BAB II TELAAH PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal.

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat oleh perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB II LANDASAN TEORI. diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai kepentingan. Oleh karena itu, kualitas dari suatu laporan. penggunanya dalam mengambil keputusan yang diinginkan.

I. PENDAHULUAN. Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh tingkat laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Teori Agensi / Keagenan (Agency Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Perkembangan teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham atau kepada pihak eksternal yang memiliki kepentingan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. implikasi sangat besar terhadap penilaian aset perusahaan. Konservatisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang lain. Maka dalam tinjauan ini dicantumkan hasil-hasil penetian

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dibayarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam akuntansi (Sterling, 1970), seperti membatasi perilaku oportunistik manajer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya. Laporan keuangan merupakan produk

PENGARUH KONFLIK BONDHOLDERS SHAREHOLDERS TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat para manajer perusahaan harus lebih kreatif dalam menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan

BAB I Perusahaan yang biasa kita kenal dengan sebutan perusahaan go public, akan

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut PSAK no.1 Revisi 2013 paragraf 7,

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB 1 PENDAHULUAN. optimal bagi perusahaan. Kinerja manajemen dapat tercermin dalam laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki oleh perusahaan. Informasi mengenai laporan keuangan perusahaan. kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam dua bentuk yaitu antara pemilik perusahaan (principal) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi-informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya terdapat laporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan diterapkannya. Menurut Azouzi dan Jarboui (2012) riset tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. sebelum melakukan penilaian yang baik terhadap emiten. Pada umumnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice (praktik

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi.

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kredibilitas yang dijunjung tinggi, mempunyai kualitas bagus dan harus bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

ANALISIS PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORIAKUNTANSI POSITIF

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Perusahaan memperoleh modal dari luar perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dalam dua pilihan atau lebih terhadap teknik akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

ANALISIS PERBEDAAN PENGATURAN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) PADA KONDISI LABA DAN RUGI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI INDONESIA

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

Transkripsi:

7 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 1. Teori Agensi Teori agensi merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan saat ini. Teori agensi merupakan teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Prinsipal sebagai pemegang saham sedangkan agen sebagai manajer. Prinsipal mengontrak agen untuk melakukan pengelolaan sumber daya dalam perusahaan. Dengan kata lain prinsipal yang menyediakan fasilitas dan dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Agen berkewajiban melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan, selain itu agen juga berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. Sedangkan prinsipal mempunyai kewajiban untuk memberikan imbalan atas tugas yang telah dibebankan kepada agen. Hubungan tersebut menyebabkan pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan pengendalian di pihak manajemen ( Jensen dan Meckling dalam Bayu, 2010). Penyebab konflik antara manajer dan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Elqorni (2009) menyatakan bahwa teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan sendiri. Pemegang saham atau

8 pemilik diasumsikan sebagai prinsipal hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di perusahaan. Sedangkan agen tertarik pada kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah pada ketidakseimbangan informasi atau kurang lengkapnya informasi (asymetrical information), karena asumsinya agen memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dari pada prinsipal, dengan kata lain agen (manajer) sebagai pengelola lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan prinsipal (pemilik). Menurut Elqorni (2009) terdapat tiga masalah utama dalam hubungan agensi yaitu, kontrol pemegang saham kepada manajer, biaya yang disertai hubungan agensi, dan menghindari serta meminimalisasi biaya agensi. Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu memperoleh sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara prinsipal dan agen. Oleh karena itu manajer berkewajiban memberikan sinyal kepada prinsipal mengenai kondisi ekonomi perusahaan. Sinyal tersebut dapat disampaikan melalui informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Namun karena perbedaan kepentingan, terkadang informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Asimetri antara agen (manajer) dengan prinsipal (pemilik) mendorong agen bertindak oportunis, yaitu memperoleh kepentingan pribadi.

9 2. Teori Akuntansi Positif Pemilihan metode konservatisme tidak terlepas dari kepentingan manajer. Teori Akuntansi Positif adalah teori yang memprediksi tindakan-tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer merespon terhadap usulan standar akuntansi yang baru. Untuk mengoptimalkan kepentingannya dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Mayangsari dan Wilopo (2002) mengatakan bahwa dukungan manajemen terhadap konservatisme diduga berkaitan dengan moivasi ini. Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi. Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman, 1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untukmenganalisa teori akuntansi dalampendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman, 1986) : 1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atauasumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.

10 2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas. 3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam system perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengemdali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien. Selanjutnya Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dsar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi untuk pengembangan teori akuntansi di kemudian hari. Teori akuntansi positif memprediksi bahwa manajer mempunyai kecenderungan menaikkan laba untuk menyembunyikan kinerja buruk. Kecenderungan manajer untuk menaikkan laba dapat didorong oleh adanya masa kerja terbatas manajer, kewajiban terbatas manajer (Watt 2003a). Pemegang saham dan kreditur berusaha menghindari kelebihan pembayaran kepada manajer dengan meminta penyelenggaraan akuntansi yang konservatif (Watts,2002; 2003a). Teori akuntansi positif dalam Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan bahwa ada tiga hubungan keagenan : 1. Antara manajemen dengan pemilik (pemegang saham). Apabila manajeman memiliki jumlah saham yang lebih sedikit dibanding dengan investor lain, maka manajer akan cenderung melaporkan laba lebih tinggi

11 atau kurang konservatif. Hal ini dikarenakan prinsipal (pemegang saham) menginginkan dividen dari saham yang dimilikinya. Sedangkan karena agen (manajer) ingin dinilai kinerjanya bagus dan mendapatkan bonus, maka manajer melaporkan laba yang lebih tinggi. Namun jika kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor lain, maka manajemen cenderung melaporkan laba kebih konservatif. Karena rasa memiliki manajer terhadap perusahaan itu cukup besar, maka manajer lebih berkeinginan untuk memperbesar perusahaan. Dengan metode konservatif, maka akan terdapat cadangan tersembunyi yang cukup besar untuk meningkatkan jumlah investasi perusahaan. Aset diakui dengan nilai terendah,ini berarti nilai pasar lebih besar dari pada nilai buku. 2. Antara manajemen dengan kreditur. Manajemen cenderung melaporkan labanya lebih tinggi, karena pada umumnya kreditur beranggapan bahwa perusahaan dengan laba yang tinggi akan melunasi utang dan bunganya pada tanggal jatuh tempo. Dengan kata lain kreditur beranggapan akan mengurangi tingkat resiko utang tidak dibayar. Kreditur melihat laba yang lebih tinggi cenderung akan mudah dalam memberikan pinjaman. 3. Antara manajemen dengan pemerintah. Manajer cenderung melaporkan labanya secara konservatif. Hal ini dikarenakan untuk menghindari pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah, para analis sekuritas dan pihak yang berkepentingan lainnya. Pada umumnya perusahaan yang besar dibebani oleh beberapa konsekuensi, misalnya harus

12 menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dan harus membayar pajak yang lebih tinggi. 3. Konservatisme Akuntansi Dalam penyajian laporan keuangan, akuntan dapat memilih metode akuntansi apa yang diterapkan. Menurut Fivi dan Ira (2008) mengatakan definisi konservatisme adalah memilih prinsip akuntansi yang mengarah pada minimalisasi laba kumulatif yang dilaporkannya itu mengakui laba lebih lambat, mengakui pendapatan lebih cepat, menilai aset dengan nilai terendah dan menilai kewajiban dengan nilai yang tinggi. Kieso dan Weygandt (2002) mendefinisikan bahwa konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian yang dihadapkan pada pilihan solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan pendapatan yang terlalu tinggi bagi aktiva dan laba. Konservatisme berarti jika ragu, pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan pendapatan yang terlalu tinggi bagi aset dan laba. Sedangkan menurut Belkaoui (2011:288) mendefinisikan konservatisme sebagai suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip ini menganggap ketika memilih antara dua atau lebih teknik. Akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditujukan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham. Prinsip ini menganggap bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendpatan serta nilai tertinggi dari kewajibandan beban sebaiknya dipilih untuk dilaporkan.

13 Konservatisme dalam pelaporan dibedakan menjadi dua bagian yaitu konservatisme dari prinsip akuntansi berterima umum (Conservatism of GAAP) dan konservatisme diskresioner. Konservatisme dari PABU adalah konservatisme yang ditentukan oleh standar para manajer, contohnya manajer diwajibkan menggunakan nilai terendah dari cost atau pasar (lower of cost or market) untuk menilai persediaan, mencatat kerugian dan biaya dengan segera tetapi tidak untuk laba. Sedangkan konservatisme diskresioner adalah konservatisme yang dihasilkan dari keleluasaan manajer dalam pelaporan, contohnya dalam mengestimasi tingkat keusangan persediaan. Jadi konservatisme akuntansi itu mengukur aktiva dan laba dengan kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang dilingkupi suatu ketidakpastian yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan untuk memberikan manfaat bagi pengguna laopran keuangan. Berdasarkan definisi-definisi yang ada, maka praktek konservatisme akuntansi sering memperlambat atau menunda pengakuan pendapatan yang mungkin terjadi. Sementara itu dalam penilaian asset dan utang, asset dinilai pada nilai yang paling rendah dan sebaliknya, utang dinilai pada nilai yang paling tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa konservatisme merupakan salah satu kendala pengukuran. 4. Kontroversi Dalam Konservatisme Banyak kritik mengenai kegunaan konsep konservatisme berkaitan dengan kualitas laporan keuangan, karena penggunaan metode yang konservatif akan

14 menghasilkan angka-angka yang cenderung bias dan tidak mencerminkan realita. Pemikiran serta bukti empiris menunjukkan masih terdapat kontroversi mengenai manfaat angka-angka akuntansi yang konservatif. Terdapat dua pandangan yang bertentangan mengenai manfaat konservatisme akuntansi, yaitu : a. Akuntansi konservatif bermanfaat Konservatisme tetap digunakan dalam praktik akuntansi dan disiarkan untuk tetap digunakan. Ratna Dewi (2004:211) menyatakan bahwa Akuntansi konservatif akan menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara pihak-pihak dalam perusahaan maupun luar perusahaan, karena konservatisme dapat membatasi tindakan manajer untuk membesar-besarkan laba serta memanfaatkan informasi yang asimetri ketika menghadapi klaim atas aktiva perusahaan. Konservatisme juga berperan mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan pemegang saham akibat kebijakan deviden yang diterapkan oleh perusahaan. Selain itu konservatisme memiliki nilai yang digambarkan dalam laporan keuangan perusahaan, bahwa perusahaan tersebut menggunakan prinsip konservatisme sehingga dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan. b. Akuntansi Konservatif Tidak Bermanfaat Meskipun prinsip konservatisme telah diakui sebagai dasar laporan keuangan di Amerika Serikat, namun terdapat manfaat konservatisme yang masih meragukan, yaitu : Fivi anggraini dan Ira (2008:26) bahwa Konservatisme sebagai sistem akuntansi yang bias. Pendapat ini dipicu oleh definisi akuntansi yang mengakui biaya dan

15 kerugian lebih cepat, mengakui pendapatan dan keuntungan lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi. Selain itu konservatisme menghasilkan kualitas laba yang rendah dan kurang relevan, dimana konservatisme mempengaruhi kualitas amgka-angka yang dilaporkan di neraca maupun laba dalam laporan laba rugi. Ketika perusahaan meningkatkan jumlah investasi, maka akuntansi konservatif akan menghasilkan perhitungan laba yang lebih rendah. Akuntansi konservatif juga akan menciptakan cadangan yang tidak tercatat, sehingga memungkinkan manajemen lebih leluasa melaporkan angka laba di masa mendatang. 5. Konservatisme Akuntansi Dalam PSAK Di dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan ada beberapa metode yang dapat dipilih perusahaan untuk menerapkan prinsip konservatisme dalam melaporkan laporan keuangannya. Hal tersebut akan mengakibatkan angkaangka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung konservatif, antara lain : 1. PSAK No. 14 (Revisi 2008) yang mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan. Perhitungan biaya persedian dengan menggunakan metode FIFO (First In First Out) adalah perhitungan yang dapat menghasilkan laba lebih besar daripada metode LIFO (Last In First Out) dan rata-rata tertimbang. Hal ini disebabkan biaya persedian yang besar menyebabkan harga pokok penjualan kecil, sehingga yang besar menyebabkan harga pokok penjualan yang kecil, sehingga laba yang dihasilkan besar. Oleh

16 karena itu, metode FIFO merupakan metode optimis jika dibandingkan dengan metode LIFO yang menghasilkan angka laba lebih rendah (Dewi, 2004). Karena laporan laba rugi fiskal hanya mengakui dua metode penyusutan yaitu metode FIFO dan rata-rata tertimbang, maka metode rata-rata tertimbang merupakan metode yang paling konservatif. Hal ini dikarenakan biaya persediaan akhir lebih kecil yang mengakibatkan harga pokok penjualan menjadi besar sehingga laba yang dihasilkan menjadi kecil. 2. PSAK No. 16 (Revisi 2011) tentang asset tetap yang menyatakaan bahwa berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu asset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balancing method), dan metode jumlah unit (sum of the method). Estimasi suatu asset didasarkan pada pertimbangan manajemen yang berasal dari pengalaman perusahaan saat menggunakan asset serupa. 3. PSAK No.20 tentang biaya riset dan pengembangan, apabila biaya riset dan pengembangan diakui sebagai beban daripada sebagai asset, maka akuntansi yang diterapkan cenderung konservatif. Karena jika biaya yang terjadi diakui sebagai beban, maka laba yang dihasilkan di dalam laporan keuangan menjadi kecil. Sebaliknya, bila biaya yang terjadi diakui sebagai aset, maka laba yang dihasilkan besar dan akuntansi menjadi tidak konservatif. Konservatisme merupakan prinsip yang

17 masih kontroversial diantara peneliti. Ada pihak yang berpendapat bahwa konservatisme dalam akuntansi merupakan prinsip yang bermanfaat. Namun, sebagian peneliti lainnya berpendapat bahwa konservatisme dalam akuntansi merupakan prinsip yang tidak bermanfaat. 6. Dampak Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Prinsip Konservatisme Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas, kerena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak berlebihan. Dalam praktiknya, manajemen menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan menghitung depresiasi yang tinggi, yang akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen, yang berarti tidak mempunyai efek sementara pada penurunan laba yang akan berbalik pada masa yang akan datang. Watts (2003a) dalam Dwi Yana (2007) mengatakan penurunan aktiva bersih yang relatif permanen merupakan tanda konservatisme akuntansi, sehingga dapat dikatakan bahwa konservatisme akuntansi menghasilkan laba yang lebih berkualitas, karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak berlebihan.

18 Konservatisme akuntansi mencerminkan kebijakan akuntansi yang permanen, secara empiris penelitian menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajeman menerapkan akuntansi konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan metode akuntansi atau perubahan estimasi. Penurunan laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Laporan keuangan yang disusun dengan cara konservatif akan menyajikan informasi nilai perusahaan, sehingga akan membantu investor dan kreditor dalam mengambil keputusan. 7. Struktur Kepemilikan Manajerial Struktur kepemilikan manajerial merupakan presente sejumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan dengan jumlah saham yang dimiliki eksternal. Besar kecilnya struktur kepemilikan saham dapat mempengaruhi kebijakan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Keputusan metode akuntansi yang digunakan juga tidak lepas dari struktur kepemilikan saham. Apabila struktur kepemilikan saham manajer lebih rendah dari kepemilikan saham eksternal, maka metode akuntasnsi yang digunakan akan cenderung lebih optimis atau kurang konservatif. Hal ini ditambah apabila terdapat tekanan dari pasar modal yang menyebabkan perusahaan melaporkan laba yang tinggi walaupun laba tersebut bukan menggambarkan keadaan ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Manajer ingin agar kinerja yang mereka hasilkan dinilai baik oleh pemegang

19 saham yang mempunyai kepemilikan saham yang lebih besar darinya, sehingga pemegang saham percaya bahwa deviden yang akan meraka dapatkan juga tinggi dilihat dari laba yang tinggi pula. Biasanya target suatu perusahaan diorientasikan dengan laba, maka semakin tinggi laba, kinerja manajemen akan dinilai semakin baik sehingga manajer mendapat bonus yang lebih banyak (dengan asumsi terdapat perjanjian bonus plan). Hal tersebut yang mendorong manajer melaporkan laba lebih besar (Suaryana, 2008). Sebaliknya, bila kepemilikan manajerial lebih tinggi dibanding pihak eksternal, maka perusahaan akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang konservatif. Rasa memiliki manajemen terhadap perusahaan yang tinggi membuat mereka tidak ingin melaporkan laba secara berlebihan. Karena laba yang dinilai tidak berlebihan, maka akan terdapat cadangan dana yang tersembunyi yang dapat digunakan perusahaan untuk memperbesar perusahaan dengan meningkatkan jumlah investasi. Dengan adanya peningkatan nilai perusahaan tersebut, diharapkan investor maupun calon investor dapat menilai perusahaan secara positif sehingga tertarik untuk menanamkan investasi baru. 8. Ukuran Perusahaan Perusahaan yang tergolong besar memiliki sistem manajemen yang lebih kompleks dan profit yang tinggi daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar memiliki lebih banyak masalah dan kemungkinan risiko yang lebih tinggi. Perusahaan yang besar juga akan dihadapkan pada biaya politis yang tinggi, sehingga untuk mengurangi biaya politis tersebut perusahaan lebih

20 menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif atau pernyataan laba yang disajikan tidak berlebihan. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi tingkat biaya politis yang dihadapi perusahaan, sehingga akan mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif (Wardhani, 2008). Pemerintah selaku penentu kebijakan, dimana perusahaan tersebut terdiri di suatu negara akan lebih mengawasi perusahaan yang besar. Pemerintah akan mendorong perusahaan untuk membayar pajak yang tinggi seiring dengan laba yang tinggi yang dihasilkan secara relatif permanen oleh perusahaan tersebut. Selain itu, pemerintah juga akan meminta perusahaan untuk memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi kepada masyarakat. 9. Leverage Perusahaan yang telah go public tentunya tidak akan lepas dari hutang yang dapat digunakan untuk memperluas usahanya. Hutang yang digunakan untuk memperbesar ukuran perusahaan dapat diperoleh dari kreditor seperti bank atau lembaga pemberi pinjaman lainnya. Leverage menunjukkan seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang dan merupakan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman. Jika perusahaan telah diberi pinjaman oleh kreditor, maka kreditor secara otomatis mempunyai kepentingan terhadap keamanan dana yang ia pinjamkan, yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan. Lo (2006) menyatakan jika perusahaan mempunyai hutang yang tinggi, maka kreditor juga mempunyai hak untuk mengetahui dan mengawasi jalannya

21 kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian, asimetri informasi antara kreditor dan perusahaan berkurang karena manajer tidak dapat menyembunyikan informasi keuangan yang mungkin akan dimanipulasi atau melebih-lebihkan asset yang dimiliki. Oleh karena itu, kreditor akan meminta manajer untuk melakukan pelaporan akuntansi secara konservatif agar perusahaan tidak berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya. Lebih lanjut, semakin tinggi tingkat leverage, maka semakin besar kemungkinan konflik yang akan muncul antara pemegang saham dan pemegang obligasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan kontraktual terhadap akuntansi yang konservatif (Ahmed dan Duellman, 2006). B. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang konservatisme telah banyak dilakukan dengan berbagai faktor yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Widya (2004) dengan judul Analisis Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. Variabel dependennya adalah konservatisme dan variabel independennya terdiri dari : struktur kepelilikan, debt covenant (kontrak hutang),political cost dan growth opportunities (kesempatan bertumbuh). Metode analisis data yang digunakan adalah regresi logistik. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan, political cost, growth opportunities, mempunyai pengaruh positif terhadap konservatisme, sedangkan debt covenant tidak memiliki pengaruh terhadap akuntansi konservatisme.

22 2. Eko Widodo Lo (2005) meneliti tentang Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap Konservatisme Akuntansi. Variabel dependennya adalah konservatisme akuntansi, sedangkan variabel independennya adalah tingkat kesulitan keuangan. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi ordinary least square. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hipotesis teori signaling yaitu tingkat kesulitan keuangan berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. 3. Chyntia Sari dan Desi Adhariani (2009) meneliti tentang Konservatisme di Indonesia dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Veriabel dependen dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi sedangkan variabel independennya terdiri dari debt covenant, size perusahaan, risiko perusahaan, rasio konsentrasi, dan intensitas modal. Metode analisis data dengan menggunakan model regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa size perusahaan, rasio konsentrasi, intensitas modal memiliki pengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, sedangkan rasio perusahaan dan kontrak hutang tidak memiliki pengaruh terhadap konservatisme akuntansi. 4. Lodovicus Lasdi (2008) meneliti tentang Determinan Konservatisme Akuntansi. Variabel dependen daripenelitian ini adalah konservatisme akuntansi sedangkan variabel independennya terdiri dari kontrak hutang, kontrak kompensasi, biaya litigasi, biaya politik dan pajak. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrak utang yang diukur dengan leverage, semakin besar tingkat leverage semakin berkurang tingkat konservatisme akuntansi. Kontrak kompensasi yang diukur

23 dengan struktur kepemilikan manajerial tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Litigasi yang diukur dengan asset growth berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Pajak dan biaya politik yang diukur dengan sales growth tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konservatisme akuntansi. C. Kerangka Pemikiran Menurut Watts (2003), konservatisme didefinisikan sebagai perbedaan variabilitas yang diminta untuk pengakuan laba dibanding rugi. Konservatisme merupakan prinsip yang mengakui hutang dan biaya dengan segera, tetapi laba dan aset tidak segera diakui walaupun kemungkinan terjadinya besar. Dengan demikian, laba yang disajikan dalam laporan keuangan memuat prinsip kehatia-hatian untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko. Akan tetapi, prinsip ini dapat menyebabkan laba yang dilaporkan sekarang dapat menjadi rendah dan laba yang dilaporkan di masa mendatang menjadi tinggi. Struktur kepemilikan manajerial yang tinggi dibanding dengan pihak ekternal perusahaan, meyebabkan perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang konservatif. Hal ini dikarenakan manajer sebenarnya tidak hanya mementingkan bahwa laba yang disajikan di laporan keuangan tinggi, tetapi lebih mementingkan bahwa manajer juga ingin memperbesar perusahaan. Oleh karena itu, bila manajer menyelenggarakan akuntansi yang konservatif, maka akan terdapat cadangan dana yang cukup besar yang dapat digunakan perusahaan untuk

24 memperbesar perusahaan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang positif antara struktur manajerial terhadap konservatisme akuntansi (Suaryana, 2008). Perusahaan yang mempunyai ukuran yang besar akan semakin menrapkan prinsip akuntansi yang konservatif. Hal ini dikarenakan perusahaan besar akan lebih disoroti pemerintah dan publik, sehingga untuk mengurangi perhatian tersebut perusahaanakan menyajikan laba yang tidak berlebihan. Dengan demikian, pemerintah tidak terlalu mengawasi perusahaan untuk memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi kepada masyarakat dan dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ukuran perusahaan dengan konservatisme dalam akuntansi (Lo, 2005). Leverage menunjukkan seberapa besar aset yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan dibiayai oleh hutang dari pihak eksternal perusahaan. Apabila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka perusahaan akan semakin menerapkan prinsip yang konservatif. Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi dapat menyebabkan kreditor mempunyai hak untuk mengetahui dan mengawasi jalannya kegiatan operasional perusahaan (Lo, 2006). Asimetri informasi akan berkurang yang menyebabkan perusahaan tidakdapat menyembunyikan informasi keuangan, sehingga kreditor akan meminta perusahaan untuk menerapkan akuntansi yang konservatif demi keamanan dana yang mereka pinjamkan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang positif antara leverage dengan konservatisme dalam akuntansi.

25 Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka dapat dibentuk kerangka pemikiran sebagai berikut : Struktur kepemilikan manajerial Ukuran perusahaan Konservatisme Akuntansi Leverage Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran