Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

BAB I PENDAHULUAN. laporan kinerja BNN pada tahun 2015 dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Narkoba kini mengintai setiap generasi muda laki laki dan wanita

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengendalian dan pencegahan infeksi HIV/AIDS bagi pengguna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Nasional, Jakarta, 2003, h Metode Therapeutic Community Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba, Badan

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI KASSI KOTA MAKASSAR

TERAPI DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA MELALUI METODE CRIMINON DAN KESENIAN

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Pengaruh Karakateristik Terhadap Terbentuknya Perilaku Peserta Terapi Rumatan Metadon (TRM) di Klinik Rumatan Metadon Puskesmas Manahan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terus meningkat di negara ini. Berawal dijadikan

PEMANFAATAN METADON PADA INJECTING DRUG USERS DI PUSKESMAS GEDONG TENGEN YOGYAKARTA

Putri Immi Rizky Budiyani 1, Renti Mahkota 2 ABSTRAK

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan

Pemanfaatan Layanan Metadon bagi Pengguna Napza Suntik di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

PENELITIAN TENTANG PENGETAHUAN HIV&AIDS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN BERISIKO HIV&AIDS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG

PETUNJUK PELAKSANAAN

Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang. Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT RI SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL NOMOR: 02 /PER/MENKO/KESRA/I/2007

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

Pelatihan Pengembangan Program

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

Transkripsi:

14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu masalah yang sangat serius diseluruh negara adalah masalah penyalahgunaan narkotika dan obat atau bahan terlarang (narkoba). Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum. (BNN RI. 2004) Di Indonesia, masalah ini sangat mengkhawatirkan karena sudah memasuki sekolah, kampus dan seluruh lapisan masyarakat. Sekarang tidak ada satupun bangsa atau umat yang bebas dari atau kebal terhadap penyalahgunaan narkoba dan tidak ada lagi propinsi, kota atau kabupaten bahkan hingga tingkat kecamatan yang bebas dari penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba. (www.e-edukasi.net) Narkoba adalah suatu zat yang jika dimasukan kedalam tubuh akan mempengaruhi fungsi fisik dan atau psikologis (kecuali makanan, air atau oksigen).(who. 1982). Narkoba terdiri dari beberapa kategori yaitu narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya yang sangat berbahaya apabila disalahgunakan. (www.e-dukasi.net) Penyalahgunaan narkoba menimbulkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan jasmani dan rohani, gangguan fungsi sampai kerusakan organ vital seperti otak, jantung, hati, paru-paru dan ginjal serta dampak social termasuk putus sekolah, kuliah, kerja, hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang berkepanjangan. (BNN RI. 2004) Menurut data kasus narkoba di Indonesia selama beberapa tahun terakhir oleh Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) mengalami kenaikan. Hingga tahun 2008, terdapat jumlah kasus narkoba sebanyak 29.359 kasus. Jika dibandingkan dengan data kasus sebelumnya yaitu pada tahun 2007, terjadi peningkatan kasus narkoba sebanyak 6.729 kasus dari 22.630 kasus. (www.interpol.go.id) 1

15 Sedangkan di Jawa Barat (Jabar), menurut Kepala Polisi Daerah Jabar dalam pemaparan kasus yang berhasil diungkap tahun 2008, mengungkapkan bahwa kasus narkoba di Jabar naik sekitar 173% dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 1.400 kini menjadi 3.463 kasus. (www.news.okezone.com) Disejumlah kota-kota besar di Indonesia termasuk kota Bogor harus benar-benar meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman peredaran dan penggunaan narkoba. Pasalnya dari tahun ke tahun, kasus penyalahgunaan narkoba yang berhasil diungkap oleh Polisi Republik Indonesia (Polri) menunjukan adanya peningkatan. Berdasarkan data Polisi Resort Kota (polresta) Bogor pada tahun 2007 kasus penyalahgunaan narkoba di kota Bogor yang tercatat sebesar 133 kasus dan terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebanyak 11 kasus, sehingga mencapai 144 kasus. (www.jurnalbogor.com) Adapun jenis penyalahgunaan narkoba yang terbesar adalah narkotika jenis heroin/putaw. Berdasarkan data dari BNN RI, jumlah penyalahgunaan narkoba jenis ini mengalami peningkatan dari data tahun 2007 sebanyak 14691.80 gram meningkat sebesar 5861.98 gram, sehingga pada tahun 2008 menjadi 20553.78 gram. (www.interpol.go.id) Pada jenis narkoba ini cara penggunaannya banyak yang disuntikan kedalam intravena atau sering disebut dengan Injecting Drug User (IDU) atau pengguna narkoba suntik (Penasun), sehingga masalah yang ditimbulkan dapat lebih meluas lagi yaitu terjadinya penularan HIV-AIDS. (Depkes RI. 2007) Pengguna narkotik suntik (penasun) merupakan salah satu penyumbang terbesar yang ikut berkontribusi dalam penyebaran infeksi HIV. Peningkatan jumlah penasun yang sangat cepat pada tahun terakhir sudah mencapai tahap yang memprihatinkan dan hal tersebut diikuti pula oleh masalah kesehatan dan sosial yang terkait. Selain penasun, perilaku seks bebas juga berisiko menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat karena penularan HIV yang makin cepat. Penularan HIV-AIDS bukan hanya terjadi dikalangan pecandu, tetapi juga terjadi pada pasangannya dengan anak-anak mereka yang tidak menggunakan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza) serta yang tidak berperilaku seks bebas. (Depkes RI. 2007)

16 Salah satu dampak buruk penggunaan narkoba suntik adalah peningkatan penularan HIV-AIDS, karena penggunaan jarum suntik yang bergantian dan tidak steril. Data dari Ditjen P2PL Depkes RI hingga Desember 2008 menunjukkan dari 2. 888 kasus HIV-AIDS di Jawa Barat, sebanyak 2.192 kasus terjadi pada kalangan pengguna narkoba suntik. (www.aids-ina.org/datakasus). Jumlah pengguna narkoba suntik menurut KPAD Kota Bogor, hingga Januari 2009 mencapai 4590 orang. Seluruh jumlah pengguna narkoba suntik tersebut sangat berisiko terhadap penularan HIV-AIDS. (KPAD Bogor. 2009) Oleh karena itu program pengurangan dampak buruk dari penularan narkoba suntik mutlak diperlukan. Dalam rangka mencegah penyebaran HIV dikalangan pengguna narkoba suntik perlu pengembangan dan perpaduan 3 pendekatan, yaitu pengurangan pemasokan (supply reduction), pengurangan permintaan (demand reduction) dan pengurangan dampak buruk (harm reduction). Harm reduction terdiri dari beberapa kegiatan yaitu program kondom, program jarum suntik steril dan program terapi substitusi. Salah satu program terapi substitusi ini adalah program terapi rumatan metadon, berbentuk cair, dengan cara diminum di bawah supervisi medis. Hal tersebut dikenal sebagai Program Terapi Rumatan Metadon atau sering disingkat sebagai PTRM. (Depkes RI. 2007) Terapi metadon adalah salah satu terapi bagi pengguna heroin untuk mengatasi masalah yang ditimbulkannya. Dokter di Pusat Terapi Ketergantungan Obat yang menentukan terapi mana yang cocok untuk setiap klien. Metadon bukan terapi untuk menyembuhkan ketergantungan heroin. Tetapi terapi ini membuat pola kebiasaan baru, kesempatan berpikir, bekerja, menimbang dan memilih bagi penggunanya, tanpa kekuatiran akan terjadinya gejala putus heroin dan membantu klien memutuskan hubungan dari lingkaran penggunaan heroin. (Depkes RI. 2007) Program terapi metadon dilakukan dalam jangka panjang, karena itu disebut Program Terapi Rumatan Metadon. Tujuannya untuk menurunkan risiko yang dibuat karena penggunaan heroin dan memperbaiki kualitas hidup. Terapi metadon juga dapat digunakan dalam jangka pendek untuk mengatasi

17 gejala putus heroin, namun jarang dilakukan, mengingat klien perlu mengubah kebiasaan penggunaan yang memerlukan pembiasaan hidup sehat dalam jangka panjang. Selain itu, terapi substitusi metadon mempunyai banyak komponen yang bertujuan untuk mengubah perilaku pengguna berisiko menjadi kurang atau tidak berisiko. (Depkes RI. 2007) Mengacu dari penelitian pada 100 kasus dalam rentang waktu 2004-2005 terhadap terapi rumatan metadon di RSKO Jakarta dan RS Sanglah Bali, menunjukkan perbaikan kualitas hidup dari segi fisik, psikologi, hubungan sosial dan lingkungan, penurunan angka kriminalitas, penurunan depresi serta perbaikan kembali ke aktivitas sebagai anggota masyarakat (sekolah, kerja). Oleh karena itu, program ini akan dikembangkan dalam rangka penanggulangan HIV-AIDS. (Depkes RI. 2007) Dari kenyataan diatas, peneliti tertarik dan berkeinginan untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku keteraturan minum metadon pada klien di klinik PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur tahun 2009. 1.2. Perumusan Masalah Penelitian Adanya peningkatan kasus penyalahgunaan narkoba di kota Bogor, pada tahun 2007 tercatat sebesar 133 kasus dan mengalami peningkatan menjadi 144 kasus pada tahun 2008. Adapun jenis penyalahgunaan narkoba yang terbesar adalah narkotika jenis heroin/putaw dan cara penggunaannya banyak yang disuntikan kedalam intravena. Jumlah pengguna narkoba suntik di kota Bogor, hingga Januari 2009 mencapai 4590 orang yang semuanya berisiko dalam penularan HIV. Hingga Januari 2009, kota Bogor berada pada posisi kedua dalam kasus HIV di Jawa Barat dengan kenaikan jumlah kasus dari 447 menjadi 480 kasus. (KPAD Bogor. 2009) Oleh karena itu program pengurangan dampak buruk dari penularan narkoba suntik mutlak diperlukan. Salah satunya yaitu dengan program substitusi metadon jangka panjang, diminum peroral setiap hari dihadapan petugas yang dapat mencegah penularan HIV-AIDS yang disumbangkan oleh para pengguna jarum suntik, ditambah lagi dari hasil penelitian yang menyebutkan bahwa dengan mengikuti terapi metadon, banyak klien yang menunjukan kualitas hidupnya

18 menjadi lebih baik. Mengingat bahwa program terapi metadon ini merupakan suatu program rumatan yang artinya jangka panjang, maka tidak sedikit klien yang mengalami drop out (DO) ditengah masa terapi. Maka penulis tertarik untuk ingin mengetahui bagaimana keteraturan klien dalam minum metadon serta faktor-faktor apa yang menunjang dan menghambat klien PTRM dalam minum metadon di klinik PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur tahun 2009. Adapun pemilihan klinik PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur sebagai lokasi penelitian karena klinik PTRM tersebut merupakan satu-satunya satelit PTRM di Jawa Barat yang berupa puskesmas serta satu-satunya klinik PTRM yang terdapat dikota Bogor. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka timbul pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana keteraturan klien PTRM dalam minum metadon di klinik PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur tahun 2009? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang menunjang dan menghambat keteraturan klien PTRM dalam minum metadon di klinik PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur tahun 2009? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Diperolehnya informasi yang mendalam tentang perilaku keteraturan minum metadon pada klien PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur dan faktor-faktor yang menunjang dan menghambat. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi pekerjaan dan status perkawinan) terhadap keteraturan dalam menjalani terapi metadon. 2. Mengidentifikasi faktor pemungkin (jarak, harga, pelayanan) terhadap keteraturan dalam menjalani terapi metadon. 3. Mengidentifikasi faktor pendorong (keluarga, peer group dan pembinaan petugas) terhadap keteraturan dalam menjalani terapi metadon.

19 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pengembangan Ilmu Diharapkan hasil dari penenlitian ini dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu perilaku yang berkaitan dengan narkoba. 2. Bagi Program Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan di Dinas Kesehatan Bogor terkait dalam pencegahan penularan HIV-AIDS dengan terapi metadon. 3. Bagi Penelitian Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan terapi metadon. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2009 di klinik PTRM UPTD Puskesmas Bogor Timur. Penelitian dengan desain kualitatif ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu Rapid Assessment Procedures (RAP). Sample penelitian terdiri dari 12 orang informan dengan komposisi 8 klien klinik PTRM dan 4 orang mantan klien klinik PTRM yang telah DO, lalu informan kunci berasal dari keluarga masing-masing klien klinik PTRM sebanyak 8 orang dan keluarga mantan klien klinik PTRM sebanyak 4 orang serta 2 orang petugas klinik PTRM. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam serta data sekunder dari catatan medik informan. Instrumen penelitian adalah peneliti yang dibantu oleh 1 orang teman sebagai pencatat hasil wawancara. Untuk menjaga validitas data dilakukan triangulasi metode dengan wawancara mendalam dan analisa dokumen (catatan rekam medik klien) serta triangulasi sumber kepada informan kunci yaitu keluarga dan petugas klinik PTRM.