FREKUENSI KUNJUNGAN POSYANDU DAN RIWAYAT KENAIKAN BERAT BADAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 3 5 TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETANG II, KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Balita di Posyandu Desa Bulak Lor Wilayah Kerja Puskesmas Jatibarang

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

Priyono et al. Determinan Kejadian Stunting pada Anak Balita Usia Bulan...

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA (UMUR 7-24 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

FREKUENSI PENIMBANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU MENGIKUTI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULUR RT 03/VI BENDOSARI SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan case control retrospektif atau studi kasus - kontrol retrospektif

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

HUBUNGAN STATUS IMUNISASI DPT DAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGASUH DENGAN DIFTERI DI KOTA MADIUN KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-5 TAHUN YANG IBUNYA BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA DI WILAYAH KELURAHAN PURWODININGRATAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

TESIS. Oleh MARIA POSMA HAYATI /IKM

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA BALITA USIA 7-24 BULAN DI DESA HARGOREJO KULON PROGO

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

Surakarta, Juni 2016 Penulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA TIGA KABUPATEN PIDIE TESIS. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP POLA ASUH IBU BALITA DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi di Puskesmas Banyumas dan Puskesmas II Kembaran)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Novianti Damanik 1, Erna Mutiara 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK OLEH BIDAN DESA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEPARA TAHUN 2016

STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA SATU SAMPAI LIMA TAHUN

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

Anisia Mikaela Maubere ( ); Pembimbing Utama: Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Faktor Resiko Terjadinya Stunting Pada Anak TK Di Wilayah Kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe Propinsi Sulawesi Utara

S. Hindu Mathi 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL TRIMESTER I

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN


Transkripsi:

FREKUENSI KUNJUNGAN POSYANDU DAN RIWAYAT KENAIKAN BERAT BADAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 3 5 TAHUN Alfian Destiadi 1, Triska Susila Nindya 2 dan Sri Sumarmi 3 1 Program Studi S1 Ilmu Gizi 2 Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Email: alfiandestiadi@gmail.com ABSTRAK Stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang membutuhkan penanganan yang tepat. Untuk melakukan penanganan perlu diketahui faktor risiko stunting diantaranya yaitu frekuensi kunjungan posyandu dan kenaikan berat badan. Penelitian observasional ini menggunakan desain case control pada anak 3-5 tahun di Desa Sidoarum, Sleman, Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling pada 43 responden pada setiap kelompok. Stunting dikategorikan berdasarkan nilai z-score tinggi badan menurut umur yang kurang dari -2 SD. Data primer diperoleh dengan wawancara, sedangkan data frekuensi kunjungan posyandu dan kenaikan berat badan diperoleh melalui data sekunder KMS dan laporan bulanan posyandu. Analisa bivariat menggunakan uji Chi-Square dan analisa multivariat menggunakan Regresi Logistik Ganda. Hasil analisa bivariat menunjukkan frekuensi kunjungan ke posyandu dan kenaikan berat badan mempunyai hubungan dengan kejadian stunting. Analisa lanjut mendapatkan hasil frekuensi kunjungan posyandu yang rendah merupakan faktor yang paling dominan terhadap kejadian stunting pada balita anak 3-5 tahun ( OR = 3,1, CI 95%= 1,268-7,623). Kesimpulan dari penelitian ini adalah anak yang kurang aktif datang ke posyandu berisiko 3,1 kali mengalami stunting dibandingkan anak yang aktif datang ke posyandu Kata kunci: balita, kenaikan berat badan, stunting, tingkat kehadiran posyandu ABSTRACT Stunting is a chronic nutrition problem that requires precise intervention. Risk factors of stunting are need to be assessed to find the solution, such as attendance rate in integrated health post (posyandu) and weight gain. This was a case control study done in children aged 3-5 years old in Sidoarum village, Godean, Sleman, Yogyakarta. Sampling was done by simple random sampling technique with total 43 respondents in each group. Stunting is categorized based on the value of the z-score of height for age less than -2 SD. Primary data was obtained by interview, while attendance rate in integrated health post and weight gain were obtained through secondary data that is growth monitoring card (KMS) and monthly reports of integrated health post. Statistic test used for bivariate analysis was Chi-square and Multiple Logistic Regression for multivariate analysis. Result of bivariate analysis found that attendance rate in integrated health post and weight gain are related to stunting. Result showed that a low rate of attendance in integrated health post is the most dominant factor for the incidence of stunting in children aged 3-5 years (OR = 3.1, CI 95%= 1,268-7,623). This study concluded that children who are less active to come to integrated health post have 3.1 times higher risk of stunting compared to children who are actively come to integrated health post Keywords: attendance rate in integrated health post, children, stunting, weight gain PENDAHULUAN Masalah gizi buruk di Indonesia terus dilakukan penanganan dan mengalami beberapa perubahan, tetapi lain halnya dengan permasalahan stunting yang terus mengalami peningkatan. Data hasil laporan Riskesdas tahun 2013 untuk tingkat nasional menunjukkan balita sebesar 37,2% mengalami stunting. Permasalahan tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2010 yang hanya 35,6%. Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting antara lain faktor yang bersumber dari permasalahan tingkat keluarga, pelayanan kesehatan, adanya penyakit infeksi, dan asupan makanan yang erat kaitannya dengan defisiensi zat gizi (WHO, 2013), serta tingkat kehadiran posyandu (Welaasih dan Wirjatmadi, 2012), 71

72 Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1 Januari Juni 2015: hlm. 71 75 dan kenaikan berat badan. Balita yang datang ke posyandu akan mendapatkan penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan dasar dan penimbangan rutin yang bertujuan untuk memantau status gizi sehingga anak terhindar dari permasalahan gizi. Stunting mempunyai dampak permasalahan yang sangat besar pada masa depan, terutama terhadap kualitas sumber daya manusia (Crookston, et al., 2010). Dampak lain diantaranya berhubungan dengan fungsi kognitif yang kurang pada masa anak-anak dan remaja, termasuk penurunan produktivitas serta berkaitan dengan keterlambatan dalam perkembangan motorik dan mempunyai IQ yang lebih rendah (Crookstone, et al., 2010). Hasil pemantauan status gizi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman pada tahun 2013 diperoleh persentase balita stunting mencapai 12,5%, dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 12,87%. Permasalahan stunting terdapat di Kecamatan Godean salah satunya di Desa Sidoarum. Stunting di Desa Sidoarum dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami peningkatan dari 11,3% menjadi 13,11% pada tahun 2014. Berbagai penanganan masalah gizi telah dilakukan, tetapi masih terjadi peningkatan prevalensi stunting. Untuk menyelesaikan permasalahan harus diketahui dengan pasti faktor penyebab permasalahan tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian permasalahan stunting pada balita, diantaranya pemantauan pertumbuhan yang meliputi frekuensi kunjungan posyandu dan kenaikan berat badan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk melakukan penanganan yang tepat terhadap permasalahan kasus stunting. METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 di Desa Sidoarum, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Jenis penelitian observasional dengan rancangan case control. Responden pada penelitian ini adalah semua balita yang mempunyai kartu menuju sehat (KMS) dan terdaftar didalam posyandu yang di kategorikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kontrol, dengan perbandingan 1 : 1. Kasus merupakan balita dengan usia 3 5 tahun yang mengalami stunting, sedangkan balita kelompok kontrol adalah balita dengan status gizi tinggi badan menurut umur (TB/U) normal. Besar sampel untuk masing-masing kelompok adalah 43 balita. Data primer meliputi karakteristik balita dan karakteristik keluarga diperoleh dengan cara wawancara menggunakan bantuan kuesioner, sedangkan data sekunder meliputi frekuensi kunjungan posyandu dan kenaikan berat badan balita yang diperoleh melalui KMS dan buku laporan posyandu. Adapun analisa bivariat data menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui faktor risiko yang berpengaruh dan selanjutnya dilakukan analisis multivariat untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh menggunakan uji Regresi logistik ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah responden pada penelitian ini adalah 42 pada kelompok kasus dan 43 pada kelompok kontrol. Terdapat 1 responden yang drop out dikarenakan adanya permasalahan keluarga yang mengharuskan meninggalkan lokasi penelitian. Karakteristik balita yang diteliti meliputi umur dan jenis kelamin balita. Berdasarkan hasil analisis, tabel 1 menunjukkan sebagian besar balita pada kelompok kasus maupun kontrol berumur antara 3 4 tahun dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Umur dan jenis kelamin diperlukan dalam menentukan status gizi dan menentukan kebutuhan zat gizi. Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian stunting diantaranya adalah banyaknya jumlah anggota keluarga pendapatan keluarga, dan pekerjaan ibu. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Balita Karakteristik Balita Umur 3 4 tahun 4 5 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kasus Kontrol 26 16 23 19 61,9 38,1 54,8 45,2 26 17 22 21 60,5 39,5 51,2 48,8

Alfian dkk., Frekuensi Kunjungan Posyandu dan Riwayat 73 Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, karakteristik keluarga yang terdiri dari jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, dan pekerjaan ibu bukan merupakan faktor kejadian stunting. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p > 0,05 (tabel 2). Faktor lain penyebab stunting yang dianalisa adalah frekuensi kunjungan posyandu dan riwayat kenaikan berat badan. Berdasarkan hasil analisis (tabel 3), frekuensi kunjungan posyandu memiliki nilai p = 0,013 dan kenaikan berat badan pada anak usia 13 24 bulan memiliki nilai p = 0,023 yang berarti kedua variable mimiliki nilai p yang signifikan (p<0,05). Frekuensi kunjungan posyandu dan kenaikan berat badan merupakan faktor risiko terhadap kejadian stunting. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Welaasih dan Wirjatmadi (2012) yang menyatakan bahwa anak stunting mempunyai frekuensi yang lebih sedikit dalam tingkat kehadiran di posyandu. Posyandu merupakan tempat monitoring status gizi dan pertumbuhan anak yang sangat tepat sehingga dengan datang ke posyandu akan di ukur tingkat pertambahan berat badan dan tinggi badan secara rutin dalam setiap bulannya. Menurut Brown (2008), Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik, struktur tubuh, dan pertumbuhan yang bersifat kualitatif sehingga pertumbuhan dapat diukur diantaranya dengan mengetahui panjang dan beratnya. Welaasih dan Wirjatmadi (2012) menyatakan kehadiran di posyandu menjadi indikator terjangkaunya pelayanan kesehatan dasar posyandu meliputi pemantauan perkembangan dan pertumbuhan. Tingkat kehadiran di posyandu yang aktif mempunyai pengaruh besar terhadap pemantauan status gizi, serta ibu balita yang datang keposyandu akan mendapatkan informasi terbaru tentang kesehatan yang bermanfaat dalam menentukan pola hidup sehat dalam setiap harinya. Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan Syahyuni (2012) yang menyatakan ada hubungan antara frekuensi kehadiran ke posyandu dengan status gizi. Balita yang datang ke posyandu dan menimbang secara teratur akan terpantau status gizi dan kesehatannya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmansyah dan Ghazali (2013), tidak ditemukan hubungan antara kunjungan posyandu dengan peningkatan status gizi. Perbedaan ini disebabkan karena belum optimalnya fungsi posyandu dalam melakukan upaya promotif melalui penyuluhan gizi dan kesehatan. Balita yang datang ke posyandu, tetapi hanya menimbang saja tanpa mendapatkan pelayanan tambahan seperti konsultasi gizi atau penyuluhan, sedangkan pada penelitian ini fungsi posyandu di wilayah penelitian sudah berfungsi secara optimal. Diketahui bahwa frekuensi kunjungan posyandu dan kenaikan berat badan merupakan faktor risiko terhadap kejadian stunting. Permasalahan berat badan yang tidak naik lebih dari 2 kali (2T) lebih banyak ditemukan pada balita dengan kelompok umur 13 24 bulan. Pada usia tersebut banyak balita mengalami permasalahan berat badan tidak naik lebih dari 2 kali (2T). Pertumbuhan pada masa balita lebih lambat dibandingkan pada masa bayi, namun pertumbuhannya lebih stabil. Memperlambat kecepatan pertumbuhan tercermin dalam penurunan nafsu makan, padahal anak-anak membutuhkan energi untuk mencukupi kebutuhan gizi mereka (Brown, 2008). Kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, serta meningkatnya kebutuhan metabolik dan mengurangi nafsu makan serta sulit meningkatkan kenaikan berat badan pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunting. Selain itu, berat badan merupakan parameter antropometri yang sangat labil dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umurnya. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu

74 Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1 Januari Juni 2015: hlm. 71 75 Tabel 2. Hubungan antara karakteristik keluarga dengan kejadian stunting Karakteristik Kasus Kontrol Keluarga Jumlah anggota keluarga 4 orang 28 66,7 29 67,4 > 4 orang 14 33,3 14 32,6 Pendapatan Keluarga UMR 36 85,7 30 69,8 > UMR 6 14,3 13 30,2 Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 25 59,5 26 60,5 Bekerja 17 40,5 17 39,5 *UMR (Upah Minimum Regional) P 0,939 0,078 0,929 OR 0,966 (0,391-2,386) 2,600 (0,881-7.671) 0,962 (0,404-2,290) Tabel 3. Hubungan frekuensi kunjungan posyandu dan riwayat kenaikan berat badan dengan kejadian stunting Variabel Kasus Kontrol P OR Frek. Kunjungan Posyandu < 8 kali 26 61,9 15 34,9 0,013 3,003 8 kali 16 38,1 28 65,1 (1,253-7,341) Riwayat Kenaikan Berat badan Usia 1 12 bulan < (2T) 31 73,8 30 69,8 1,221 0,679 (2T) 11 26,2 13 30,2 (0,474-3,148) Usia 13 24 bulan < (2T) 0 0 5 11,6 (2T) 42 100 38 88,4 *2T (2 kali tidak naik) 0,023 2,105 (1,672-2,651) Tabel 4. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian stunting Variabel Koefisien P OR 95% (CI) Frek. Kunjungan Posyandu Jumlah Anggota Keluarga Pekerjaan Ibu 0,458 0,482 0,465 0,013 1,783 0,816 3,109 0,876 1,114 1,268-7,623 0,340-2,253 0,448-2,770 dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal (Supariasa, 2012). Pada analisa multivariat, dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap stunting. Hasil uji statistik regresi logistik ganda diperoleh hanya frekuensi kunjungan posyandu yang memenuhi syarat dan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting. untuk menentukan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting, dilakukan analisa multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Tabel 4 menunjukkan hasil analisa multivariat yang diperoleh frekuensi kunjungan ke posyandu merupakan faktor yang paling dominan terhadap kejadian stunting, dengan nilai OR = 3,1. Hasil tersebut sesuai dengan pentingnya fungsi pokok posyandu yaitu posyandu merupakan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar posyandu, pemulihan gizi, dan imunisasi. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan perbaikan status gizi, menurunkan permasalahan gizi kurang dan gizi buruk serta menurunkan angka kematian bayi (Kemenkes, 2011). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil uraian diatas kenaikan berat badan pada usia 13 24 bulan dan frekuensi kunjungan ke posyandu merupakan faktor risiko kejadian stunting. Faktor yang paling dominan terhadap kejadian stunting adalah frekuensi kunjungan posyandu. Anak yang tingkat kehadiran

Alfian dkk., Frekuensi Kunjungan Posyandu dan Riwayat 75 ke posyandu rendah mempunyai risiko 3,1 kali untuk tumbuh stunting apabila dibandingkan dengan anak yang rutin hadir ke posyandu. Untuk meningkatkan frekuensi kunjungan posyandu dan mengatasi permasalahan kenaikan berat badan yang rendah pada balita usia 13 24 bulan, Puskesmas dan tim penggerak PKK desa perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang kegiatan posyandu sehingga dapat meningkatkan frekuensi kunjungan balita posyandu. Petugas gizi Puskesmas juga perlu melakukan pelacakan dan pendampingan pada balita yang mengalami permasalahan berat badan yang tidak naik lebih dari 2 kali (2T) terutama pada usia 13 24 bulan. DAFTAR PUSTAKA Adriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Prenada Media. Brown, J.E. (2008). Nutrition through the life cycle; fourth edition. Belmont: Thomson wadswoth Crookston, B.T., Penny, M.E., Alder, S.C., Dickerson, T.T., Merrill, R.M., Stanford, J.B., Porucznik, C.A. and Dearden, K.A. (2010). Children Who Recover from Early Stunting and Children Who Are Not Stunted Demonstrate Similar Levels of Cognition: The Journal of Nutrition, Vol. II, no. 140, 1996 2001. Dharmansyah, A. & Ghazali, L. (2013). Hubungan Frekuensi Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mantrijeron Kotamadya Yogyakarta Tahun 2013 (Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Yogyakarta, Yogyakarta). Diakses dari http://repository.uii.ac.id/100/ SK/I/0/01011/011345/uii-skripsi hubungan%20 frekuensi%20k 06711063-AGUS%20 DARMANSYAH 1299654013-preliminari. pdf Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Supariasa, I.D.N., Bakri, B. & Fajar, I. (2012). Penilaian Status Gizi, 2 nd edition. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Syahyuni, S. (2012). Frekuensi Kunjungan Ke Posyandu dengan Status Gizi dan Tumbuh Kembang Balita. Diakses dari http://www. stikesyarsipontianak.ac.id/jurnal/8214jurnalsti kesyarsipnk2014 Welasasih, B.D. & Wirjatmadi, B. (2012). Beberapa faktor yang berhubungan dengan status balita stunting, The Indonesian Journal of Public health, Vol. 8, No. 3, 99-104. WHO. (2013). Childhood Stunting: Context, Causes and Consequences. Maternal and Child Nutrition, 9(Suppl 2), 27-45.