( Word to PDF Converter - Unregistered )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

DALAM PENAFSIRAN AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

Membahas Kitab Tafsir

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB I PENDAHULUAN. dan membacanya bernilai ibadah. Oleh karena itu, al-qur an adalah kitab suci umat

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

MODEL PENELITIAN AGAMA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

Mukadimah. Pengkajian

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kalam atau firman Allah SWT, yang di turunkan kepada. Nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan suatu ibadah.

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BAB II PENGERTIAN ALQURAN

BAB I PENDAHULUAN. samawi lain yang datang sebelumnya. Allah Swt. mewahyukan al-quran kepada

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB III METODE PENELITIAN. perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library research).

MODUL 02 MEMAHAMI KEAGUNGAN AL-QUR AN DAN HIDUP BAHAGIA DENGAN AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu al-qur an juga merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk umat Islam dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB I PENDAHULUAN. keotentikannya telah dijamin oleh Allah, dan al-qur an juga merupakan kitab

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2005), hlm. 23. Penerbit Diponegoro, 2008), hlm Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

Al-Qur an: Sumber Ajaran Islam Pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Kisah Dr. Gary Miller (Misionaris Kristen), Sang Penantang Al Quran : Melakukan Riset Panjang Untuk Mencari Kesalahan Al Qur an!

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ibadah.oleh karena itu, al-quran adalah kitab suci umat Islam, secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

KALAM INSYA THALABI DALAM AL-QUR AN SURAT YUNUS (STUDI ANALISIS BALAGHAH) ARTIKEL. Oleh: DAHLIANI RETNO INDAH PURWANTI NIM: I1A213002

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I

BAB III METODE PENELITIAN. menyamakan pengertiannya, atau tertukarkan ( interchangeable ), sehingga

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

PENGGUNAAN KATA TANYA/ ISTIFHANIAH DALAM ALQUR AN (SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM TAFSIR AL MISHBAH PADA SURAT AL BAQARAH, ALI IMRAN, AN NISA )

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia,

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut istilah ulama ahli hadis, hadis yaitu apapun yang diriwayatkan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

PESONA TAFSIR MAWḌU I

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan

- Hakekat Tersembunyi Syi'ah Rafidhoh ٢

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH

METODE DAKWAH DALAM AL-QUR A<N (STUDI KOMPARATIF ATAS TAFSIR FI< Z}ILA<L AL-QUR A<N DAN TAFSIR AL-MISHBA<H{)

BAB IV OTOPSI FORENSIK SEBAGAI PENGUNGKAP KASUS PEMBUNUHAN DALAM SURAT AL-BAQARAH: 72-73

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan

1. Mata Kuliah. 2. Kode Mata Kuliah. 3. Komponen. 4. Jurusan. 5. Program Studi. 6. Program. 7. Bobot. : Tafsir II. Tafsir II. Written by Administrator

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

Bab 2 Iman Kepada Kitab-kitab Allah

SUMBER AJARAN ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

SEMIOTIKA ISLAM Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. sulit diterima bahkan mustahil diamalkan (resistensi) 4. Dan yang lebih parah,

PENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG.

Surah Al- Alaq, ayat 1-5. Surah Al-Fatihah. Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4. Bismillah. Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran)

Bab II Pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Maka dari itu dalam sejarah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kitab suci yang berasal dari Allah swt. Keberadaan al-qur an telah ditetapkan sebagai kitab suci yang dalam konteks teologis akan senantiasa terpelihara di sepanjang masa. Keterlibatan Allah swt. secara langsung dan manusia dalam memelihara al-qur an menjadikannya selalu eksis, baik secara lafaz maupun makna, dan karena itu pulalah al-qur an menjadi mukjizat. Al-Qur an berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia, ia diturunkan dengan membawa kebenaran yang di dalamnya tidak terdapat keraguan. Dengan al-qur an, manusia mendapat bimbingan, petunjuk, nasihat, dan pelajaran. Itulah sebabnya, Allah swt. memerintahkan kepada umat manusia seluruhnya agar memperhatikan dan mempelajari al-qur an. Lebih lanjut M. Quraish Shihab menegaskan bahwa mempelajari al-qur an adalah kewajiban. Salah satu usaha yang harus dilakukan dalam mempelajari al-qur an, dan berupaya memahaminya secara akurat adalah menafsirkannya. Kegiatan tafsir al-qur an telah dimulai sejak masa Nabi saw. dan tafsir pada masa ini tidak mengalami banyak persoalan dikarenakan Rasul sendiri yang menjadi http://www.word-to-pdf-converter.net ( Word to PDF Converter - Unregistered )

sumber tafsir, beliau sebagai the first interpreter atau al-mufassir awwal, orang pertama yang menafsirkan al-qur an dan menjelaskan kepada umatnya. Beliau senantiasa dalam bimbingan wahyu untuk memahami setiap kalam yang diturunkan Allah kepadanya. Beliau menjadi penjadi penafsir tunggal di masanya, beliau menjadi rujukan tunggal bagi setiap persoalan pemahaman atas wahyu yang telah disampaikan kepada umatnya, meski dalam kasus-tertentu Nabi saw. meminta pandangan sahabatnya atas wahyu yang diturunkan kepadanya. Meskipun di masa Nabi belum dikenal disiplin ilmu yang berdiri sendiri dalam memahami al-qur an, namun Allah swt. memberikan jaminan kepada Nabi saw., mengenai terpeliharanya pemahaman Nabi terhadap al-qur an dan kemampuan untuk menjelaskannya dengan baik, sehingga penafsiran di masa Nabi ini tidak dapat diragukan lagi. Sepeninggal Nabi saw. kegiatan penafsiran al-qur an semakin mendapat perhatian dari kalangan sahabat. Sahabat adalah generasi pertama penerima risalah Islam yang langsung diberikan mandat oleh Rasulullah saw., sahabat juga adalah sumber ketiga dalam penafsiran al-qur an secara ma s\u>r, setelah penafsiran antara al-qur an dengan al-qur an dan penafsiran al-qur an dengan Sunnah. Penafsiran sahabat dijadikan sebagai rujukan ketiga dalam penafsiran al-qur an didasarkan pada kualifikasinya terhadap pengetahuan dan pemahaman al-qur an, hal mana ketika al-qur an diturunkan mereka berada disisi Rasulullah saw. sekaligus mendengar

langsung keterangan dan penjelasan dari Rasulullah saw. mengenai isi dan kandungan al-qur an serta makna-maknanya. Penafsiran sahabat merupakan pondasi awal dalam menafsirkan al-qur an yang pada gilirannya melahirkan aliran-aliran tafsir di masa tabi in. Di masa berikutnya, tafsir menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Ini berarti bahwa al-qur an sangat terbuka untuk ditafsirkan. Kaitannya dengan itu, Muhammad Ghalib menyatakan bahwa bila al-qur an ditafsirkan, semakin terbentang luas nilai-nilai yang belum dapat diselami, dan semakin terasa pula bahwa al-qur an benar-benar obyek kajian yang tidak pernah kering. Harifuddin Cawidu juga menyatakan bahwa al-qur an menjadi obyek kajian yang tidak pernah kering oleh para cendekiawan, baik muslim maupun non muslim, sehingga ia tetap aktual sejak diturunkannya empat belas abad yang lalu. Begitu intensnya pengkajian al-qur an, maka sampailah ia pada penemuan paradigma baru, dan konsepsi baru, terutama yang berkaitan dengan ilmu tafsir, sebagai pengetahuan mengenai cara yang ditempuh dalam menelaah, membahas dan atau merefleksikan kandungan al-qur an secara apresiatif berdasarkan kerangka konseptual tertentu. Ilmu tafsir memiliki berbagai macam cabang, dan penamaannya, di antaranya adalah kisah al-qur an. Ketika al-qur an mengemukakan suatu berita masa lampau yang dalam istilah ilmu tafsir adalah kisah, terkadang alur ceritanya sepotong-potong, namun terkadang pula alur ceritanya tuntas. Hal seperti ini menjadi keunggulan al-qur an dalam mengungkapkan suatu kisah. Kisah al-qur an menjadi salah satu

kajian spesifik dan banyak mendapat perhatian dari kalangan mufasir. Itu disebabkan, kisah al-qur an memberi gambaran tentang kejadian-kejadian masa lampau yang dapat dijadikan ibrah (kisah teladan) untuk masa sekarang. Dalam artian bahwa, kisah dalam al-qur an bukan saja dimaksudkan sebagai uraian sejarah tentang kehidupan bangsa-bangsa atau pribadi tertentu, tetapi sebagai bahan pelajaran bagi umat manusia. al-qur an lebih menekankan mengenai apa yang terjadi, bagaimana akibatnya dan bagaimana sifat sifat pelakunya. Hampir semua kisah yang ada dalam al-qur an berkisar sekitar perjuangan para nabi dalam menyeru umatnya ke jalan Tuhan dan akibat yang diderita oleh orang-orang yang menentangnya. Kisah para nabi dan rasul Allah, serta umat-umat terdahulu yang terungkap dalam al-qur an, terkadang disertai dengan tafsiran-tafsiran yang tidak jelas sumbernya. Tafsiran yang demikian ini disebut dengan al-dakhīl. Kisah yang disertai al-dakhīl itu banyak ditemukan pada kitab-kitab tafsir klasik dan kontemporer, yang pada gilirannya menuntut pemahaman yang akurat tentangnya. Al-Dakhīl pada kitab-kitab tafsir klasik secara umum berada dalam kerangka tafsīr bi al-ma śūr, dan yang selainnya adalah tafsīr bi al-ra y. Keberadaan al-dakhīl dianggap sebagai penyimpangan dan penyusupan makna dalam penafsiran al-qur an, terutama tafsir ayat-ayat tentang al-ila>hiyyat (teologis), al-nubuwwa>t (kenabian), al-sam iyya>t (akuistik), dan al-kauniyya>t (alam semesta). karena itu, mengkaji al-dakhīl sebagai sebuah sub disiplin ilmu tafsir

diharapkan menjadi filter untuk menjernihkan al-qur an dari interpretasi-interpretasi yang keluar dari apa yang dimaksud oleh pemilik kalam yaitu Allah swt. Al-Dakhīl sebagai sebuah ilmu atau metode tafsir berkorelasi erat dengan studi al-qur an karena selain di dalamnya dikaji pokok-pokok bahasan ilmu al-qur an, juga memuat kajian terhadap kitab-kitab tafsir dan kecenderungan serta metode para penulis tafsir, yang sangat menarik untuk diteliti. Alasan lain pentingnya mengkaji al-dakhīl adalah karena ia memang relatif baru muncul dan belum populer sebagai salah satu bagian dari ilmu tafsir, terutama dalam menyingkap penyimpangan-penyimpangan dalam penafsiran terutama terkait dengan kisah-kisah dalam al-qur an. B. Rumusan Masalah Berdasar dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka pokok masalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam tesis ini adalah bagaimana aplikasi al-dakhīl terhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an? Dari rumusan pokok masalah yang telah ditetapkan, maka sub-sub masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam tesis ini, dibatasi pada tiga permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana keberadaan al-dakhīl pada penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an? 2. Bagaimana bentuk pengungkapan al-dakhīl dalam penafsiran ayat-ayat tentang

kisah dalam al-qur an? 3. Bagaimana pengaruh al-dakhīl terhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an? C. Definisi Operasional Untuk memperoleh pemahaman yang jelas terhadap fokus pembahasan kajian tesis ini, serta menghindari kesalahpahaman (mis-undertanding) terhadap ruang lingkup penelitiannya, maka perlu dikemukakan batasan definisi operasional terhadap beberapa variabel yang terkandung dalam judul penelitian dimaksud, yakni al-dakhīl, tafsir, al-qur an dan kisah. Al-Dakhīl (ليخدلا) artinya sesuatu yang masuk, menyusup dengan berbagai cara, yang dalam kamus al-muh}īt} diartikan sebagai sesuatu yang masuk ke dalam tubuh manusia ataupun akalnya berupa penyakit atau sesuatu yang jelek. Ah}mad Syah}āt}ah menyatakan al-dakhīl merupakan suatu penyakit atau aib yang masuk ke alam tubuh atau ke dalam makanan sehingga merusaknya, sedangkan masyarakat Arab memaknainya sebagai suatu kata atau bahasa asing yang masuk dan bercampur ke dalam bahasa Arab. Jadi secara singkat dapat dirumuskan batasan pengertian al-dakhīl sebagai suatu rekayasa, aib dan kerusakan disebabkan adanya sesuatu yang masuk dan menyelinap kepadanya dari luar yang tidak memiliki asal sedikitpun dalam objek yang dimasukinya.

Secara istilah, al-dakhīl adalah bentuk penafsiran al-qur an yang tidak memiliki sumber jelas dalam Islam, baik itu tafsir menggunakan riwayat-riwayat hadis lemah dan palsu, ataupun menafsirkannya dengan teori-teori sesat sang penafsir karena sebab lalai ataupun disengaja. Secara ringkat Abdul Wahhāb al-najjār memaknai definisi al-dakhīl dengan, menafsirkan al-qur an dengan metode dan cara yang diambil bukan dari Islam, termasuk cerita-cerita Isrā i>li>yya>t yang tidak kuat asal usulnya. Dengan demikian al-dakhīl merupakan bagian dari ilmu tafsir dan kegiatan tafsir. Yang dimaksud dengan tafsir adalah kegiatan menjelaskan ayat-ayat al-qur an. Kata tafsir dalam bahasa Arab berasal dari kata fassara yang berarti menjelaskan (al-ibānah), membuka (al-kasyf), dan menampakkan makna yang tersembunyi (iz}hār al-ma na al-ma'qūl). Dari sini kemudian dipahami bahwa tafsir sebagai alat untuk memahami isi al-qur an. Bisa juga didefinisikan bahwa tafsir merupakan kegiatan ilmiah berupa usaha memahami dan mengeluarkan kandungan al-qur an. Abd. Muin Salim membedakan batasan tafsir atas dua macam. Pertama, tafsir sebagai mas}dar berarti menguraikan dan menjelaskan apa-apa yang dikandung al-qur an berupa makna-makna, rahasia-rahasia dan hukum-hukum. Kedua, tafsir sebagai maf ūl berarti ilmu yang membahas koleksi sistematis dari natījah penelitian terhadap al-qur an dari segi dilālah-nya yang dikehendaki Allah sesuai dengan kadar kemampuan manusia. Berkenaan itu, istilah tafsir dalam tesis ini merujuk pada batasan pertama yang telah dikemukakan, yang menjadi obyek tafsir adalah al-qur an.

Al-Qur an dalam penelitian tesis ini sepenuhnya merujuk pada batasan ulama sebagai yang dikemukakan Mannā al-qat}t}ān, yakni : مدقتلا اهديزيال ىتلا ةدلاخلا مالسإلا ةزجعم وه ميركلا نآرقلا جرخيل ملس و هيلع هللا ىلص دمحم انلوسر ىلع هللا هلزنأ ىملعلا.ميقتسملا طارصلا ىلإ مهيدهيو رونلا ىلإ تاملظلا نم سانلا Artinya : Al-Qur an al-karim adalah mukjizat agama Islam yang kekal, ia selalu diperkuat kemajuan iptek, diturunkan oleh Allah swt. kepada rasul kita Muhammad saw yang berfungsi untuk mengeluarkan (membimbing) manusia dari kegelapan menuju pada cahaya kebenaran, dan sebagai pemberi petunjuk kepada mereka pada jalan yang lurus. Dari batasan definisi di atas, dipahami bahwa al-qur an adalah kitab suci umat Islam dan merupakan mukjizat yang tidak ada bandingnya. Ajaran al-qur an tidak ditelan masa karena ia senantiasa sesuai dengan situasi dan kondisi, diturunkan kepada Nabi saw melalui perantaraan malaikat Jibril yang fungsinya adalah sebagai bimbingan, tuntunan, pedoman, petunjuk pada jalan kebenaran yang akan membawa pada kebahagiaan hidup bagi umat Islam, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dari sekian fungsinya dan tema-tema di dalam al-qur an, kisah-kisah peristiwa masa lalu, sejarah nabi dan umat terdahulu merupakan salah satu bagian yang bisa menjadi pelajaran atau ibrah bagi perjalanan kehidupan umat manusia selanjutnya. Kisah adalah kabar masa lampau. Kisah dalam al-qur an didefinisikan Manna

al-qat}t}an sebagai peristiwa yang diceritakan dalam al-qur an yang benar-benar terjadi tentang keadaan umat-umat terdahulu dan nabi-nabi yang yang telah lalu. Dengan demikian, kisah al-qur an lebih dekat kepada pengertian sejarah, karena sejarah adalah kejadian masa lampau umat manusia yang tidak dapat direkonstruksi secara utuh, sebab masa lampau manusia sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali. Pengungkapan kisah dalam al-qur an seringkali mengungkap keadaan para nabi dan rasul serta umat mereka, dan hal yang demikian ini menjadi kajian dalam tesis ini. Di dalam al-qur an dijumpai banyak kisah, terutama yang berkenaan dengan misi kerasulan atau kenabian dan umat masa lampau. Kisah-kisah demikian dapat ditemui hampir dalam sebagian besar penafsiran ayat-ayat dalam al-qur an yang disertai dengan unsur al-dakhīl. Dari sini kemudian dirumuskan bahwa yang menjadi ruang lingkup kajian tesis ini adalah tafsiran ayat-ayat tentang kisah, yakni kisah para nabi dan umat terdahulu yang dalam penafsirannya terdapat unsur al-dakhīl. D. Tinjauan Pustaka Dari berbagai karya ilmiah berupa literatur tafsir dan ilmu tafsir yang membahas tentang al-dakhīl belum ditemukan satupun sumber yang berjudul al-dakhīl dalam Penafsiran al-qur an yang khusus menganalisis penyimpangan-penyimpangan tafsir ayat-ayat tentang kisah. Dengan kata lain bahwa pembahasan yang memiliki obyek kajian serupa dengan judul dan permasalahan dalam pembahasan tesis ini, belum pernah

dilakukan oleh para penulis, peneliti, dan pengkaji lainnya. Namun demikian, dari berbagai buku dan atau literatur kepustakaan yang ditelusuri tersebut, sebagian di antaranya ada yang hampir memiliki persamaan dengan pembahasan yang penulis akan lakukan. Literatur-literatur tersebut misalnya karya Ibrāhim Abd. Rah}mān Muh}ammad Khalīfah, yang berjudul al-dakhīl fī al-tafsīr, sebuah buku daras yang dijadikan rujukan utama dalam perkuliahan Ilmu al-dakhīl pada Universitas al-azhar Kairo, Mesir. Buku ini setebal 590 halaman yang isinya menguraikan secara komprehensif tentang pengertian al-dakhīl, latar belakang ilmu al-dakhīl, serta perbedaan para ulama dalam hal al-dakhīl yang berkategori penyimpangan dan penyusupan tafsir berdasarkan metode tafsir bil ma s\u>r dan bi al-ra y. Buku yang ditulis Khalīfah itu dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam penelitian tesis ini, karena di dalam bahasannya ditemukan kajian kritik atas beberapa kitab tafsir yang menggunakan al-dakhīl, walaupun tulisan Khalīfah dalam bukunya itu tidak membahas tentang al-dakhīl terhadap tafsiran ayat-ayat tentang kisah, kisah nabi-nabi dan umat terdahulu sebagaimana yang penulis bahas secara mendalam dalam tesis ini. Ditemukan pula karya Jamāl Mus}t}āfa Abd. Al-H{amīd Abd Wahha>b al-najjār berjudul Us}ūl al-dakhīl fī Tafsīr Āyi al-tanzīl, menguraikan aliran-aliran dan jalur-jalur terjadinya al-dakhīl. Namun karya ini dapat dikatakan uraiannya belum lengkap dan maksimal mengkaji masalah al-dakhīl karena sifatnya hanya metodologis,

sama halnya dengan metode tafsir yang hanya sampai pada tataran teori yang dalam aplikasi al-dakhīl tidak dijelaskannya, sehingga aplikasi al-dakhīl terhadap ayat-ayat kisah dalam al-qur an tidak ditemukan dalam buku ini, akan tetapi tetap dapat dijadikan acuan sebagai sumber inspirasi dalam mengenali konsep al-dakhīl yang tertuang dalam tesis ini. Terdapat pula karya ilmiah yang ditulis Samīr Abd. al-azīz Syalyuh dengan judul al-dakhīl wa Isrāi>liyyāt fī Tafsīr al-qur a>n, menguraikan tentang konsep-konsep dasar al-dakhīl khusus-nya cerita-cerita Isrāi>liyyāt yang masuk dalam kategori al-dakhīl. Karya dalam bentuk buku ini, hampir sama pembahasannya dengan buku al-isrāi>liyya>t fī Tafsīr al-t{abari> yang ditulis Amal Muh}ammad Abdul Rah}mān Rabī. Selain yang telah disebutkan, beberapa literatur kepustakaan penting yang dapat dijadikan rujukan, dan sejalan dengan pembahasan tesis ini, misalnya Buku Ensiklopedi, terutama buku ensiklopedi Islam yang di dalamnya terdapat entri tentang Tafsīr dan al-dakhīl, juga Mufrada>t Alfaz} al-qur a>n karya al-ra>gib al-as}faha>ni> di mana buku ini disebut-sebut sebagai ensiklopedi al-qur an yang secara luas mengemukakan batasan-batasan dan konsep umum yang terkandung dalam kitab-kitab tafsir. Dalam buku ini juga, termuat semua ayat yang berkaitan dengan kisah nabi dan umat terdahulu dan dijelaskan lebih lanjut kandungan ayat-ayat tersebut secara global. Di samping Ensiklopedi, kitab-kitab kamus seperti Mu jam Maqāyi>s

al-lugah karya Ibn Fāris bin Zakariya banyak menjelaskan tentang term al-dakhīl yang patut dijadikan rujukan. Literatur lain yang sangat penting adalah kitab-kitab tafsir misalnya, kitab tafsir dengan jenis ma śūr, yakni Jāmi al-bayān an Ta wīl A<yi al-qur a>n karya al-t{abari>, Tafsīr al-qur a>n al-az}īm karya Ibn Kaśīr. Demikian pula tafsir dengan jenis al-ra yu yang tekenal dan mudah ditemukan yakni Tafsīr al-marāgi> karya Ah}mad Mus}t}āfa al-marāgi>, dan termasuk Tafsīr al-mis}ba>h} karya M. Quraish Shihab, dan selainnya yang tidak disebutkan satu persatu di sini. Semua kitab tafsir ini ditemukan di dalamnya tafsiran ayat mengandung unsur al-dakhīl, kalaupun tidak, akan ditemukan tafsiran tentang kisah. E. Kerangka Teori Ketika Rasulullah saw. masih hidup, para sahabat menanyakan langsung kepada beliau apa-apa yang tidak mereka pahami berkenaan dengan urusan agama dan makna al-qur an. Sebab itulah, saat beliau berada di penghujung hayatnya, Allah swt. menetapkan bahwa syariat yang dibawanya telah sempurna. Maka setelah Rasulullah saw. wafat tidak ada lagi penambahan ataupun pengurangan dalam masalah syari at. Tidak ada seorangpun diantara sahabat yang berdalil tentang keesaan Allah

swt. dan kerasulan Muhammad saw kecuali dengan al-qur an dan Sunnah. Mereka tidak mengetahui sedikitpun tentang perdebatan ilmu kalam dan masalah filsafat. Di masa hidup Nabi, Ketika para sahabat mendapatkan beberapa ayat yang sulit dipahami maknanya, mereka bertanya langsung kepada Nabi saw. tentang ayat-ayat itu. Oleh karena itulah semua penafsiran mereka terhadap ayat-ayat al-qur an adalah sahih dan benar. Kemudian berlanjut ke masa tabi in. Di masa ini mulai terdapat kelemahan dalam tafsir. Mereka kurang berpegang kepada manhaj para sahabat dalam menyaring berita yang datang dari Ahl al-kita>b dan tidak juga menelitinya dengan mendalam. Ada beberapa tabi in yang memasukan dongeng-dongeng dan cerita-cerita Isrā`i>liyyāt yang aneh dan asing, serta beberapa pendapat mereka berdasarkan akal semata, yang kemudian dimasukkan dalam tafsirannya, inilah kemudian dikenal dengan al-dakhīl. Munculnya al-dakhil dalam kegiatan tafsir disebabkan beberapa alasan yang secara teoritis perlu kajian khusus secara mendalam, misalnya karena kepentingan politik, dan kepentingan pribadi mufassir, ditambah lagi dengan banyaknya Ahl al-kita>b yang memeluk Islam kemudian pendapat mereka tentang masa lampau yang termaktub dalam kitab sucinya seperti Taurat dan Injil dimasukkan ke dalam tafsir mereka, maka riwayat-riwayat tafsir yang bercampur dengan wawasan Isra>i>liyya>t yang merupakan salah satu unsure atau bagian dari al-dakhīl, Pada dasarnya cerita Isra>i>liyya>t dapat saja dijadikan sumber tafsir asalkan

secara teoritis sesuai fakta dan realitasnya, dan untuk ini diperlukan kecermatan dalam menggunakan metode tafsīr bi al-ma śūr. Di samping itu, ada pula tafsiran yang berdasarkan metode ra yu atau dikenal dengan nama metode tafsīr bi al-ra y, namun secara teoritis metode ini banyak disalahgunakan karena bagi penafsir yang menggunakan metode ra yu harus memiliki persyaratan ketat, tanpa persyaratan itu kemudian seorang mufassir menafsirkan al-qur an maka boleh dikata bahwa penafsirannya mengandung unsur al-dakhīl. Berkenaan dengan itulah secara teoritis memerlukan kajian lebih lanjut tentang al-dakhīl, terutama yang berkenaan dengan tafsiran kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu, karena kisah yang demikian banyak dimasuki tafsiran Isra>i>liyya>t dan pendapat-pendapat yang berdasarkan akal pemikiran (ra yu). Kajian tentang al-dakhīl ini tentu akan berimplikasi pada pemahaman yang akurat tentang kesalahan dan kebenaran tentang tafsir ayat dilakukan. Semakin banyak mengandung al-dakhīl dalam sebuah tafsir dan karya tafsir dipersepsikan semakin banyak terkandung kesalahan tafsir di dalamnya dan demikian pula sebaliknya, semakin sedikit penggunaan al-dakhīl dan lebih mengutamakan tafsīr bi al-ma śūr dan tafsīr bi al-ra yi sesuai ketentuan, tafsiran tersebut mengandung kebenaran. Terlepas dari benar atau tidaknya suatu tafsiran tergantung dari kuantitas al-dakhil yang digunakan, yang karena itu secara teoritis penting dikaji kedudukan al-dakhīl, terutama dalam kerangka aplikasi tafsiran ayat-ayat tentang kisah. Dengan

upaya itu selanjutnya akan ditemukan berbagai bentuk al-dakhīl dan pengaruhnya terhadap penafsiran ayat-ayat al-qur an. F. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang penulis gunakan, sepenuhnya merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah; Makalah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Alauddin Makassar, tahun 2010. Dalam buku tersebut disebutkan empat metode yang digunakan, yakni metode pelaksanaan penelitian, metode pendekatan, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan/analisis data. Berikut ini, dikemukakan cara kerja metode penelitian tersebut dan dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian tesis ini. Metode pelaksanaan penelitian, terdiri atas dua yakni studi historis (dira>sah ta>rikhiyyah), dan studi muqa>ranah (studi kasus perbandingan). Cara metode pertama adalah menelusuri dan merekonstruksi jejak sejarah obyek pembahasan. Sedangkan metode kedua, membandingkan dua obyek atau lebih dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan disertai argumentasi. Dalam tesis ini, penulis melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode yang terakhir di sebutkan di atas. Yakni, studi muqaranah. Dalam hal ini, penulis mengemukakan kisah-kisah nabi dan umat terdahulu sebagaimana yang termuat dalam berbagai kitab tafsir kemudian membandingkannya dengan kitab tafsir lain yang berisi

tafsiran tentang al-dakhīl. Selanjutnya, metode pendekatan yang digunakan adalah, pendekatan tafsir dan berfokus pada cara kerja metode penelitian tafsir, yakni menghimpun ayat-ayat al-qur an yang memuat tafsiran kisah yang disertai dengan al-dakhīl. Ayat-ayat itu kemudian dijelaskan secara runtut. Tentang metode pengumpulan data, tesis ini menggunakan data kepustakaan. Dengan demikian, metode yang digunakan adalah library research, yakni menelaah literatur dan referensi yang terkait dengan pembahasan, baik yang berbahasa Asing maupun yang berbahasa Indonesia. Sebagai literatur utama adalah sebagaimana yang telah disebutkan dalam tinjauan pustaka sebelumnya. Literatur penunjang adalah buku-buku yang terkait dengan pembahasan dan untuk analisis lebih lanjut digunakan buku-buku yang terkait dengan al-dakhīl itu sendiri. Untuk sumber data berupa ayat-ayat tentang kisah digunakan al-mu jam al-mufahras li Alfaz} al-qur a>n karya Muhammad Fu ad Abd. al-ba>qi>. Data ayat dan terjemahan ayat, sepenuhnya merujuk pada al-quran dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Departeman Agama RI. Selanjutnya hadis-hadis ditulis matannya saja dengan merujuk pada al-kutub al-tis ah. Setelah data itu terkumpul, penulis mengutipnya dengan menggunakan dua cara, yakni metode kutipan langsung dan metode kutipan tidak langsung. Kutipan langsung, yaitu mengutip pendapat dengan mengutip secara langsung dari buku-buku kata demi

kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli yang ada dalam sumber tersebut. Di akhir kutipan, diberikan footnote (catatan kaki). Sedangkan kutipan tidak langsung, yaitu penulis mengutip ide dari buku/karangan kemudian menuangkannya dalam redaksi penulis tanpa terikat pada redaksi yang ada dalam sumber tersebut. Dalam kutipan tidak langsung ini, terdiri atas dua macam, yaitu ulasan dan ikhtisar. Ulasan, yaitu menanggapi kata atau pendapat yang diambil dari buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Sedangkan ikhtisar, yaitu menanggapi pendapat atau data-data dalam buku-buku dengan cara menyimpulkan dan meringkas dari suatu pendapat-pendapat yang diperoleh. Selanjutnya, penulisan istilah-istilah asing yang belum masuk sebagai perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia, semuanya diformat italik atau ditulis miring. Agar data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahasan yang akurat, maka penulis menggunakan metode pengolahan dan analisis data secara deduktif, yakni menganilisis data yang bersifat umum untuk sampai kepada kesimpulan yang bersifat khusus. Digunakan pula metode induktif, yakni menganalisis data yang bersifat khusus untuk memperoleh rumusan yang bersifat umum. Yang terakhir adalah metode komparatif, yakni membandingkan data yang satu dengan data yang lain, untuk memperoleh data yang lebih akurat dan lebih kuat argumentasinya.

G. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian a. Menguraikan secara akurat tentang keberadaan al-dakhīl pada penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an. b. Mendeskripsikan secara analitis tentang bentuk pengungkapan al-dakhi>l dalam penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an. c. Merumuskan ide-ide dan gagasan tentang pengaruh al-dakhi>l terhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan ilmiah, diharapkan berguna sebagai bahan telaahan untuk dicermati dan didiskusikan lebih lanjut demi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu tafsir pada khususnya yang berkaitan dengan masalah al-dakhīl terhadap kisah-kisah yang diungkapkan al-qur an. b. Kegunaan praktis, diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran untuk dipraktekkan dalam kegiatan tafsir, terutama di lingkungan akademik, sehingga dapat dipahami konsep al-dakhīl sebagai bagian dari ilmu tafsir. H. Garis Besar Isi Tesis ini terdiri atas lima bab pembahasan, dan masing-masing bab memiliki sub bab pembahasan. Untuk mendapatkan gambaran awal tentang isi pembahasannya,

penulis mengemukakan pokok-pokok pikiran dan intisari pembahasan dalam masing-masing bab, sebagai berikut : Bab I, merupakan pendahuluan yang secara umum pembahasannya bersifat metodologis. Bab ini memberikan gambaran singkat dan orientasi dari obyek yang akan dibahas selanjutnya pada bab-bab berikutnya. Karena itu, bab ini terdiri atas tujuh sub bab, dan telah diuraikan muatannya masing-masing sebagaimana terdahulu. Bab II, tinjauan umum tentang tafsir dan sejarah perkembangan tafsir. Dalam bab ini, diformulasi beberapa sub bab dengan mengendepankan batasan pengertian tafsir al-qur an secara etimologis dan terminologis. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang bagaimana sejarah perkembangan tafsir dari masa ke masa, mulai masa Nabi saw sampai masa sekarang yang telah melahirkan berbagai corak dan metode tafsir, maka untuk itu diuraikan pula tentang upaya rekonstruksi tafsir dan teknik-teknik interpretasi sebagai bagian dari ilmu tafsir. Bab III, tentang al-dakhīl yang dalam bab ini akan diungkap secara jelas tentang batasan definisinya, berbagai sebab dan faktor terjadinya al-dakhīl, bagian dan macam-macam al-dakhīl itu sendiri. Secara singkat dapat dirumuskan bahwa bab ini merupakan tinjauan teoritis tentang konsep al-dakhīl. Bab IV, merupakan bab analisis yang pembahasannya mengacu pada pokok masalah yakni tentang aplikasi al-dakhīl terhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an. Dari sini kemudian dikemukakan sub bahasan tentang keberadaan

al-dakhīl pada penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an, selanjutnya bentuk pengungkapan al-dakhīl dalam penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an, yakni pengungkapan kisah para nabi dan umat terdahulu, kemudian dibahas tentang pengaruh al-dakhīl terhadap penafsiran ayat-ayat tentang kisah dalam al-qur an. Bab V, merupakan bab penutup (terakhir) yang berisi tentang kesimpulan. Bab ini berfungsi menjawab pokok permasalahan dan sub masalah yang telah dikemukakan sebelumnya. Di samping itu akan dikemukakan pula beberapa saran yang merupakan implikasi akhir dari hasil kajian/penelitian penulis.