarkan hasil perbandingan psychological well-being pada pasangan yang menikah usia dini. Peneliti mendapatkan dinamika psychological well-being yang beragam pada masing-masing kategori, seperti pada kategori usia tingkat psychological well-being cenderung rendah pada usia remaja dan paruh baya. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat psychological well-being lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Berdasarkan dukungan sosial orang terdekat, tingkat psychological well-being yang lebih tinggipada pasangan yang menikah dengan adanya dukungan dari orang tredekat dibandingkan dengan pasangan yang menikah tanpa adanya dukungan dari orang terdekat. Berdasarkan ststus sosial ekonomi. Tingkat psychological well-being lebih tinggi pada pasangan dengan ststus social ekonomi yang cukup dibandingkan pasangan dengan kondisi ekonomi yang kurang. Berdasarkan pendidikan terakhir, tingkat psychological well-being lebih tinggi pada pasangan yang menempuh 189

pendidikan terakhir SMA, dibanding dengan mereka yang menempuh pendidikan SD. Berdasarkan status pekerjaan, tingkat psychological well-being lebih tinggi pada pasangan yang suah memiliki pekerjaan tetap disbanding dengan pasangan yang belum memiliki pekerjaan tetap. Berdasarkan pengalaman, tingkat psychological well-being lebih tinggi pada pasangan yang mampu terbuka pada pengalaman baru dibanding dengan pasangan yang tidak terbuka pada pengalaman baru. 5.2. Diskusi Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa masing-masing pasangan memiliki kondisi psychological well-being yang berbeda-beda. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan pengalaman masa lalu, dan penghayatan pasangan tentang kesedihan dan penyesalan terhadap masa lalu, seperti yang ditemukan oleh Ryff (1989) bahwa pengalaman hidup yang ditemui sehari-hari dan interpretasi terhadap pengalman tersebut merupakan pengaruh utama dalam pertumbuhan dan perkembangan psychological well-being. Hal ini dapat dilihat dari pasangan A, B, C, D, E yang merasakan pengalaman kurang menyenangkan yang menimbulkan penyesalan dalam hidupnya. Kelima pasangan tersebut memiliki kondisi yang rendah pada aspek penerimaan diri. Untuk dimensi hubungan positif dengan orang lain, otonomi, tujuan hidup, penguasaan lingkungan dan pertumbuhan pribadi setiap pasangan memiliki kondisi yang berbeda-beda. 190

Disamping itu, tingkatan status sosial ekonomi juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan kondisi psychological well-being pada keenam pasangan dalam penelitian ini. Tingkat status sosial ekonomi mereka yang rendah cenderung melakukan perbandingan sosial dengan orang lain. Namun tidak selamanya perbandingan sosial ini membuat mereka merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain (Ryff 1989). Beberapa pasangan dalam penelitian ini memperlihakan bahwa perbandingan sosial ini membuat mereka menjadi rendah diri, tidak menyukai diri sendiri dan pasrah dalam hidupnya. Namun peneliti melihat bahwa tingkat sosial ekonomi yang sama diantara pasangan, beberapa diantaranya menjadikan hal tersebut sebagai motivasiya untuk menjadi lebih baik di masa depan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kondisi psychological well-being keenam pasangan ini dipengaruhi oleh bagaimana para pasangan menghayati perekonomian yang dialami. Selain kedua hal tersebut, bebrapa diskusi lain yang menjadi perhatian peneliti adalah dukungan sosial yang diterima dari lingkungan. Dukungan sosial merupakan hal yang berkatian dengan rasa nyaman, perhatian, penghargaan atau pertolongan. Lingkungan sekitarpun sangat berperan penting dalam membantu setiap subjek untuk menumbuhkan rasa percaya diri serta mampu menerima keadaan serta membantu para subjek merasa berharga kembali seperti awalnya tetapi tanpa melihat masa lalunya, hal tersebut didapatkan dari orang-orang yang ada disekeliling kita seperti pasangan, keluarga, teman, tetangga, komunitas masyarakat. Dukungan sosial yang didapatkan oleh pasangan F, C, dan E dari 191

orang tua, keluarga, dan teman-teman sekitarnya, membuat mereka memiliki psychological well-being yang baik. 5.3 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis maka dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 1. Saran Teoritis a. Peneliti menyadari bahwa karena keterbatasan waktu yang dimiliki, sehingga hasil penelitian ini masih belum sempurna. Peneliti menyarankan perlunya dilakukan penelitian sejenis dengan lebih beragam, serta wawancara dan observasi yang lebih mendalam. b. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk lebih memperkaya pertanyaan dalam wawancara agar dapat terlihat lebih jelas, faktor, aspek yang mempengaruhi penerimaan diri masing-masing pasangan. c. Peneliti selanjutnya pun diharapkan mampu menggunakan teknik probing yang mendalam untuk menggali perasaan dan pengkhayatan subjek lebih dalam lagi. 2. Saran Praktis Untuk para orang tua hendaknya memberikan pengertian dan motivasi agar anak tersebut mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Baik perempuan maupun laki-laki dapat melanjutkan perkembanganya 192

secara fisik, mental, sosial, sesuai dengan umurnya. Sebaiknya masyarakat yang mau melaksanakan perkawinan, mempertimbangkan usia perkawinan minimal umur 21 tahun untuk perempuan dan umur 25 tahun untuk laki-laki. Peneliti juga mengajukan saran praktis yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam penelitian ini, salah satu dimensi yang penting dalam mempengaruhi kondisi psychological wellbeing seseorang dalam penerimaan terhadap masa lalu dan sosial ekonomi yang dialami. Penerimaan terhadap pengalaman masa lalu dan kondisi sosial ekonomi akan membantu mereka untuk dapat menghadapi kondisi kehidupan mereka dengan lebih baik. Di samping itu, penerimaan diri yang baik pula akan meningkatkan aspek psychological well being yang lain, seperti pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup. Oleh karena itu, kita dapat membantu mereka dengan memberikan dukungan, penghargaan, rasa nyaman tanpa membedakan status sosial ekonomi dan keterbatasan lainya. 193