STUDI PENDUGAAN STATUS PECEMARAN AIR DENGAN PLANKTON DI PANTAI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN :

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

IDENTIFIKASI PLANKTON DI RANU PANI KABUPATEN LUMAJANG JAWA TIMUR SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

III. METODE PENELITIAN

Struktur Komunitas Zooplankton Secara Horisontal Di Desa Mangunharjo, Kec. Tugu, Semarang

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SITU PAMULANG

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di

Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Jenis kerang yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap yaitu jenis

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

3. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

VIS VITALIS VIS VITALIS ISSN DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

PENGAMATAN JENIS-JENIS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN

BAB V PENUTUP. 1. Ditemukan ada 16 jenis zooplankton di perairan Telaga Jongge yaitu

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) BIOLOGI LAUT

KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN SITU PAMULANG EDWARD ALFIN FTMIPA UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI. Abstrak.

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

TINGKAT PRODUKTIVITAS PRIMER DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON BERDASARKAN WAKTU YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA

Diversity of Plankton in the Part of Downstrem Siak River, Tualang Village, Tualang Sub-Regency, Siak Regency, Riau Province. By :

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB III METODE PENELITIAN

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

Konsentrasi Logam Cd dan Pb Di Sungai Plumbon dan Kaitannya dengan Struktur Komunitas Fitoplankton

pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan biogeokimia perairan laut terutama di areal sepanjang pantai. Bahkan sejalan dengan berbagai pemanfaatan

PENDAHULUAN. stabil terhadap morfologi (fenotip) organisme. Dan faktor luar (faktor yang

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

Transkripsi:

STUDI PENDUGAAN STATUS PECEMARAN AIR DENGAN PLANKTON DI PANTAI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR Andi Kurniawan 1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang Abstrak: Perairan pantai Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah dengan aktifitas pemukiman dan industri yang semakin padat. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya limbah yang masuk ke perairan pantai Kabupaten Banyuwangi. Peningkatan limbah inilah yang dikawatirkan akan merusak perairan pantai Kabupaten Banyuwangi. Plankton adalah organisme perairan yang hidupnya tergantung kondisi perairan. Beberapa jenis plankton bisa bertahan di perairan yang tercemar dimana jenis plankton lain tidak bisa hidup. Sehingga kita bisa menggunakan keragaman jenis dan kepadatan plankton sebagai bioindikator pencemaran air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status pencemaran air di perairan pantai kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan menggunakan plankton sebagai bioindikator pencemaran. Penelitian ini dilakukan pada waktu musim kemarau pada tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai index diversitas shannon di lokasi penelitan adalah 0.60796, 1.17653, 2.25307, 0.54356. Hal ini berarti di perairan pantai di Kabupaten Banyuwangi terjadi pencemaran air tingkat sedang sampai pencemaran air tingkat berat. Kata Kunci: pencemaran pantai, plankton, indeks keberagaman PENDAHULUAN Air tidak lepas dari pengaruh pencemaran yang juga diakibatkan oleh aktivitas manusia, air dan ekosistem perairan merupakan daerah yang rawan terkontaminasi limbah dari berbagai aktivitas manusia yang semakin meningkat. Karena itu, memonitor kualitas air sangat diperlukan untuk mencegah akibat negatif yang ditimbulkan pencemaran air (Darmono, 2001). Kualitas perairan pantai akan mempengaruhi kondisi kehidupan tidak hanya di ekosistem pantai tersebut, tapi juga akan mempengaruhi kehidupan yang ada di lautan. Untuk itulah sangat penting untuk mengetahui status pencemaran pantai demi kepentingan pelestarian lingkungan ataupun kepentingan di bidang perikanan dan kelautan lainnya. Pendugaan status pencemaran dengan menggunakan metode kimia dan fisika selain sulit juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu diperlukan alternatif cara untuk menduga status pencemaran suatu perairan yang lebih mudah dan murah. Salah satu alternatif tersebut adalah pendugaan status pencemaran perairan dengan menggunakan bioindikator. Perairan pantai Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah dengan aktifitas pemukiman dan industri yang semakin padat. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya limbah yang masuk ke perairan pantai Kabupaten Banyuwangi. Peningkatan limbah inilah yang dikawatirkan akan merusak kualitas perairan pantai Kabupaten Banyuwangi. Untuk mengetahui secara pasti tingkat pencemaran yang terjadi di perairan pantai Kabupaten Banyuwangi maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Salah satu cara untuk menduga status pencemaran suatu perairan adalah dengan mengamati organisme yang hidup di perairan tersebut. Organisme yang keragamannya dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air adalah Plankton. Plankton adalah organisme yang memiliki keragaman habitat, ada jenis-jenis plankton yang bisa hidup di perairan tercemar dimana plankton jenis lain tidak bisa hidup. Dan ada jenis plankton yang hanya bisa hidup kalau kondisi perairan masih tergolong baik. Pada saat kondisi perairan menurun karena terjadinya pencemaran, maka jenis-jenis plankton yang hanya bisa hidup di lingkungan perairan tergolong baik tidak akan bisa hidup. Hal ini menyebabkan pada perairan yang tercemar sangat mungkin terjadi dominasi oleh jenis-jenis plankton tertentu. Sehingga dengan mengamati jenis plankton yang bisa bertahan hidup di perairan yang tercemar bisa menggunakan plankton sebagai bioindikator pencemaran air. 77

METODE Metode Pengamatan Jenis dan Kepadatan Plankton Metode Pengamatan jenis dan kepadatan plankton terdiri dari pengumpulan sampel, pengawetan, pencacahan, dan analisis Indeks Diversitas Shannon. Untuk menangkap plankton digunakan jaring Kitahara dengan ukuran lebar mata jaring 0,08 mm, untuk pengawetan digunakan larutan formalin 4 %. Lokasi Pengamatan Pengamatan plankton sebagai bioindikator pencemaran dilakukan di 8 stasiun yaitu 2 stasiun PPI Kalimoro, 2 stasiun muara Kalimoro, 2 stasiun di laut dekat muara kalimoro, 2 stasiun di Pantai Kayuaking yang tidak ada perumahan penduduk, 2 stasiun di Pantai Kayuaking yang dekat dengan perumahan penduduk. Waktu Pengamatan Penelitian ini dilakukan pada bulan September Oktober 2010 pada waktu musim kemarau. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan jenis dan kepadatan plankton yang telah dianalisis melalui analisis Diversity Index Shannon & Weaver disajikan pada Tabel 1. Dari analisis diversity index diketahui bahwa pada lokasi PPI Kalimoro nilai indeksnya relatif rendah yaitu 0.60796, hal ini berarti plankton di perairan ini didominasi oleh jenis-jenis tertentu saja. Jenis plankton yang ditemukan adalah plankton yang dapat hidup pada perairan yang tercemar, sementara plankton-plankton yang hanya bisa hidup di perairan yang masih bersih tidak ditemukan di lokasi PPI Kalimoro ini. Jenisjenis plankton yang ditemukan adalah Nebelin certosi, Diaptomus gracillis, Cypridopsis vidua, Sida crystalline. Tabel 1: Hasil Analisis Index Diversitas Shannon dan Weaver Dari Jenis Plankton Yang Ditemukan Selama Studi Index Diversitas Shannon (H) No Lokasi Jenis s - pi log 2 pi -Σ pi log 2 pi i=1 Ket. 1. PPI Kalimoro Nebelin certosi 0,14195 Tercemar Diaptomus gracillis 0.26615 berat Cypridopsis vidua 0.09993 Sida crystalline 0.09993 0.60796 2. Muara Kalimoro Navicula sp. 0.45382 Tercemar Spirulina sp. 0.53063 sedang Nitzchia vermicularis 0.19208 1.17653 3. Panti Kayuaking Mallomonas sp. 0.43120 Tercemar yang tidak ada Rhizosellenia cylindris 0.52827 sedang perumahan Ceratium fusus 0.43120 Ceratium tipos 0.43120 Nitzchia vermicularis 0.43120 2.25307 4. Pantai Kayuaking yang ada perumahan Nitzchia curvula 0.16856 Tercemar Nauplius cyclops 0.37500 berat 0.54356 78

Keterangan: pi n N = n/n dimana: = jumlah individu setiap species: = Jumlah individu semua species Dari nilai dan jenis plankton yang ditemukan di pantai di PPI Kalimoro, maka bisa disimpulkan kalau pada perairan panti di PPI Kalimoro telah terjadi pencemaran dengan kategori pencemaran tingkat berat. Hal ini diindikasikan dengan adanya dominasi jenis plankton yang bisa bertahan hidup di perairan yang tercemar. Pencemaran di pantai PPI Kalimoro ini diduga diakibatkan karena masuknya limbah dari aktivitas penduduk di PPI Kalimoro. Masuknya limbah ini mengakibatkan penurunan kualitas air di pantai PPI Kalimoro. Di PPI Kalimoro aktivitas pelelangan dan penjualan ikan relatif sangat padat yang mengakibatkan banyak sampah sisa aktivitas yang dibuang langsung ke pantai PPI Kalimoro. Selain itu air bekas pencucian ikan, pencucian peralatan dan air bekas membersihkan lantai PPI Kalimoro langsung di buang ke pantai Kalimoro. Hal ini juga menyebabkan masuknya limbah ke pantai PPI Kalimoro, yang pada akhirnya menurunkan kualitas air yang ada di PPI Kalimoro. Selain itu aktivitas penduduk sekitar juga mengakibatkan masukan limbah domestik yang juga langsung dibuang ke pantai Kalimoro di sekitar PPI. Inilah yang menyebabkan kondisi perairan di sekitar PPI Kalimoro tercemar dengan berbagai jenis limbah dengan jumlah limbah yang terus bertambah setiap harinya. Pada akhirnya kondisi ini mengakibatkan kualitas perairan di PPI Kalimoro semakin menurun. Pada lokasi muara kalimoro didapatkan nilai diversity index sebesar 1.17653. nilai ini juga menunjukkan terjadi dominasi jenis plankton walaupun tidak sebesar yang terjadi di PPI Kalimoro. Dominasi ini disebabkan karena hanya jenis plankton yang dapat bertahan hidup di lokasi perairan yang tercemar yang bisa hidup. Sementara jenis-jenis plankton yang hanya bisa hidup dengan prasyarat lingkungan perairan yang tergolong bersih tidak ditemukan. Jenis - jenis plankton yang teridentifikasi di perarian pantai muara Kalimoro ini adalah Navicula sp, Spirulina sp, Nitzchia vermicularis. Dari analisis terhadap nilai diversity index dan jenis plankton yang ada, maka perairan pantai di muara Kalimoro tergolong perairan dengan pencemaran air tingkat sedang. hal ini ditunjukkan oleh mulai adanya dominasi oleh jenis-jenis plankton tertentu, yaitu jenis-jenis plankton yang bisa hidup di perairan yang tercemar. Pencemaran yang terjadi di Pantai Muara Kalimoro ini diakibatkan karena masuknya bahan pencemar yang diduga berasal dari masukan bahan organik dari sungai Kalimoro. Masukan bahan organik di sungai Kalimoro ini diduga berasal dari berbagai aktivitas domestik penduduk, pertanian dan industri. Limbahlimbah dari kegiatan inilah yang menyebabkan perairan pantai di muara Kalimoro tercemar dengan tingkat pencemaran sedang. Pada lokasi Pantai Kayuaking yang tidak terdapat perumahan penduduk didapatkan nilai diversity index 2.25307, dengan jenis plankton terdiri dari Mallomonas sp., Rhizosellenia cylindris, Ceratium fusus, Ceratium tipos, dan Nitzchia vermicularis. Ini berarti pada pantai ini mulai mengarah pada dominasi jenisjenis tertentu, yaitu jenis-jenis yang bisa bertahan di perairan yang tercemar. Sementara plankton-plankton yang hanya dapat hidup di perairan yang tergolong bersih tidak ditemukan di perairan ini. Dari analisis nilai diversity index dan jenis plankton yang ada, maka bisa diindikasikan kalau pada pantai Kayuaking ini terjadi pencemaran dengan tingkat pencemaran termasuk kategori sedang. Hal ini terjadi karena limbah yang dihasilkan oleh aktivitas penduduk dan penangkapan juga mempengaruhi pantai yang tidak terdapat aktivitas penduduk. Limbah yang dibuang oleh penduduk baik dari kegiatan domestik atau pengolahan ikan, terbawa oleh arus air ke pantai di sekitarnya. Sehingga kualitas perairan pantai yang tidak bersentuhan langsung dengan aktivitas domestik ataupun pengolahan ikan juga ikut menurun sebagai akibat dari kontaminasi limbah domestik maupun pengolahan ikan. Di lokasi Pantai Kayuaking yang dekat dengan perumahan dan akitivitas penduduk didapatkan nilai diversity index : 0.54356. Dengan jenis plankton yang didapatkan terdiri dari : Nitzchia curvula, Nauplius cyclops. Ini mengindikasikan terjadinya dominasi jenis plankton tertentu, yaitu jenis plankton yang dapat hidup di perairan yang tercemar. Untuk plankton yang hanya bisa hidup di perairan yang 79

tergolong bersih tidak ditemukan di lokasi pantai Kayuaking yang dekat perumahan dan aktivitas penduduk ini. Dari analisis nilai diversity index dan jenis plankton yang teridentifikasi, maka diduga kalau di pantai ini telah terjadi pencemaran dengan kategori tingkat berat. Pencemaran ini terjadi karena masukan limbah dari aktivitas penduduk yang tinggal di sekitar pantai ini. Sehingga mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan pantai, dan mengakibatkan hanya jenis-jenis plankton tertentu saja yang bisa hidup. Dari analisis jenis dan kepadatan plankton yang dilakukan maka terlihat di semua tempat penelitian telah terjadi dominasi jenis plankton tertentu. Hal ini mengindikasikan kalau pada perairan tersebut hanya bisa menopang jenis plankton yang mempunyai daya adaptasi terhadap turunya kualitas perairan. Sementara plankton yang mempunyai daya adaptasi rendah sehingga hanya bisa hidup di perairan yang tergolong bersih tidak dapat hidup. Turunnya daya dukung lingkungan yang berefek pada turunnya keragaman jenis plankton yang dapat hidup, merupakan indikasi dari terjadinya pencemaran pada pantai di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini akan terus berlangsung apabila masukan limbah dari aktivitas domestik, pengolahan ikan, aktivitas pelelangan ikan maupun pemanfaatan pantai yang lain tidak segera dihentikan. Kondisi ini pada akhirnya akan menurunkan kualitas daya dukung lingkungan terhadap kehidupan organisme laut, yang berarti terjadi penurunan fungsi pantai secara ekologis. Pada akhirnya penurunan fungsi ekologis pantai ini juga akan mempengaruhi fungsi ekonomi dan fungsi sosial budaya dari pantai tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perairan di sekitar PPI Kalimoro, Muara Kalimoro dan Pantai Kayuaking Kabupaten Banyuwangi telah mengalami pencemaran dari tingkat sedang sampai tingkat berat. 2. Pencemaran air tertinggi terutama terjadi didaerah pantai dekat pelabuhan, perumahan penduduk, industri pengolahan ikan dan di muara-muara sungai. 3. Masuknya limbah di pantai yang dekat dengan aktivitas penduduk, telah juga mencemari pantai disekitarnya yang tidak terdapat aktivitas penduduk. SARAN 1. Harus segera dilakukan pengendalian pencemaran khususnya di perairan sungai dan pantai yang dekat dengan lokasi aktivitas penduduk. 2. Diperlukan usaha untuk mengatasi pencemaran di perairan pantai, salah satu alternat adalah dengan melakukan rehabilitasi mangrove di pantai, dimana mangrove bisa dijadikan sebagai biofilter pencemaran di pantai. 3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bahan-bahan pencemar yang mencemari perairan pantai Kabupaten Banyuwangi. 4. Untuk daerah pantai Kayuaking harus diberikan perhatian khusus dalam pengendalian pencemaran, karena di sini merupakan daerah tranplantasi terumbu karang buatan yang dilakukan oleh Co Fish Project. Daftar Pustaka Anonymous. 1988. Pedoman praktikum pada kursus hidrology. NUFFIC/UNIBRAW/LUW/FISH. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. APHA. 1985. Standard methods for examination of water and wastewater. APHA AWWA WPFC., Am. Public Health association, Washington. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Kurniawan, A. Diktat Mata Kuliah Oceanografi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Merck, 1974. The Testing of Water. E. Merck, Darmstadt. Musa, M. 1992. Analisa Kualitas Air. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang. 80

Romimohtarto, K dan Juwana S. 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan Jakarta. Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Umaly R. C. and MA. Lourdes A. Cuvin. Limnology. Laboratory and Field Guide Physico-Chemical Factors and Biological Factors. National Book store. Pblishers Metro Manila. Philippines. Wasilun dan Pralampita W.An. 1990. Studi Pendahuluan Kualitas Perairan Teluk Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No 54 Th. 1990 Hal 33 40. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Wood E.J.F. and R. E. Johannes. 1975. Tropical Marine Pollution. Departement of Zoology University of Georgia Athens, Georgia, USA. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam Oxford New York. Corresponding authors email address: andi_kur@yahoo.com 81